Satu hal yang membuatnya percaya diri berbuat sedemikian adalah pengakuannya atas kedekatan dengan salah seorang pimpinan daerah. Hal ini langsung atau tidak, dan bagi sebagian pimpinan, menjadi alasan untuk merasa segan padanya sehingga tidak ada yang berani menegur tindak tanduknya.
Kepala seksi terdahulu bahkan terang-terangan menyatakan alasan kepindahannya ke Biro antara lain karena merasa tidak nyaman dengan keberadaan tenaga pendukung satu itu.
Pada minggu-minggu awal saya menduduki jabatan tersebut, tak kurang lebih dari  2 (dua) kali saya mengumpulkan para tenaga pendukung termasuk hadir pula dirinya. Selain konsolidasi dan menggali apa saja yang sudah dilakukan oleh mereka pada tahun-tahun sebelumnya, saya juga mempertanyakan kesiapan mereka untuk bergabung kembali pada Tahun Anggaran 2022.
Dalam setiap pertemuan tersebut saya tekankan bahwa akan ada syarat dan ketentuan baru terkait tata kerja di Tahun 2022, mengingat dari apa yang mereka sampaikan, Saya nilai tugas mereka selama ini tidak terkoordinasi dengan baik dan tidak pernah ada arahan untuk melakukan apa, serta apa target pekerjaannya.
Saya teringat, pada awal-awal saya bertugas, memang seringkali dia memfasilitasi dinas atau instansi  luar yang saya kira tidak ada hubungannya dengan rincian tugas dia sebagai Tenaga Pendukung Pengelola Konten. Misal, memfasilitasi zoom meeting padahal, ada bidang tersendiri yang menanganinya, pun ada banyak tenaga ahli dan operator yang bertugas di sana. Selain itu, dia memfasilitasi juga perekaman video paduan suara istri-istri pegawai instansi lain.
Dalam hal ini dia sering melibatkan tenaga pendukung lain yang memang punya kemampuan mengambil gambar dan mengedit. Berdasarkan pengakuan tenaga pendukung yang sering menjadi tandemnya tersebut, seringkali jika dapat 'order', selanjutnya yang benar-benar bekerja adalah dirinya. Sedangkan orang itu santai ngopi dan tak jarang meninggalkannya di TKP tanpa pemberitahuan.
Setiap 'fasilitasi' yang dia lakukan selalu menggunakan fasilitas kantor, bahkan karena saat itu dia tidak bisa mengendarai mobil, tak jarang dia pakai mobil kantor lengkap dengan sopirnya.
Rasanya saya tidak pernah melakukan teguran secara langsung karena kepala dinas saat itu tampaknya juga 'memelihara' dia dengan baik. Setiap laporan atas pekerjaannya yang dia sampaikan di grup selalu direspon kepala dinas dengan kalimat-kalimat apresiasi seperti: "Luar biasa, kamu memang the best, sayang".
Yang saya sangat ingat saat itu, saya sampaikan, jika memang dia sudah berjanji pada suatu dinas atau instansi untuk memfasilitasi ini itu, maka laksanakan sebagai bentuk komitmennya. Bahkan pada suatu hari Sabtu dia menyampaikan di grup whatsapp bahwa diminta untuk memfasilitasi zoom meeting di sebuah dinas. "Kalau memang sudah berjanji memfasilitasi, maka laksanakan, Om", ujarku kala itu
Rupanya, kala itu, Â harapannya dia bisa ditemani oleh tenaga pendukung lain sebagai tendemnya. Namun harapannya kandas karena temannya tersebut rupanya menolak dan mungkin alasan yang dia kemukakan karena tidak ada perintah dari saya.
Mengapa saya tidak memerintahkan tenaga pendukung lain untuk mendampingi dia?. Tentu saja karena fasilitasi tersebut tidak resmi dan di luar tugas pokok dan fungsi kami. Tidak ada surat permohonan fasilitasi, tidak ada perintah langsung maupun tidak langsung dari pimpinan, pun pekerjaannya sama sekali tidak ada dalam rincian tugas sebagai tenaga pendukung. Maka, saya anggap itu adalah side job  yang bersangkutan. Dan saya, saat itu, memang memperbolehkan mereka meminjam fasilitas kantor untuk side jobnya namun wajib lapor terlebih dahulu dengan perjanjian jika terjadi kerusakan maka menjadi tanggung jawab yang bersangkutan.