2). Lebih memungkinkan bagi tester untuk bertindak obyektif, baik dalam mengoreksi, menentukan bobot skor, maupun dalam menentukan nilai hasil belajar.
3). Â Pengoreksiannya lebih cepat dan mudah daripada mengoreksi hasil tes uraian.
4). Pengoreksian dapat dilakukan oleh siapa saja, karena kunci jawaban sudah tersedia, sehingga menghasilkan hasil penilaian yang sama.
5). Butir soal lebih mudah untuk dianalisis, baik analisis dari segi derajat kesukarannya, daya pembedanya, validitas, maupun realibilitasnya.
Beberapa kelemahan tes obyektif:
1). Penyusunan butir soalnya tidak semudah tes uraian.
2). Tes obyektif pada umumnya kurang dapat mengukur proes berpikir yang tinggi atau mendalam.
3). Memungkinkan bagi testee untuk berspikulasi, tebak terka adu untung dalam meberikan jawaban.
4). Membuka peluang bagi testee untuk bekerja sama secara tidak sehat dengan testee yang lain, misalnya degan menggunakan kode dengan tangan yang melambangkan simbol pada pilihan jawaban.
Petunjuk Penyusunan Tes Obyektif.
Pertama, dalam menyusun soal obyektif yang bermutu, maka tester harus sering melakuakn pelatihan penyusunan butir soal, engan lebih baik dan sempurna.