Menulis bukan hanya soal intelektual dan psikologis, tetapi juga bisa menjadi pengalaman spiritual. Banyak tokoh besar menuliskan doa, refleksi, atau renungan hidup mereka. Dengan menulis, seseorang bisa lebih dekat dengan dirinya sendiri dan bahkan dengan Tuhannya. Ketika kita menulis syukur, hati kita lebih lapang. Saat kita menulis doa, jiwa terasa lebih khusyuk. Menulis pun bisa menjadi bentuk meditasi, karena kita fokus penuh pada momen dan perasaan yang ada.
Seorang filsuf, Sren Kierkegaard, pernah mengatakan: "Life can only be understood backwards; but it must be lived forwards." Hidup hanya bisa dipahami dengan menoleh ke belakang, tetapi harus dijalani ke depan. Menulis adalah cara terbaik untuk memahami masa lalu dan menyiapkan diri menghadapi masa depan.
Menulis sebagai Warisan
Selain bermanfaat bagi diri sendiri, menulis juga adalah hadiah untuk orang lain. Tulisan kita bisa menjadi warisan yang lebih abadi daripada harta benda.B ayangkan, berapa banyak pikiran besar yang kita kenal karena ditulis? Dari puisi Jalaluddin Rumi, esai Pramoedya Ananta Toer, sampai catatan harian B.J. Habibie---semuanya membuat kita belajar, terinspirasi, bahkan tersentuh meski penulisnya telah tiada.
Tulisan adalah cara sederhana untuk mengabadikan jejak hidup. Kita mungkin tidak bisa mengubah dunia dengan satu tulisan, tetapi siapa tahu tulisan kita bisa mengubah hati seseorang.
Ajakan: Mari Menulis, Mari Menyembuhkan
Kita hidup di zaman yang penuh tekanan. Media sosial penuh perbandingan, pekerjaan semakin menuntut, dan dunia makin cepat berubah. Tidak heran, banyak orang merasa lelah mental. Di tengah semua itu, menulis adalah oase. Ia tidak mahal, tidak butuh alat canggih, hanya butuh keberanian menuangkan isi hati. Dengan menulis, kita bisa healing, bisa menemukan ketenangan, bisa menjaga kewarasan.
Saya percaya, menulis bukan hanya milik penulis profesional. Menulis adalah hak semua orang. Setiap orang punya cerita, setiap cerita layak ditulis. Menulis tidak harus diterbitkan, tidak harus jadi buku. Yang penting, menulis membuat kita lebih sehat, lebih bahagia, lebih manusiawi.
Maka, izinkan saya menutup dengan sebuah pesan: Jangan tunggu sempurna untuk menulis. Mulailah menulis, karena tulisan adalah jalan menuju penyembuhan.
Penutup
Menulis adalah perjalanan panjang, sebuah wisata intelektual sekaligus terapi jiwa. Dari penelitian ilmiah hingga pengalaman personal, semuanya mengarah pada satu kesimpulan: writing is healing.