Kalau ketahuan memberi uang sedikit, maka sebagian warga akan bernyanyi. Ingat ya, sebagian warga, bukan semua warga. Memang, pemimpin oleh sebagian masyarakat kita dimaknai sebagai sumber uang.
Tentu ini jadi ongkos sosial yang besar. Jika sudah seperti itu, apakah mereka tak berniat untuk menambah duit dari korupsi? Ya tak tahulah.
Tak Paham
Lima tahun lalu, saya secara tak sengaja sedang berada di sebuah acara hajatan. Tak sengaja pula saya ngobrol dengan orang di samping saya. Ternyata dia adalah seorang camat.
Kami ngobrol tentang beberapa hal, termasuk desa. Dia mengaku lelah ketika berurusan dengan perangkat desa yang tak paham penganggaran dan pelaporan keuangan.
Ya tentu tak semua desa seperti itu. Tapi ada desa yang sumber dayanya masih kurang. Nah, kalau tak paham penganggaran, bisa jadi serampangan memakai anggaran. Akhirnya malah jadi petaka.
Tapi untuk hal ini bisa diatasi dengan memasifkan pemahaman penganggaran pada aparat desa.
Kemaruk
Kalau ini memang mentalitas personal yang bermasalah. Banyak atau sedikit dana desa, maka  tetap kemaruk dan ambil duit desa. Jadi sulit diantisipasi, paling ya langsung diproses hukum saja.
Lalu?
Sekalipun ada korupsi, bukan berarti dana desa atau alokasi dana desa disetop. Sebab, sumber keuangan itu jika diolah dengan baik bisa memakmurkan desa.