Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bangga! Hidup di Kampung dengan Jiwa Sosial Tinggi

8 April 2021   02:43 Diperbarui: 8 April 2021   03:23 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup di lingkungan yang di mana masih begitu erat dengan jiwa sosial gotong - royongnya membuatku begitu bersyukur. Melihat kekompakan dan kekompakan, saling membahu-membahu satu dan lain. Seperti istilah, "berat sama dipikul, ringan sama dijinjing". Mungkin itu, pribahasa yang pas untuk rasa syukurku hidup di Kampung ini. 

Sebuah Kampung atau bisa disebut saja dengan sebutan Desa. Yang terletak di Kelurahan Kance Diwe Kecamatan Dempo Selatan Kota Pagar Alam ini, merupakan Desa yang menjadi pembatas wilayah diantara 2 Kelurahan. Yaitu, Kelurahan Atung Bungsu dan Kelurahan Kance Diwe. 

Desa ini bernama Desa Talang Surabaya, masih masuk ke dalam RT 04, RW 01 Desa Bandar. Yah, walau seharusnya kami masih masuk wilayah Desa Bandar. Tapi, dengan jauhnya jarak tempuh dari Desa kami ke Desa Bandar, yang RT 01, RT02 dan RT03 berdampingan. 

Kami RT O4 mempunyai nama Desa sendiri. Yaitu, Desa Talang Surabaya. Bahkan, Karang Taruna kami pun terpisah dari RT 01, 02 dan 03 yang masuk Karang Taruna Desa Bandar. Sedangkan Karang Taruna kami bernama, Karang Taruna Tunas Muda Sub Unit 004 Desa Talang Surabaya. Dan berdiri atas persetujuan dari RW dan Lurah yang menjabat di waktu Karang Taruna kami berdiri pada tanggal 11 September 2017. 

Karang Taruna kami memisah dari Desa Bandar bukan karena kami ingin memisahkan diri. Tapi, karena jarak tempuh Kampung kami yang jauh. Sekitar 1,5 KM - 2 KM ke Desa Bandar. Bahkan sebenarnya, dengan jumlah penduduk yang sudah lebih dari 100 KK (Kepala Keluarga). Seharusnya, bisa membuat kami mengajukan pembentukan RW sendiri. Tapi karena belum ada warga yang berani, membuat harapan untuk memiliki RW sendiri menjadi amat jau untuk kami raih. 

Walaupun demikian, Pemuda - pemudi kampungku tak perna lesu, atau pun terlalu cemburu. Mereka tetap menerima dan tetap terus membuktikan kekompakan mereka. 

Contohnya saja di acara pernikahan, mereka tetap menunjukan kekompakan di dalam membuat Dekorasi panggung. 

Semangat jiwa muda yang begitu menggebu - gebu, ingin menampilkan hasil terbaik agar dapat dinikmati oleh Ahli Rumah, dan para Tamu yang akan datang. Berbahankan Koran - koran bekas yang mudah dibeli di warung - warung seputaran Kecamatan. Tanpa harus jauh - jauh pergi ke Pasar yang di mana jarak tempuh sekitar 45 Menit atau 1 Jam perjalanan. Dan alat - alat seperti Streples beserta umpan, gunting dan tali menjadi alat utama di dalam mewujudkan  Dekorasi panggung ala kadarnya, namun tetap indah di pandang mata. 

Bukan hanya itu, para Bapak - bapak pun tak kalah oleh pemuda. Jiwa sosial mereka juga tinggi, dengan gotong - royong seiklas kemampuan mereka. Agar terlaksananya acara pun patut diacungi jempol. Dari subuh mereka sudah berada di kediaman yang punya hajat. Dari memasak nasi, memasak air, dan ada juga yang mempersiapkan alat - alat sesuai oleh tugas - tugas yang diberikan. Sewaktu pembentukan panitia. 

Bahkan mereka memberikan kontribusi paling besar agar acara dapat terlaksana, yang tak mungkin bila semuanya harus Ahli Rumah yang melakukan. Dan setelah acara selesai pun, mereka masih ada tugas akhir. Yaitu, membongkar Tenda Bangsal sedekah dengan cara bersama - sama. Setelah pembongkaran bangsal, pihak Ahli Rumah pun sudah menyiapkan santapan. Berupa nasi ataupun bubur putih / bubur sum - sum, sebagai rasa terima kasih atas telah dibantunya proses sedekah pernikahan tersebut. 

Ett... setelah pemuda dan para bapak - bapak. jangan kira kaum Hawa tak ikut turut andil. Para gadis, juga turut membantu dibidang pembuatan kue untuk makanan menyambut tamu undangan Dan ibu - ibu dibidang memasak sayur untuk makan. 

Itulah yang bisa kita sebut Tradisi di kampungku, dengan jiwa sosial yang masih begitu tinggi. Tidak ada istilah loe - loe, gue - gue. Selagi masih masyarakat kampungku, selagi meminta tolong. Maka, pasti akan membantu. Sebab, dunia ini berputar seperti jarum jam. Dan setiap orang pasti akan memerlukan bantuan dari orang lain. Tidak ada yang bisa hidup sendiri, tanpa bantuan orang lain. Tapi dalam segi, persedekahan baik ataupun kematian. 

Mungkin, semuanya yang ada di Kampungku juga masih berkembang di Kampung - kampung lain. Tapi, di sini aku hanya ingin menceritakan Kampungku. Yang belum tentu sama dengan Kampung orang lain. 

Mungkin masih ada yang jauh lebih baik, dan mungkin juga ada yang jauh dari kata kurang baik. Tapi menurutku sebagai Pemuda kampung, 

Cintailah Kampungmu, mau sehebat apapun gaya hidupmu. Kampungmu juga bagian dari hidupmu. Jangan menjauhi, ataupun menghindar. Karena suatu saat, Kau memerlukan Kampung untuk beristrirahat. 

Mungkin banyak yang lebih dan lebih di sana, dengan kemajuan dan perkembangan - perkembangan yang membuat suatu Hajatan itu menjadi lebih mudah. Tapi, dibalik itu semua, kamu masih memerlukan para tetangga dan Kampung yang kau punya. Percayalah!

****

__SpK

(Pagar Alam, 8 April 2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun