Hidup sebagai petani kecil di pedesaan kerap identik dengan perjuangan menghadapi keterbatasan modal.
Hal itu pula yang dialami Zulfandi (42), seorang petani asal Dusun Cot Kala, Desa Bayeun, Kecamatan Rantau Selamat, Kabupaten Aceh Timur.
Selama bertahun-tahun, ia terbiasa bergulat dengan kesulitan biaya untuk membeli pupuk, benih, hingga peralatan kerja.
Namun, nasib Zulfandi mulai berubah setelah mengenal produk layanan dari PT Pegadaian.
Baginya, lembaga pembiayaan berbasis gadai itu bukan sekadar tempat "menggadaikan barang", melainkan sebuah solusi yang membuka jalan keluar dari jerat keterbatasan.
Awal Hidup Pas-Pasan dan Terjebak Utang Harian
Sebelum mengenal Pegadaian, Zulfandi kerap meminjam uang dari tengkulak atau kerabat terdekat.
Bunga tinggi dan sistem "bayar panen" membuat penghasilannya habis hanya untuk melunasi utang lama.
"Dulu, hasil panen belum sempat dinikmati, sudah habis dipotong hutang. Kadang, malah masih kurang," kata Zulfandi saat ditemui di gubuk sawahnya, awal Agustus lalu.
Kondisi ini membuatnya nyaris putus asa. Apalagi, ia masih menanggung biaya sekolah dua anak dan kebutuhan rumah tangga.