Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Cerita di Batas Kota

5 Agustus 2014   01:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:25 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mudik sudah usai dan saatnya kita kembali ke aktivitas semula.

Setelah melakukan mudik, pasti ada kesan tersendiri. Selain momen berkumpul bersama keluarga tentunya. Kalau saya, mudik kali ini memberi kesan tersendiri karena saya harus mengunjungi beberapa kota dalam rentang waktu yang cukup singkat. Akibat waktu saya banyak dihabiskan di jalan, maka ada satu hal yang menarik perhatian saya. Tidak lain dan tidak bukan adalah tapal batas suatu kota atau kabupaten.

[caption id="attachment_317810" align="aligncenter" width="560" caption="Tapal Batas Kabupaten Malang dengan Kabupaten Kediri. Foto diambil dari Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang"]

1407152223697147729
1407152223697147729
[/caption]

Bagi banyak orang, keberadaan tapal batas kota ini bisa jadi tak terlalu dihiraukan. Mungkin di sebagian pemikiran orang, tapal batas hanya sekedar penanda saja. Penanda bahwa kita sudah memasuki wilayah sebuah kota atau kabupaten. Meski begitu, jika diamati lebih lanjut, keberadaan tapal batas suatu kota bisa menjadi identitas kota tersebut. Identitas untuk mengenalkan jati diri kota tersebut kepada orang yang melewatinya, terutama bagi orang dari luar kota.

Di Indonesia, terutama di kota-kota di Pulau Jawa, tapal batas sebuah kota biasanya berupa gapura yang terletak di kanan kiri jalan. Pada gapura tersebut tertulis nama kota/kabupaten yang akan dimasuki oleh pendatang. Tentunya beserta lambang kota/ kabupaten. Ada juga ucapan selamat jalan dari wilayah yang telah kita lalui dan ucapan selamat datang dari wilayah yang kita tuju.

[caption id="attachment_317811" align="aligncenter" width="560" caption="Tapal Batas Kabupaten Sleman dan Kabupaten Magelang. Foto diambil dari Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang"]

14071525081846389086
14071525081846389086
[/caption]

Pada beberapa kota, diantara gapura yang terletak di kanan kiri jalan tersebut tertulis nama kota yang dimaksud. Kadang-kadang motto kota tersebut juga terpampang dengan jelas. Kalau sudah begini, saya selalu kepo mencari tahu apa kepanjangan dari motto tersebut. Bukan apa-apa sih, seringkali singkatan motto kota yang dimaksud kurang nyambung atau terkesan dipaksakan. Tapi, mungkin tujuan penggunaan motto tersebut untuk lebih mengenalkan segala hal baik tentang kota tersebut. Sah-sah saja sebenarnya menggunaakan motto-motto tersebut toh tujuannya juga untuk kebaikan kota tersebut.

Tidak semua kota memiliki tapal batas yang jelas berupa gapura. Pada perbatasan dua kota/kabupaten yang terletak di jalan alternatif (bukan jalan utama), tapal batas yang digunakan seperti pada tapal batas desa/RW. Berupa tumpukan batu yang ditulisi keterangan bahwa kita sudah memasuki kota tersebut. Tapi, ada juga tapal batas yang meskipun berada di jalan utama (jalan negara/jalan provinsi) tak juga terlalu tampak. Contohnya adalah batas antara Kota Magelang dan kabupaten Magelang. Kota Magelang, yang luasnya seupil, sekitar 18 km persegi, berbatasan dengan Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang di sebelah selatan. Saat saya menuju ke rumah saudara di Kota Magelang, saya kepo mencari mana batas yang menandakan kita sudah masuk teritorial Kota Magelang. Ternyata, tapal batasnya berupa seonggok batu yang sudah kusam bertuliskan “Kodia Magelang” (Kodia merupakan nama lama untuk Kota zaman Pak Harto), hanya di salah satu sisi jalan. Tepatnya, berdiri di seberang sebuah Mall yang cukup megah. Saya tak habis pikir, mengapa pemda di sana tak sanggup membangun tapal batas yang baru. Apa mungkin karena perkembangan daerah di sekitarnya membuat tapal batas yang baru tak terlalu penting. Meski bergitu, tanpa tapal batas pun, jika melihat deretan perumahan dan pertokoan yang sudah mulai rapat, maka bisa dipastikan kita telah masuk wilayah kota dan keluar dari wilayah kabupaten.

[caption id="attachment_317812" align="aligncenter" width="560" caption="Tapal batas Provinsi DIY dan Jawa Tengah yang membagi Candi Prambanan menjadi 2 bagian. Foto diambil dari Prambanan sisi Klaten"]

14071526771133754757
14071526771133754757
[/caption]

Tapal batas yang tak terlalu jelas menurut pengamatan saya yang lainnya adalah tapal batas Kabupaten Sidoarjo dengan Kota Surabaya. Tapal batas ini berada di lingkar Waru, dekat dengan Terminal Purabaya dan Stasiun Waru.  Berupa patung hiu-ikan suro di sisi utara dan gambar ikan-udang di sisi selatan (cmiiw). Mungkin karena saking padatnya jalan, maka banyak orang yang mengenali batas ini. Bahkan, beberapa teman sering salah paham bahwa Terminal Purabaya itu masuk wilayah Kota Surabaya.  Padahal sebenarnya, terminal ini masih berada di wilayah Kabupaten Sidoarjo.

[caption id="attachment_317813" align="aligncenter" width="560" caption="Salah satu tapal batas kota yang tak terlalu jelas"]

14071527941939194238
14071527941939194238
[/caption]

[caption id="attachment_317816" align="aligncenter" width="560" caption="Dua orang penumpang sedang menunggu Bus di luar terminal Purabaya, di dekat tapal batas Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo."]

1407153092932423796
1407153092932423796
[/caption]

Tidak semua tapal batas kota/kabupaten di Indonesia bisa dilewati dengan gratis. Ada juga yang mewajibkan pengendara yang melintasinya membayar karcis. Contohnya adalah batas antara Kabupaten Malang dengan Kabupaten Blitar. Jika kita mengendarai mobil dan melewati perbatasan ini, maka kita harus membayar “visa on arrival” sebesar 2.000 rupiah. Tak terlalu banyak memang, tapi coba anda hitung berapa mobil yang lalu lalang. Wah bisa dibuat jalan-jalan keluar negeri tuh, hehe. Usut punya usut, menurut sopir mobil carteran yang membawa saya mudik ke Kediri kemarin, dua daerah ini berbagi wisata Waduk Lahor. FYI, waduk ini berada di sebelah utara Waduk Karangkates yang lebih tersohor. Waduk ini tepat berada diantara dua kabupaten tadi. Para pengunjung biasanya hanya memarkir kendaraannya di sisi jalan untuk melihat pemandangan. Mungkin karena itulah, pengendara mobil yang melewati border harus membayar “visa on arrival”.

[caption id="attachment_317814" align="aligncenter" width="483" caption="Tapal batas Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar. Melewati tapal batas ini maka pelintas batas harus membayar 2000 rupiah. Foto diambil dari Kecamatan Selorejo Kabupaten Blitar"]

14071528631746500599
14071528631746500599
[/caption]

Nah, kalau ada pertanyaan, tapal batas mana yang paling bagus? Penilaian bisa saja subyektif. Tapi, menurut pengamatan saya, tapal batas masuk Kota Wisata Batu sementara ini adalah juaranya. Bukan karena masih satu daerah sama saya, tapi memang kota ini terlihat paling niat. Bisa jadi, icon Batu sebagai kota yang pemasukan utamanya dari pariwisata membuat kota ini harus all out menata kotanya, termasuk tapal batasnya. Saat anda memasuki Kota Batu maka sebuah gapura yang cantik akan langsung menyambut anda. Lalu, deretan iklan tempat wisata akan langsung terpampang, beserta aneka restoran dan penginapan.

[caption id="attachment_317819" align="aligncenter" width="560" caption="Kalau sudah masuk tapal batas ini dijamin akan enggan untuk keluar"]

1407153614470865362
1407153614470865362
[/caption]

Mungkin masih banyak cerita tapal batas lainnya yang juga tak kalah bagusnya. Apapun itu, setiap daerah pasti memiliki kekhasan masing-masing. So, ayo jalan-jalan.

[caption id="attachment_317818" align="aligncenter" width="560" caption="Kalau anda sudah masuk tapal batas ini, jangan lupa mampir ke rumah saya ya."]

1407153264700169854
1407153264700169854
[/caption]

Gambar: Dok Pri

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun