Ada hari di mana aku menulis sambil menangis. Tulisanku kabur karena air mata, beberapa huruf luntur, menyatu dengan kertas seperti perasaan yang sulit dijelaskan.
Ada hari di mana aku cuma menulis satu kata: capek.
Ada hari di mana aku menulis begitu banyak sampai tanganku pegal, seolah-olah kalau aku berhenti, pikiranku akan kembali penuh dengan suara-suara menyebalkan.
Dan ada hari di mana aku hanya membuka buku ini, menatap halaman kosong, lalu memilih diam.
Tapi aku nggak pernah berhenti. Karena aku tahu, tulisan ini adalah satu-satunya tempat di mana aku bisa benar-benar menjadi diriku sendiri.
Tanpa sensor.
Tanpa takut dihakimi.
Tanpa ingin dimengerti.
Bukan untuk dibaca.
Bukan untuk diabadikan.
Bukan untuk dikenang.