Mohon tunggu...
Ilhamdi S
Ilhamdi S Mohon Tunggu... Jurnalis asal Provinsi Aceh, AJI Indonesia, Terverifikasi Dewan Pers, dan 6 sertifikat Kelas Tanpa Batas dari Tempo Institute

Konsisten menyajikan informasi akurat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jangan Takut Dibilang Egois

30 Agustus 2025   21:40 Diperbarui: 30 Agustus 2025   21:40 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siluet perempuan di tepi pantai saat senja (Sumber: Artificial Intelligence/Dok Pribadi)

Egois.” Kata itu sering terdengar seperti vonis. Seakan-akan, ketika seseorang mendahulukan dirinya sendiri, maka otomatis dia dianggap buruk, tidak peduli pada orang lain, dan hanya mementingkan diri sendiri.

Padahal, benarkah selalu begitu? Bukankah membatasi diri dari tuntutan orang lain lebih tepat disebut bentuk penghargaan pada diri, bukan keegoisan?

Di sebuah kafe sederhana, seorang teman bercerita lirih. Ia lelah. Bertahun-tahun hidupnya diatur oleh ekspektasi keluarga.

Dari pilihan kuliah, pekerjaan, bahkan pasangan hidup, semua seakan bukan keputusannya. “Aku sering ragu untuk menolak, karena takut disebut egois,” ungkapnya.

Kisahnya bukan satu-satunya. Banyak orang menjalani kehidupan serupa hidup di bawah bayang-bayang penilaian.

Setiap langkah harus mendapat restu banyak pihak, setiap keputusan harus menyenangkan semua orang.

Namun, apa yang tersisa dari diri sendiri bila hidup sepenuhnya didedikasikan untuk memenuhi suara luar?

Bukankah pada akhirnya tubuh yang lelah, hati yang kosong, dan jiwa yang rapuh harus menanggung semuanya sendirian?

Sering kali, kita lupa bahwa ada garis tipis antara egois dan mencintai diri sendiri. Menolak ajakan yang membuat kita tidak nyaman, memilih jalan hidup yang berbeda, atau bahkan mengambil waktu istirahat saat orang lain berharap kita terus bekerja itu bukan keegoisan. Itu namanya menjaga diri.

Lihatlah seorang perawat muda bernama Lila. Ia terus berkutat dengan pasien hampir setiap hari di bangsal rumah sakit.

Di waktu liburnya, ia justru mengambil keputusan untuk menyepi ke pantai sendirian, tanpa mengajak siapa pun. “Aku cuma mau tenang,” katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun