Mohon tunggu...
ilfajatim
ilfajatim Mohon Tunggu... Wirausahawan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebuah Catatan Lama nan Usang, 2008

2 Februari 2018   14:50 Diperbarui: 2 Februari 2018   14:56 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

TEKNIK TES DAN TEKNIK NONTES

SEBAGAI ALAT EVALUASI HASIL BELAJAR

Teknik Tes

Pengertian Tes

Adanya perbedaan individu menyebabkan perlunya diciptakan sebuah alat untuk mendiagnosis keadaan tersebut. Alat ukur tersebut lazim disebut dengan tes. Tes berasal dari bahasa Perancis kuno: Testum dengan arti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia, sedangkan dalam Bahasa Arab dikenal dengan                        ( tes;ujian;atau percobaan).

Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan penjelasan diatas, yaitu:

Test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran atau penilaian

Testing adalah saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya pengukuran dan penilaian


Tester adalah orang yang melakukan tes atau pembuat tes atau eksperimentor.

Testee (mufrad);testees (jama') adalah pihak yang dikenai tes (peserta tes=peserta ujian).

Adapun secara istilah, menurut Anne Anastasi dalam Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Adapun menurut Lee J. Cronbach dalam Essential of Psychological Testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih. Sedangkan menurut F.L. Goondenough, tes adalah suatu tugas yang diberikan kepada individu dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka satu dengan yang lainnya.

Dapat ditarik kesimpulan, bahwa dalam dunia evaluasi pendidikan yang dimaksud dengan tes adalah cara (yangdapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan.

Fungsi Tes

Sebagai alat pengukur terhadap perkembangan atau kemajuan peserta didik setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran.

Penggolongan Tes.

Pengologan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan/kemajuan belajar peserta didik

1). Tes Seleksi (al-Imtihaan Al-Intikhaabiy=)

Tes ini sering disebut dengan istilah "ujian saringan" atau "ujian masuk". Tes ini dilakukan dalam rangka penerimaan calon siswa baru. Materi tes seleksi ini merupakan materi prasyarat untuk mengikuti program pendidikan yang akan diikuti oleh calon.

2). Tes Awal (al-Imtihaan al-Mabda'iy=)

Tes awal ini sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Oleh karena itu butir-butir soalnya dibuat mudah.

Materi tes awal umumnya ditekankan pada bahan-bahan penting yang seharusnya sudah diketahui oleh peserta didik sebelum pelajaran diberikan kepada mereka.

3). Tes Akhir (al-Imtihaan al-Niha'iy=)

Tes akhir ini lebih dikenal dengan istilah post-test. Tujuan tes ini adalah untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah benar-benar dikuasai oleh peserta didik. Materi tes ini adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah tes awal.

4). Tes Diagnostik (al-Imtihaan al-Fahshiy=)

Tes ini adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran. Materi yang diberikan dalam tes ini umumnya ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya sulit dipahami peserta didik.

5). Tes Formatif (al-Imtihaan al-Yaumiy=)

Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengeahui, sejauh manakah peserta didik "telah terbentuk" (sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajarandalam jangka waktu tertentu. Istilah formatif ini berasal dari kata "form" yang berarti "bentuk". Tes formatif ini biasa dilaksanakan ditengah-tengah perjalanan program pengajaran dan disekolah-sekolah biasa disebut dengan "ulangan harian". Adapun materi tes ini meliputi bahan-bahan pelajaran yang telah diberikan baik yang berkategori sukar ataupun berkategori mudah.

6). Tes Sumatif (al-Imtihaan al-Nisf al-Sanawiy=)

Tes ini adalah tes hasil belajar yangdilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran telah selesai diajarkan. Disekolah, tes ini dikenal dengan istilah "ulangan umum" atau "EBTA" (Evaluasi Belajar Tahap Akhir). Tujuan daripada tes ini adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

Penggolongan tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap

1). Tes Intelegensi (intelegency test), yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdaan seseorang.

2). Tes kemampuan (aptitude test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.

3). Tes sikap (attitude test), yaitu jenis tes yang bertujuan mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon terhadap dunia sekitar.

4). Tes kepribadian (personality test), yakni tes yang bertujuan untuk mengungkap ciri-ciri khas yang bersifat lahiriyah seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi atau kesenangan.

5). Tes hasil belajar, yang sering disebut dengan tes pencapaian (acchievement test), yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar.

Penggolongan lain

Dilihat dari orang yag mengikuti tes

1). Tes individu (individual Test), yakni tes dimana seorang tester hanya berhadapan dengan satu orang testee.

2). Tes kelompok (Group Test), ykni tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee.

Dilihat dari waktu yang disediakan

1). Power Test, yakni tes dimana waktu yang disediakan untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi.

2). Speed Test, tes dimana waktu untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.

Dilihat dari segi bentuk responnya

1). VerbalTest, yakni tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuan dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secata lisan maupun tulisan.

2). Nonverbal Test, yakni tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata melainkan tindakan atau tingkah laku.

Ditinjau dari cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawaban

1). Tes Tertulis (pencil and paper test), yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan dilakukan secara tertulis demikian juga testee daam memberikan jawabannya

2). Tes Lisan (nonpencil and paper test), yakni tes dimana tester didalam mengajukan pertanyaan dilakukan secara lisan dan testee-pun memberikan jawaban secara lisan pula.

Teknik Nontes.

Untuk mengevaluasi hasil belajar tidak selamanya harus menggunakan teknik tes tapi juga dapat menggunakan teknik non-tes. Teknik ini biasanya memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasilbelajar peserta didik dari ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain), sebab teknik sebelumnya lebih banyak berkutat pada ranah proses berpikirnya (cognitive domain).

Pengamatan (Observation/at-Ta-ammul=)

Secara umum, observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan sasaran pengamatan.

Observasi dapat dilakukan baik secara partisipatif (participant observation) maupun nonpartisipatif (nonpartisipant observation). Dapat pula berbentuk observasi eksperimental (experimental observation) yaitu observasi yang dilakukan dalam situasi buatan atau bernbentuk observasi yang dilakukan dalam situasi yang wajar (nonexperimental observation).

Wawancara (Interview/al-Hiwaar=)

Secara umum wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawablisan secara sepihak, berhadapan muka dan denan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan, yaitu:

Wawancara terpimpin (guided interview) yang juga sering disebut dengan wawancara terstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis. Dalam wawancara ini evaluator telah menyiapkan beberapa pertanyaan terkait dengan hal yang akan dievaluasi dan sepanjang wawancara evaluator hanya berpegang pada panduan wawancara.

Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) atau wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tak sistematis (non-systemic interview) atau wawancara bebas. Dalam wawancara ini, pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan tanpa dikendalikan oleh pedoman tetentu.

Angket (Questionnaire/Istifta'=)

Angket dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Menggunakan angket, pengumpulan data sebagai bahan penilaian jauh lebih praktis dan hemat waktu serta tenaga. Hanya saja, jawaban yang diberikan acapkali tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

Angket ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai bahan untuk menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Langkah ini juga berguna untuk mengungkap latar belakang orang tua peserta didik maupun peserta didik itu sendiri agar dikemudian hari dapat dipergunakan.

Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)

Evaluasi tentang kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik juga dapat terlengkapi dengan dengan melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen yang telah ada sebelumnya. Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua ataupun lingkungan bukan tidak mungkin suatu saat akan diperlukan sebagai bahan pelengkap pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar pada peserta didik.

TEKNIK PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN TES HASIL BELAJAR

 

CIRI-CIRI TES HASIL BELAJAR YANG BAIK.

Ada empat ciri atau karakteristik yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar, sehingga tes tersebut dapat dinyatakan sebagai tes yang baik, yaitu valid;benar;tepat (shahih=), reliabel;ajeg;mantap (tsaabit=), obyektif;apa adanya (maudu'iy=), dan praksis;sederhana;lengkap ('amaliy=).

PRINSIP-PRINSIP DASAR DALAM PENYUSUNAN TES HASIL BELAJAR.

Pertama, tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learningoutcome)yang tela ditetapkan dalam tujuan instruktusional. Kedua, butir-butir soal merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan. Ketiga, bentuk soal yang diberikan harus bervariasi, sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu sendiri. 

Keempat, tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannyauntuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kelima, tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan. Artinya walaupun dilaksanakan berkali-kali terhadap subyek yang sama, hasilnya selalu sama atau relatif sama. Keenam, tes hasil belajar dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa serta alat pengumpul informasi untuk memperbaiki cara belajar siswa dan mengajar guru..

BENTUK-BENTUK TES HASIL BELJAR DAN TEKNIK PENYUSUNANNYA.

Tes hasil belajar bentuk uraian

Pengertian

Tes uraian (essay test)/tes subyektif (subjective test) adalah salah satu jenis tes yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

Pertama, berbentuk pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa uraian yang pada umumnya cukup panjang. Kedua, bentuk-bentuk pertanyaan itu menuntut testee untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran. Ketiga, jumlah butir soalnya umunya terbatas. Keempat, umumnya diawali dengan kata: "Jelaskan"..,"Terangkan"..,"Mengapa"..,"Bagaimana"..,dll

Penggolongan tes uraian

Tes uraian dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

Pertama, tes uraian bentuk bebas, yakni tes yang mana jawaban yang dikehendaki muncul dari testee sepenuhnya. Artinya testee mempunyai kebebasan yang eluas-luasnya.

Kedua, tes uraian terbatas, yakni bentuk tes dimana jawaban yang dikehenaki adalah jawaban yang sifatnya sudah lebih terarah.

Ketepatan penggunaan tes uraian

Penggunaan tes uraian ini sangatlah tepat jika kita ingin mengungkap daya ingat serta pemahaman peserta didik. Disamping itu juga mengungkap kemampuan testee dalam memahami berbagai konsep berikut aplikasinya.

Segi-segi kebaikan dan kelemahan tes uraian

Keunggulan tes uraian:

1). Pembuatannya mudah dan cepat.

2). Dapat mencegah timbulnya permainan spekulasi dikalangan testee

3). Penyusun soal akan mengetahui sejauh mana tingkat kedalaman dan pemahaman testee dalam memahami materi

4). Testee akan terdorong dan terbiasa untuk berani mengemukakan pendapat dengan kalimat yang disusun sendiri.

Kelemahan tes uraian:

1). Kurang dapat menampung materi pelajaran yang telah diberikan.

2). Cara mengoreksi jawaban soal tes uraian ini cukup sulit.

3). Dalam pemberian skor, terdapat kecenderungan tester bersifat subyektif.

4). Pekerjaan koreksi tidak dapat diserahkan/dilakukan oleh orang lain.

5). Validitas serta reliabilitas yang dimiliki umumnya rendah

Petunjuk operasional dalam penyusunan tes uraian

1). Diusahakan butir-butir soal tes uraian mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran

2). Diusahakan susunan kalimat berlainan dengan susunan kalimat dalam buku pelajaran atau bahan pengajaran untuk menghindari perilaku menyontek.

3). Harus disusun juga jawaban yang dikehedaki oleh tester sebagai jawaban benar guna membandingkan jawaban testee.

4). Dalam penyusunan soal diusahkan pertanyaan atau perintahnya tidak seragam melainkan bervariasi.

Tes hasil belajar bentuk obyektif (objective test)

Pengertian tes obyektif

Tes obyektif juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short answer test), tes "ya-tidak" (yes-no test), dan tes model baru (new type test) adalah salah satu jenis tes yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) jawaban yang dianggap benar oleh testee.

Penggolongan tes obyektif

1). Bentuk benar-salah (true-false test)

Adalah salah satu bentuk tes yang mana butir soal yang diajukan berupa pernyataan (statement), dimana ada yang salah dan ada yang benar. Sehingga tugas testee untuk membubuhkan tanda mana yang benar dan mana yang salah.

- Keunggulan true-false test:

a). Pembuatan mudah

b). dapat dipergunakan berulang kali

c). Dapat mencakup bahan pelajaran yang luas

d). Tidak terlalu banyak kertas

e). Cara mengerjakan mudah

f). Cara mengoreksi juga mudah

- Kelemahan true-false test:

a). membuka peluang bagi testee untuk berspekulasi

b). Bersifat terbatas (sifatnya hanya hafalan)

c). Reliabilitasnya rendah kecuali jika dibuat dalam jumlah yang banyak

f). Dapat terjadi kemungkinan bahwa butir soal tidak dapat dijawab dengan dua kemungkinan saja.

2). Tes obyektif bentuk Matching

Sering dikenal dengan istilah menjodohkan. Adapun ciri-cirinya:

a). Terdiri dari satu seri pertanyaan dan sati seri jawaban.

b). Tugas testee adalah menempatkan jawaban yang tersedia pada tempat yang cocok.

Keunggulan tes bentuk Matching:

a). Pembuatan mudah.

b). Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan obyektif

c). Faktor menebak dapat dihilangkan

d). Berguna untuk menilai berbagai hal

Kelemahan tes bentuk Matching:

a). Lebih banyak mengungkap aspek hafalan saja

b). Acapkali dijadikan "pelarian" bagi pengajar karena tidak sempat membuat soal

c). Kurang baik untuk mengevaluasi pengertian dan kemampuan interpretasi

d). Sering menyelinap hal-hal yang kurang perlu untuk diujikan.

3). Tes obyektif bentuk Fill In

Tes ini berbentuk isian yang biasanya berbentuk cerita atau karangan.

Kebaikan tes bentuk Fill In

a). Masalah yang diujikan tertuan secara keseluruhan

b). Berguna untuk mengungkap pengetahuan testee secara utuh dalam satu bidang.

c). Cara penyusunan itemnya mudah.

Kelemahan tes ini:

a). Lebih banyak mengungkap aspek pengetahuan atau pengenalan saja

b). Banyak memakan tempat.

c). Kurang komprehensif

d). Berpeluang bagi testee untuk bermain tebak terka.

4). Tes Obyektif bentuk Completion

Sering dikenal dengan istilah tes melengkapi atau menyempurnakan dengan ciri-ciri:

a). Susunan sebagian kalimatnya suda dihilangkan

b). Bagian yang dihilangkan diganti dengan titik-titik (............)

c). Titik-titik tersebut harus diisi oleh testee dengan jawaban (kalimat) yang telah dihilangkan oleh tester

Kelebihan tes bentuk Completion:

a). Mudah dalam penyusunannya.

b). Lebih menghemat tempat.

c). Persyaratan komprehensif dapat dipenuhi oleh tes ini.

d). Dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi.

Kelemahan tes bentuk Completion:

a). Tester cenderung menggunakan tes ini untuk mengungkap daya ingat atau hafalan

b). kurang relevan untuk diujikan.

c). Tester kurang berhati-hati dalam pembuatannya sehingga cenderung "asal jadi"

5). Tes obyektif bentuk Multiple Choice Item

Sering dikena dengan istilah bentuk pilihan ganda, yaitu pertanyaan yang terdiri dari satu kalimat yang belum lengkap dan testee berkewajiban melengkapinya dengan memilih diantara jawaban yang telah disediakan.

Ketepatan penggunaan tes obyektif

Tes ini sangat tepat digunakan apabila tester berhadapan dengan kenyataan seperti yang disebutkan berikut ini:

1). Peserta tesnya cukup banyak

2). Tester memiliki kemampuan serta pengalaman luas dalam penyusunan butir-butir soal tes obyektif.

3). Penyusun tes memiliki waktu yang cukup longgar dalam mempersiapkan butir-butir tersebut.

4). Tester merencanakan, bahwa soal tes tidak hanya digunakan pada sekali saja, sekalipun itemnya sama, tetapi dengan merubah letak jawaaban maka soal asih dikatakan relevan.

5). Tester mengetahui kualitas butir soalnya, seperti kesukaran, daya pembedanya dan sebagainya.

6). Tester berkeyakinan bahwa prinsip obyektifitas akan terjaga dengan adanya tes tersebut.

Segi-segi kebaikan dan kelemahan tes Obyektif.

Beberapa keunggulan tes obyektif:

1). Lebih representatif dalam hal mencakup daan mewakili materi yang sudah diajarkan

2). Lebih memungkinkan bagi tester untuk bertindak obyektif, baik dalam mengoreksi, menentukan bobot skor, maupun dalam menentukan nilai hasil belajar.

3).  Pengoreksiannya lebih cepat dan mudah daripada mengoreksi hasil tes uraian.

4). Pengoreksian dapat dilakukan oleh siapa saja, karena kunci jawaban sudah tersedia, sehingga menghasilkan hasil penilaian yang sama.

5). Butir soal lebih mudah untuk dianalisis, baik analisis dari segi derajat kesukarannya, daya pembedanya, validitas, maupun realibilitasnya.

Beberapa kelemahan tes obyektif:

1). Penyusunan butir soalnya tidak semudah tes uraian.

2). Tes obyektif pada umumnya kurang dapat mengukur proes berpikir yang tinggi atau mendalam.

3). Memungkinkan bagi testee untuk berspikulasi, tebak terka adu untung dalam meberikan jawaban.

4). Membuka peluang bagi testee untuk bekerja sama secara tidak sehat dengan testee yang lain, misalnya degan menggunakan kode dengan tangan yang melambangkan simbol pada pilihan jawaban.

Petunjuk Penyusunan Tes Obyektif.

Pertama, dalam menyusun soal obyektif yang bermutu, maka tester harus sering melakuakn pelatihan penyusunan butir soal, engan lebih baik dan sempurna.

Kedua, melakukan penganalisisan item, serelah tes tersebut dipergunakan, untuk mengidentifikasi butir item, yang termasuk baik, kurang baik, atau tidak baik.

Ketiga, tester membuat suatu norma berupa sanksi bagi testee yang melakukan kerjasama, dapat berupa pengurangan skor.

Keempat,tester membuat kisi-kisi soal atau blue print, untuk merancang dan menyusun butir soal.

Kelima, bahas atau istilah-istilah yang digunakan harus jelas, sederhana, ringkas, dan mudah dipahami oleh testee.

Keenam, menjauhkan diri dari penafsiran ganda, atau kerancauan pemberian jawaban.

Ketujuh, cara memenggal kalimat dan pemberian tanda pada soal harus benar, dan menghindari dari kekeliryuan pengetikan dean ebagainya.

Kedelapan, memberikan beberapa petunjuk tentang tata car menjawab soal dengan jelas dan tegas.

Pembuatan Tabel Spesifikasi Soal Sebagai Salah Satu Upaya lam Mengatasi Kelemahan Tes Obyektif.

1). Pengertian Tabel Spesfikasi/Kisi-Kisi Soal.

Adalah sebuah tabel analisis yang didalamnya dimuat rincian materi tes dan tingkah laku beserta proporsi yang dikehendaki oleh tester, dimana pada tiap petak  dari tabel tersebut diisi dengan angka-angka yang menunjukkan banyaknya butir soal yang akan dikeluarkan dalam tes hasil belajar dalam bentuk obyektif.

2). Cara Membuat Tabel Spesfikasi.

Langkah pertama, menyiapkan tabel spesifikasinya.

Langkah kedua, menetapkan bentuk dan modeltes obyektif yang akan diterapkan dalam rangka evaluasi hasil belajar.

Langkah ketiga, menetapkan banyaknya butir soal yang diambilkan dari setiap Bahan pelajaran.

Langkah keempat,menyusun, membuat, menuliskan buir-butir soal tes.

D.TEKNIK PELAKSANAAN TES HASIL BELAJAR.

Dalam praktek, pelaksanaan tes hasil belajar dapat diselenggarakan secara tertulis (tes tertulis), dengan secara lesan (tes lesan) dan dengan tes perbuatan.

Teknik Pelaksanaan Tes Tertulis.

Pertama,ruang tempat berlangsungnya tes diletakkan pada tempat yang jauh dari kericuhan, agar testee dapat mengerjakan secara tenang, dan seyogyanya diluar ruangan dipasang papan pemberitahuan

Kedua, ruangan tes cukup longgar.

Ketiga,ruangan tes memiliki sistem udara dan pencahayaan yang baik.

Keempat, mempersiapkan alat-alat kelancaran tulis menulis, seperti alas tempat menulis.

Kelima, membuat tanda waktu diperbolehkannya mengerjakan soal, sehingga testee dapat memulainya secara bersamaan dengan yang lainnya.

Keenam, pengawas hendaknya berlaku wajar dalam melakukan pengawasan.

Ketujuh, pembuatan sanksi-sanksi bagi testee yang melakukan kecuranagan.

Kedelapan, mempersiapkan daftar hadir yang harus ditandatangani oleh testee, sebagai tanda bukti keikutertaan.

Kesembilan, testee hendaknya dimina meninggalkan ruangan jika waktu tes sudah selesai/habis.

Kesepuluh, mengadakan Berita Acara Pelaksanaan Tes, yang berisi tentang berita keadaan tpelaksanaan tes, seperti jumlah testee yang hadir.

Teknik Pelaksanaan Tes Lisan pertama

Pertama, sebelum tes lisan dilaksanakan, tester melakukan inventarisasi berbagai jenis soal.

Kedua, menyiapkan pedoman jawban yang benar.

Ketiga, skor tes lisan harus sudah dapat ditentukan disaat masing-masing testee selesai dites.

Keempat,tes hendaknya jangan berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi.

Kelima, mmenguji pada hakekatnya adalah mengukur, bukan membimbing testee, artinya prinsip obyektifitas dan prinsip keadila harus ditegakkan, jadi tester dilarang memberikan pancingan atau kode-kode yang menuntun testee dalam menjawab soal secara benar.

Keenam, tes lisan harus berlangsung secara wajar, artinya tes tersebut tidak boleh mengandung rasa takut, gugup dan panil pada diri testee.

Ketujuh, tester sebelumnya sudah menentukan pedoman waktu bagi testee dalam menjawab soal.

Kedelapan, pertanyaan harus berfariasi, meskipun intinya sama.

Kesembilan, tes berlangsung secara individual.

Teknik Pelaksanaan Tes Perbuatan.

Tes ini digunakan untuk mengukur taraf kompetensi yang bersifat ketrampilan, oleh karenanya tes harus dilaksanakan secara individual, agar testee dapat diamati dan dinilai secara pasti. Oleh karena itu hal-hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

Pertama, tester harus mengamati secara teliti.

Kedua, hendaknya tester jangan berbicara atau berbuat sesuatu yang dapat mempengaruhi testee yang sedang mengerakn tugas, agar sifat obyektifitas dapat tercapai.

Ketiga, tester sebelumnya sudah menyiapkan instrumen berupa lembar penilaian yang didalamnya memuat hal-hal yang harus diamati dan diberiakan penilaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun