Mohon tunggu...
Ika Kartika
Ika Kartika Mohon Tunggu... Communicating Life

PNS yang percaya bahwa literasi bukan cuma soal bisa baca, tapi soal mau paham. Kadang menulis serius, kadang agak nyeleneh. Yang penting: ada insight, disampaikan dengan cara yang asik, dan selalu dari kacamata ilmu komunikasi—karena di situlah saya belajar dan bekerja. Seperti kata pepatah (yang mungkin baru saja ditemukan): kalau hidup sudah terlalu birokratis, tulisan harus tetap punya nyawa.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kamu Pikir, Kamu Berhak Rendahkan Harkat dan Martabat Saya?: Catatan untuk Pelaku Perundungan

11 Maret 2025   11:41 Diperbarui: 11 Maret 2025   11:41 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Saya senyum-senyum miris. Satu tahun sejak saya menulis artikel tentang betapa menyeramkannya cyberbullying pada anak-anak, ternyata saya lupa kalau saya juga pernah jadi korbannya. Bukan saat saya kanak-kanak, tapi saat ini, ketika usia saya hampir mencapai setengah abad. Ingin tahu rasanya bagaimana dirundung?. Jantung berdegup lebih kencang, lutut bergetar, mata panas, mulut kering, bibir kelu, dan nafsu makan hilang. Dalam seminggu berat badan bisa hilang sekitar 5 kg. Sungguh pilihan diet yang absud!.

Dalam artikel saya tersebut, saya bercerita kala didapuk jadi pembicara di hadapan seribuan siswa salah satu SMK negeri di Pandeglang pada Tahun 2024 silam. Saat itu tema bahasannya kurang lebih tentang cerdas bermedia sosial. Mengawali paparan, saya bertanya kepada mereka, antara lain apakah menurut mereka, mereka layak diperlakukan buruk oleh orang lain?. Alih-alih menjawab, hampir seluruh siswa malah menunjuk pada seorang siswa  laki-laki yang duduk di tengah yang sedari awal saya amati hanya tertunduk. Dia menolak diminta maju. Kepalanya terus menunduk, sementara kawan-kawannya makin riuh menyemangati dia untuk maju. Pelan saya yakinkan dia untuk maju, dan akhirnya bersedia. Sambil tetap menunduk dia maju dengan posisi badan membelakangi teman-temannya. Saya bertanya ulang, "Menurutmu, kamu layak diperlakukan buruk oleh orang lain?". Cepat dia menggelengkan kepala sambal tegas berkata "Tidak!". Saya tanya lagi, "Kamu diperlakukan buruk oleh orang lain?". Dia menjawab yakin "Iya!". Kepalanya terus menunduk, sikap badannya bungkuk, matanya keruh menahan tangis.

Saya membayangkan jika saya seusia dia dan mendapat perlakuan buruk dari teman-teman atau orang sekitar tanpa alasan yang jelas secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama, bisa jadi saya pun akan bersikap sama.  Dan jika tidak segera mendapat pertolongan medis yang serius, mungkin saya tak akan bisa beraktivitas dengan normal. Saya akan depresi berkepanjangan, memiliki masalah kepercayaan dengan orang lain, selalu merasa tidak diterima oleh lingkungan, selalu waspada dan curiga terhadap orang lain, bahkan yang mengerikan bisa jadi saya memutuskan untuk mengakhiri hidup, terutama jika tidak dibarengi iman yang kuat.

Saya yang sudah setua ini ternyata tak luput dari 'perundungan', bisa dikatakan demikian. Seseorang yang mungkin merasa tak puas dengan sikap saya atas suatu hal yang dia rasa menyebabkan kerugian bagi dirinya, intens melakukan perundungan melalui media online miliknya. Biarpun tidak pernah menyebut nama saya dengan terang, tulisan-tulisan dalam media onlinenya sangat terang merujuk pada saya. Tugas fungsi saya di kantor dibedah hingga ke kerak terdalam, hasil-hasil pekerjaan saya diulas hingga lubang terkecil. Bahkan aktivitas suami saya dikomentari secara komprehensif padahal tak ada hubungannya sama sekali dengan pekerjaan Saya. Saya disibukkan dengan panggilan para bos untuk klarifikasi, teman-teman untuk menjelaskan, belum lagi mendatangi Bawaslu setempat karena dia melaporkan kami atas dugaan tidak netral akibat memuat press release dari pemerintah pusat, pada media sosial instansi yang kami kelola, saat musim pilpres lalu.

Belum lagi laporan serupa surat kaleng yang ditujukan ke gubernur dengan tembusan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) untuk hal yang tak ada hubungannya dengan Saya. Beruntung saya punya teman-teman yang terlalu cerdas diakali upaya-upaya culas. Mungkin hanya yang tak mengenal saya dengan baik  yang percaya pada segala narasi yang dibuatnya.

Yang paling sering dia lakukan adalah menulis di media onlinenya berbagai hal terkait hasil pekerjaan saya. Dan dengan 'meminjam' mulut organisasi mahasiswa ini itu, dia kritisi habis-habisan bahkan dari aspek yang sama sekali tidak nyambung. Tanpa konfirmasi, selanjutnya berita yang telah jadi itu dia muat di media online miliknya, lalu link-nya dia sebar ke nomor whatsapp orang-orang di lingkungan kerja saya.

Tak jarang link beritanya, yang saya dapat dari teman, dikirim di malam hari. Alhasil saya bisa tak tidur hingga subuh dan menangis tanpa henti. Perasaan saya saat itu adalah: "Hal jahat apa yang saya lakukan sehingga orang itu merasa berhak mempelakukan saya seperti itu?".

Sudah mulai penasaran kah bagaimana asal muasalnya?. Ini akan agak panjang, mohon sabar-sabar membacanya.

Dimulai saat Saya dimutasi pada November 2021 ke suatu Dinas dan mejadi salah seorangg kepala seksi di sana. Pejabat sebelumnya adalah kenalan dekat saya dan dia dimutasi ke Biro. Salah satu sub kegiatan yang harus dikelola di seksi tersebut adalah Sub Keg Pengelolaan Konten. Pada Sub Keg tersebut ada 3 (tiga) orang tenaga pendukung yang direkrut dengan tugas (seharusnya) mengelola konten-konten informasi dan menyaberluaskannya melalui berbagai media.

Sejak masuk Dinas tersebut, informasi terkait perilaku 1 (orang) tenaga pendukung- yang kelak jadi orang yang saya sangka sebagai pelaku perundungan pada saya- sudah banyak masuk. Antara lain; permintaan uang setiap ada permohonan fasilitasi zoom meeting mengingat tahun-tahun tersebut pandemi covid sehingga meeting melalui zoom marak dilakukan. Hal lain yang saya dapat laporannya adalah permintaan uang pada staf yang dianggap memegang kas yang katanya untuk keperluan beli kabel, dan ini itu untuk kepentingan pekerjaan.

Selanjutnya adalah laporan bahwa dirinya sering memakai komputer kantor  untuk bermain krypto di malam hari yang sebabkan salah satu komputer rusak. Selain itu, diketahui pula kebiasaannya memfasilitasi pengambilan gambar di instansi lain yang bukan merupakan job descriptionnya, dengan ataupun tanpa sepengetahuan pimpinan. Hal ini saya pastikan tidak dia lakukan  dengan cuma-cuma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun