Mohon tunggu...
Muhammad Ilfan Zulfani
Muhammad Ilfan Zulfani Mohon Tunggu... Penulis - Kayanya pembelajar

Lahir dan tumbuh di Banjarmasin. Pernah tinggal di Depok.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Eksistensi dan Kontradiksi?

4 Januari 2022   09:13 Diperbarui: 4 Januari 2022   09:23 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah kalimat dari dia membuatku terpana, "El, pencarian atas kebenaran tidak akan pernah berhenti, tetapi oleh sebab itulah kita harus tetap hidup. Kalau kebenaran telah kita temukan, sudah tidak ada gunanya lagi kita hidup." Kebenaran ini bisa apa saja dan kita tahu pula bahwa universitas tetap berlangsung karena ilmu tidak akan pernah berakhir untuk digali.

Aku setuju jika ada yang bilang bahwa orang yang mengalami masa gejala kejiwaan depresi atau cemas adalah orang yang terlalu banyak berpikir. Bukan kami terlalu lebai, tetapi Tuhan memberikan kami keinginan untuk berpikir lebih dari orang kebanyakan. Pertemuanku dengan Ma adalah salah satu pertemuan terbaik dalam hidupku. Perempuan Sunda dengan latar belakang keluarga agamis itu telah memberikan banyak hal ke dalam diriku.

Baru saja kemarin malam, aku ditraktir oleh Ma di warung masakan Cina, setelah sepuluh hari dia "menghilang" di Bekasi untuk ikut dalam sebuah proyek penelitian. Malam itu dia semakin cantik, dan begitu juga perasaanku padanya: semakin menggila. Kala itu, dia bercerita soal second chance, istilah yang ia dapat dari pidato mengagumkan aktor Joaquin Phoenix saat menerima penghargaan Oscar tahun 2020.

Katanya, bahwa, seorang "kacau" seperti dirinya sangat menghargai kesempatan kedua yang telah diberikan kepadanya oleh seorang dosen. Kesempatan yang membuat ia terlibat di penelitian itu. Dia nampak sangat tenang mengingat segala kepedihan yang telah ia lalui karena ia telah menerima kepercayaan yang tetap diberikan oleh orang lain.

Aku rasa, aku juga membutuhkan semacam kesempatan kedua itu. Aku dan Ma, orang yang terpuruk dalam hidup oleh pikiran sendiri, membutuhkan banyak kepercayaan dari orang lain. Bahwa kami dapat berubah. Apalagi kami sebenarnya bukan bodoh, kami adalah orang yang berpikir. Sampai-sampai kami memikirkan sesuatu yang sering membuat kami justru jatuh dalam jurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun