"He bego siaaa" Aku menatap wajah serius sahabatku ini. Dua detik saja. Lalu tiba tiba aku kembali merasakan hal yang tak biasa. Seperti kala aku memeluk bingkai fotonya di malam malamku yang sendirian. Menentramkan mataku, tubuhku, aliran darahku. Seperti saat aku membayangkannya di langit langit kamar. Bersamanya tak pernah ada kata hambar. Entahlah, perempuan mana yang akan ia tembak. Aku hanya perlu menunggu. Juga menyiapkan air mata. Atau aku juga harus menyiapkan sebuah hadiah di hari pernikahannya yang akan selamanya menjadi hari terburukku suatu hari nanti.
Tunggu saja, aku tidak ingin terlalu menebak nebak.
Bagaimana bisa mencintai dalam diam bisa semenyakitkan ini?
-
Malang
Tanpa tanggal pasti, ini cerita lama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI