Mohon tunggu...
Ihsan Yahya
Ihsan Yahya Mohon Tunggu... Guru - pribadi

lakukan yang terbaik selagi kau bisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjuangan di Sudut Desa Terpencil

18 Januari 2021   13:15 Diperbarui: 18 Januari 2021   13:21 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mendengar perkataan tersebut juga membuat semua sahabatku ikut menangis, karena mereka merasa iba dan kasihan kepadaku, mereka sudah menganggap aku sebagai saudaranya dan akupun sudah mengangap mereka sebagai saudaraku, mereka berkata satu sama lain :

Kenapa dia yang harus ditingalkan, dia tempat kita bertanya disaat kita tidak tahu, dia tempat kita bertanya ketika kita tidak paham, kenapa harus dia yang tertinggal, kata salah satu sahabatku

Di saat sekolah memang teman-temanku sangat suka bertanya masalah pelajaran kepadaku, dan aku selalu memberikan yang terbaik kepada mereka, dan apabila guru menyuruh kerja kelompok mereka sealalu ingin satu kelompok denganku, dan aku tidak pernah mengecewakan mereka.

Hari itu merupakan hari perpisahanku dengan teman-temanku, mereka semua melanjutkan pendidikan mereka, ada yang melanjutkan ke SMA, SMK dan ada juga ke Madrasah, tetapi hanya aku sendiri yang tidak melanjutkan sekolah.

Hari-hari aku lalui dengan terus selalu merenung, bagaimana tidak rasanya kepengen sekali memakai pakain putih abu-abu yang dipakai teman-temanku saat berangkat sekolah.

Di saat sore sabtu teman-temanku pulang dari kota untuk uang jajan dan perbekalan selama sepekan dari orang tua mereka, setibanya di desa sahabatku menemuiku dan menceritakan pengalaman mereka di sekolah baru, aku hanya bisa mendengarkan sambil merenung.

Keesokan harinya hari minggu pertanda teman-temanku akan berangkat kembali kekota tempat mereka sekolah, saat itu kakiku ingin melangkah dan mulutku ingin berkata, bahwa aku ingin ikut bersama kalian tetapi apalah dayaku.

Dalam benakku aku selalu berkata bahwa aku ingin sekolah, tetapi aku tak berani mengatakannya sama ayah dan kakakku, apa lagi sama kakekku yang sudah tua, berhari-hari aku lalui dengan terus merenung, sedikit makan dan sedikit tidur, hal tersebut membuatku jatuh sakit.

Sehingga aku harus dirawat dirumah sakit, pada saat itu kakek dan saudara ibuku memulangkan aku keayah kandungku, jadi aku tinggal di rumah ayah dan ibu tiriku, sudah berbulan-bulan aku sakit dan tak ada tanda akan sembuh, tubuhku sudah kurus dan bahkan ada yang mengatakan bahwa hidupku tak lama lagi, berkali-kali keluar masuk rumah sakit tetapi tak ada perubahan menuju sehat. Bahkan uang yang aku kumpulkan sdikit-demi sedikit untuk kehidupan sehari-hari kini sudah habis untuk biaya rumah sakit.

Sahabat-sahabatkupun juga datang menjengukku dan mereka sangat merasa iba dan kasihan kepadaku, karena dulu aku tempat mereka meminta bantuan dan pertolongan, tetapi sekarangan mereka tidak bisa membantuku, llalu mereka meminta maaf sambil mengulurkan beberapa amplop untuk membantu pengobatanku.

Hari hari berlalu tanpa ada tanda-tanda akan kesembuhanku, hingga suatu hari kakakku yang pertama datang menjengukku dan membawa sebuah formulir bahwa aku akan sekolah di sebuah madrasah swasta, aku tak tau bagai mana mereka tahu bahwa aku kepengen sekolah, semenjak itu aku merasa semangat dalam hidup, mulai mau makan sedikit demi sedikit, beberpa minggu berlalu akupun sudah merasa sehat dan kakakku mengantarkanku ke madrasah yang dia katakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun