Persahabatan Sedang DiujiÂ
Tasikmalaya, Garut, Â 15 Desember 1957
"Widy! Kita pulang sebelum sore!" ucap Syafri.
"Yup," kata dokter Thamrin. Â "Jangan sampai larut malam masih di jalan. Gerombolan makin menjadi-jadi."
Mereka pamit pada Abah Janur yang masih membekali rombongan Syafri dan Thamrin  itu dengan lontong isi ayam.  Juga tentara yang mengikuti jip Thamrin di belakang.
Mia dan Nura berpelukan sebelum berpisah. Â "Kapan kita main ke rumah Ciciek di Malang?" kata Mia.
"Ke sana harus naik kereta dari Bandung atau Jakarta, kalau naik bus masih banyak gerombolan," ucap Abah Janur.
Sekitar satu jam kemudian mereka berada di sekitar Garut. Thamrin terpaksa berhenti melihat anak-anak di pinggir jalan menangis. Di sana ada seorang bidan  dan seorang warga minta tolong. Nura sebetulnya khawatir, tetapi dia paham suaminya dokter. Tetapi di situ ada tentara.
Widy ikut turun dan ingin tahu. Akhirnya Kinan juga ikut turun karena di antara mereka ada anak perempuan sebayanya.