Mohon tunggu...
Iffat Mochtar
Iffat Mochtar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Profesional - Wiraswasta

Country Manager di sebuah Perusahaan Swasta Asing yang bergerak di sektor Pertambangan. Berdomisili di kota minyak Balikpapan, Kalimantan Timur. Memiliki banyak ketertarikan di bidang marketing, traveling, kuliner, membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sayang... Masih Ada Secercah Harapan untuk Kita...

10 Mei 2022   07:00 Diperbarui: 10 Mei 2022   07:04 1675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tragedi Mei 1998 | Dokumen Pribadi

Kamipun kembali lagi pulang ke rumah setelah melihat kondisi toko kami yang sudah benar-benar habis. Tak ada barang-barang yang bisa diselamatkan.

Merasa ada sedikit trauma untuk kembali membuka usaha apalagi di tengah kondisi seperti ini. Belum tentu bisa cepat pulih kembali.

Berita-berita melalui siaran televisi menggambarkan betapa parahnya kondisi kota Jakarta, Tangerang dan Bekasi. Semua aktivitas masyarakat lumpuh. Situasi politik bergejolak. Kondisi chaos. Aparat keamanan tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengendalikan situasi. Kerusuhan dan aksi demonstrasi merebak dimana-mana. Sistem perbankan lumpuh. Untuk mengambil uang di ATM pun kita harus antri panjang dan dibatasi maksimal hanya bisa menarik satu juta Rupiah saja dan itu pun tidak di semua ATM bisa dilakukan penarikan.

Tanggal 15 Mei 1998 sore hari. Panglima Kodam Jaya  beserta jajarannya baru mulai terlihat berkonvoi dengan beberapa kendaraan panser di jalanan ibukota untuk memantau situasi keamanan.

Penjarahan dan pembakaran sudah mulai tampak reda tapi perasaan takut masih menghantui kami semua. Di mana-mana hanya terlihat onggokan puing-puing kendaraan terbakar dan bangunan-bangunan menghitam bekas kebakaran.

Kami tiduran di kasur lipat yang dipinjamkan oleh saudaraku. Terasa badan sangat lelah sekali apalagi dalam dua hari terakhir tidak bisa tidur dikarenakan harus berjaga-jaga di dalam komplek perumahan.

"Sudahlah jangan kita pikirkan lagi kejadian kemarin, kita mulai lagi, yang penting keluarga kita semua selamat," kataku terus menenangkan istriku.

Anak-anak sudah tertidur lelap. Mungkin mereka pun belum begitu memahami kondisi yang terjadi.

"Jika kondisi masih belum pulih mungkin sebaiknya kamu dan anak-anak pulang dulu ke Bangka supaya anak-anak kita bisa bersekolah dulu di sana, sambil menunggu kondisi kembali aman," kataku kepada istri.

Dia hanya terdiam saja tanpa bisa berkata apa-apa.

"Nanti aku antarkan kalian pulang ke Bangka setelah itu aku kembali lagi ke sini sambil cari-cari kerja apa untuk biaya hidup kita nanti."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun