Mohon tunggu...
IbnuFurqoniF
IbnuFurqoniF Mohon Tunggu... Guru - Nama asli

Saya berasal dari Kota Blitar. Saat ini mengajar di MTsN 6 Blitar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Tutor Sebaya

4 Desember 2021   05:07 Diperbarui: 4 Desember 2021   05:25 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KBM PTK oleh Ibnu Furqoni Fi'li

Latar Belakang Masalah

Kita tidak dapat memungkiri terhadap kebenaran anggapan bahwa matematika merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan seseorang. Karena kenyataanya setiap aktivitas seseorang, tentu tidak dapat terlepas dari ilmu matematika, baik itu di rumah, di pasar, di toko, di terminal, atau di manapun tempatnya. Mengingat pentingnya hal itu, anak didik dituntut untuk mampu memahami atau bahkan mampu menguasai pelajaran matematika dengan baik untuk bekal bagi mereka kelak. Dan hal itu dapat dibuktikan dengan besarnya minat mereka untuk belajar matematika dan tentu saja hasil belajar yang mereka capai nantinya.

Namun ironisnya, kenyataan di kelas berbeda jauh dari apa yang kita harapkan. Matematika masih menjadi salah satu bidang studi yang sulit dan bahkan masih melekat di benak siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang tidak disenangi dan paling dibenci.

Pendapat Russefendi (dalam Sapa'at, Asep, 2007: 1), bahwa matematika merupakan aspek penting untuk membentuk sikap, harus mampu menjadi dorongan bagi kita sebagai pengajar untuk menyikapi pembelajaran matematika di kelas dengan cara yang nantinya diharapkan bisa mencapai hasil belajar yang memuaskan bagi peserta didik. Hal ini juga diharapkan mampu menghilangkan sugesti yang ada di benak anak didik bahwa matematika adalah pelajaran yang menakutkan, di mana hal ini disinyalir menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik.

Hasil observasi sebelumnya, dapat dilihat pada lampiran 1 menunjukkan bahwa, sekitar 77% siswa belum mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, siswa kurang begitu paham terhadap materi yang disampaikan guru, minat belajar yang kurang, selalu mengobrol sendiri dengan teman sebangku saat KBM berlangsung, kemampuan dasar perhitungan yang lemah pada diri siswa, tidak mampu menyelesaikan soal yang sedikit kompleks, suasana kelas yang tidak mendukung karena jumlah siswa yang banyak dan suka ramai, jika diberi kesempatan bertanya hanya sedikit anak saja yang bertanya, dan justru dari siswa yang pandai. Selain itu, tidak jarang anak yang pandai lebih suka membuat blok sendiri jika diminta membentuk kelompok saat belajar. Hal ini sedikit banyak juga mempengaruhi lambatnya perkembangan siswa lain yang kurang pandai untuk memahami materi pelajaran. Jika faktor tersebut dilihat dari hubungan antar peserta didik, maka lain lagi ceritanya jika dilihat dari hubungan guru dengan siswa, dalam penyampaian materi tentunya. Dalam pembelajaran sehari-hari, guru semaksimal mungkin berusaha untuk menyampaikan materi sedemikian sehingga agar siswa dapat menerima dengan baik apa yang telah disampaikan. Meskipun dengan metode konvensional, namun kelas tetap dikondisikan sebaik mungkin agar minat peserta didik untuk belajar Matematika terus meningkat. Namun apa yang telah dilakukan guru tersebut kurang mendapat hasil yang memuaskan. Hal ini terlihat dari masalah-masalah yang muncul hingga hasil belajar yang bisa dikatakan rendah sesuai dengan yang diuraikan sebelumnya.

Berdasarkan kenyataan yang ada tersebut, maka diperlukan sebuah perubahan, sebuah inovasi pembelajaran dengan konsep yang lebih tepat, sedemikian sehingga mampu mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian tindakan kelas ini. Akhir-akhir ini makin banyak perhatian terhadap pengajaran tutor sebaya yang pada dasarnya sama dengan program bimbingan, yang bertujuan memberikan bantuan dari dan kepada siswa hingga dapat mencapai prestasi belajar secara optimal. Pengajaran tutor sebaya ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap pengajaran klasikal dengan kelas yang terlampau besar dan padat yang mengakibatkan guru atau tenaga pengajar tidak dapat memberikan bantuan individual secara optimal, bahkan sering tidak mengenal siswa seorang demi seorang.

Kelebihan tutor sebaya dalam pendidikan yaitu dalam penerapan tutor sebaya, anak-anak diajar untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yang dianggap pintar dapat mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan. Di sini peran guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing saja.

Jadi, kita dapat menugaskan siswa pandai (tutor sebaya) untuk memberikan penjelasan kepada siswa yang kurang pandai. Demikian juga, guru menganjurkan siswa kurang pandai untuk bertanya atau meminta penjelasan dari siswa pandai terlebih dahulu sebelum bertanya kepada gurunya. Hal ini untuk menanamkan kesan bahwa belajar itu bisa dari siapa saja, tidak selalu dari guru yang akibatnya tergantung kepada guru.

Dengan beberapa poin penting tentang pembelajaran tutor sebaya di atas, maka peneliti beranggapan pembelajaran tutor sebaya ini sangat sesuai dengan kondisi yang terjadi di kelas VIII C MTsN 6 Blitar. Baik dari faktor diri pribadi siswa maupun dari faktor lain, sesuai dengan uraian di atas. Maka pembelajaran dengan metode tutor sebaya ini cocok sekali jika akan diimplementasikan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di kelas tersebut hingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut sebelumnya, maka rumusan permasalahan yang dituangkan pada penelitian ini adalah: 1) Bagaimana penerapan model pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan minat belajar terhadap konsep garis singgung lingkaran pada siswa kelas VIII C MTsN 6 Blitar?; dan 2) Apakah penerapan pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII C MTsN 6 Blitar dalam mempelajari materi garis singgung lingkaran?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah peneliti sampaikan, maka tujuan penelitian ini diuraikan sebagai berikut: 1) Mendeskripsikan peningkatan minat belajar siswa terhadap konsep garis singgung lingkaran yang diajarkan dengan model pembelajaran tutor sebaya; 2. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran tutor sebaya pada konsep garis singgung lingkaran.

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah: 1) Penerapan pembelajaran tutor sebaya pada konsep garis singgung lingkaran di kelas VIII C MTsN 6 Blitar dapat meningkatkan minat belajar siswa; dan 2) Penerapan pembelajaran tutor sebaya pada konsep garis singgung lingkaran di kelas VIII C MTsN 6 Blitar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1) Siswa, yaitu dalam memberikan pengalaman belajar yang bervariasi, belajar untuk mandiri, bersikap lebih dewasa, dan menumbuhkan minat siswa dalam belajar serta rasa setia kawan yang tinggi; 2) Bagi peneliti sebagai guru, yaitu dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan dalam hal meneliti, selain itu memberikan motivasi untuk terus melakukan pengembangan pembelajaran dengan metode-metode yang lain; 3) bagi guru sebagai teman sejawat, yaitu penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam menerapkan pembelajaran tutor sebaya. Selain itu sebagai bahan rujukan guru untuk melakukan tindakan penyelesaian permasalahan pembelajaran di kelas; dan 4) Bagi lembaga pendidikan terkait, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk meningkatkan kualitas kinerja guru di lembaga tersebut sesuai dengan tuntutan profesionalisme.

Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah dengan tujuan agar masalah yang diteliti tidak keluar dari pokok bahasan, adalah sebagai berikut: 1) Penerapan pembelajaran tutor sebaya pada kelas VIII C MTsN 6 Blitar dalam materi garis singgung lingkaran; 2) Minat belajar siswa kelas VIII C MTsN 6 Blitar terhadap materi garis singgung lingkaran; 3) Hasil belajar siswa kelas VIII C MTsN 6 Blitar dalam mempelajari materi garis singgung lingkaran.

Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan beberapa istilah, diantaranya: 1) Menurut Dalyono (2007: 56), "Minat adalah aspek psikis yang juga besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar. Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari"; 2) Garis singgung lingkaran adalah salah satu pokok bahasan SMP/MTs kelas VIII pada semester kedua atau semester genap. 

Bab ini memuat materi mengenai garis singgung lingkaran, meliputi sifat garis singgung lingkaran, menghitung panjang garis singgung, mengenal dan menentukan panjang garis singgung persekutuan dalam dan persekutuan luar dua lingkaran, menghitung panjang sabuk lilitan yang menghubungkan lingkaran, serta menentukan panjang jari-jari lingkaran singgung segitiga; 3) Hasil belajar adalah hasil di mana guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaksi edukatif, yang diperhatikan adalah menempatkan tingkah laku; 4) Beberapa pendapat mengenai tutor sebaya (dalam Suherman, Erman, dkk._: 276) diantaranya: a) Supriyadi, Dedi (1985: 36) mengemukakan bahwa "Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. 

Tutor diambil dari kelompok atau anak yang prestasinya lebih tinggi"; b) Ischak dan Warji (1987: 44) mengemukakan bahwa "Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan atau konsep pelajaran yang dipelajarinya"; c) Sedangkan Semiawan, Conny, dkk. (1987: 70) berpendapat bahwa "Tutor sebaya adalah siswa yang pandai dapat memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada teman sekelasnya di luar sekolah."

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas. Karakteristik yang khas dalam penelitian tindakan kelas yakni adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di MTs Negeri 6 Blitar. Yang bertempat di Jalan Jawa No. 1b, Sumberjo, Sanankulon, Blitar. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada semester II mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2018. Jam pelajaran yang digunakan 3 pertemuan per Minggu tiap hari Senin, Jum'at, dan Sabtu, masing-masing 2x40 menit. Subyek penelitian yang dituju adalah siswa kelas VIII C MTs Negeri 6 Blitar dengan jumlah siswa 43 orang. Observer terdiri dari seorang (guru matematika) yaitu yang membantu menilai pembelajaran dan mendokumentasikan proses pembelajaran. Beberapa faktor yang akan ditindak ataupun diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Memperhatikan apakah minat belajar siswa terhadap materi garis singgung lingkaran dapat meningkat jika pada kegiatan belajar mengajaranya diterapakan pembelajaran tutor sebaya; 2) Menunjukkan apakah hasil belajar siswa pada materi garis singgung lingkaran dapat meningkat jika pada kegiatan belajar mengajaranya diterapakan pembelajaran tutor sebaya.

Prosedur Penelitian

Kegiatan dalam penelitian tindakan kelas terjadi dalam bentuk siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dalam penelitian ini akan dilaksanakan siklus I, siklus II, siklus III (jika perlu). Keberhasilan tindakan dalam penelitian ini didasarkan pada indikator keberhasilan kinerja, yaitu: 1) Minat belajar muncul dari dalam diri siswa, sehingga siswa bisa belajar dengan lebih menyenangkan, tanpa munculnya persepsi matematika adalah pelajaran menakutkan di dalam pikirannya; 2) Siswa dapat mengerjakan latihan maupun tes yang diberikan oleh guru dengan baik sehingga menunjukkan hasil belajar yang baik pula.

Rincian pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Pada tahap perencanaan meliputi: 1) Menyusun jadwal kegiatan; 2) Menyusun silabus; 3) Menyusun RPP yang mengarah pada pembelajaran tutor sebaya; 4) Menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai tutor sebaya (sesuai dengan jumlah kelompok); 5) Menyusun lembar observasi pemahaman konsep garis singgung lingkaran dan lembar observasi penerapan pembelajaran Tutor Sebaya; 6) Menyusun angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran; dan 7) Menyusun tes akhir tentang garis singgung lingkaran.

Pada tahap pelaksanaan meliputi: 1) Guru menjelaskan kepada anak didik tentang proses pembelajaran tutor sebaya secara singkat dan sederhana; 2) Guru bersama siswa mengatur tempat duduk kelompok (mengkondisikan ruang kelas); 3) Membagi kelompok yang terdiri dari 5/6 siswa per kelompok; 4) Tutor sebaya yang telah ditunjuk disebar pada masing-masing kelompok yang telah ditentukan; 5) Guru menyampaikan sedikit materi terlebih dahulu; 6) Siswa belajar dalam kelompoknya sendiri; 7) Tutor sebaya memberikan pertanyaan yang belum kepada anggota kelompoknya secara bergantian akan hal-hal dimengerti, kemudian mengajari cara penyelesaian masalah yang dihadapi; 8) Guru mengawasi jalannya proses belajar tiap-tiap kelompok, memberikan bantuan jika ada masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kelompoknya; 9) Guru memberikan soal-soal latihan kepada anggota kelompok (selain tutor) untuk mengetahui apakah tutor sudah menjalankan tugasnya dengan baik atau belum; 10) Guru membahas soal-soal latihan yang sudah diberikan; dan 11) Tes tulis.

Pada tahap observasi, dilakukan oleh peneliti dan seorang kolaboratornya sebagai pengamat. Hal yang diamati adalah pekerjaan tutor, keaktifan siswa, minat siswa, dan temuan lain selama pelaksanaan pembelajaran. Peneliti mengobservasi terhadap siswa, sedangkan kolaborator mengobservasi pelaksanan pembelajaran oleh peneliti.

Pada akhir siklus diadakan refleksi terhadap kegiatan tindakan yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk memaknai data yang telah diperoleh. Refleksi dilakukan dengan melibatkan peneliti dan kolaborator. Langkah dalam melakukan refleksi adalah dengan menganalisis data dari lembar pengamatan pemahaman konsep, lembar pengamatan terhadap siswa, angket siswa, dan hasil tes siswa. Data tersebut kemudian dimaknai dan disimpulkan.

Dalam kegiatan refleksi ini, untuk lebih melengkapi data, sebelumnya diakhir KBM guru melibatkan tutor sebaya dalam menganalisa perkembangan anak. Tiap tutor dari masing-masing kelompok melaporkan hasil kerjanya (tutoring) kepada guru, sehingga guru Secara langsung maupun tidak langsung mengetahui perkembangan siswa. Kemudian temuan ini akan dicatat dan dijadikan tambahan pada tahap refleksi ini. Dari hasil refleksi akan diketahui hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I serta temuan-temuan baru yang digunakan untuk mengembangkan kegiatan tindakan pada siklus II.

Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus pertama, akan tetapi didahului dengan perencanaan ulang dari hasil evaluasi yang diperoleh pada siklus pertama. Sehingga kelemahan yang terjadi pada siklus pertama tidak terulang pada siklus kedua.

Sumber Data dan Metode Pengembaliannya

Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini diambil dari: 1) Hasil pengamatan dari peneliti saat penelitian dan kolaborator yang membantu sebagai observer; 2) Hasil tes tulis siswa kelas VIII C MTsN 6 Blitar; dan 3) Angket Siswa. Sedangkan jenis data yang didapatkan adalah data kuantitatif dan kualitatif melalui lembar observasi, angket dan tes hasil belajar. Data yang dimaksud antara lain: 1) Tentang kondisi pelaksanaan pembelajaran diambil dengan menggunakan lembar observasi dan angket siswa (di akhir penelitian); dan 2) Data tentang prestasi (hasil belajar) diambil dengan menggunakan tes hasil belajar (tes formatif I dan II).

Setelah dilakukan semua tahapan, maka keberhasilan bisa diukur. Indikator keberhasilan bagi siswa dan kelas akan diuraikan dengan menggunakan pedoman ketuntasan individual dan ketuntasan kelas. Seorang siswa dikatakan berhasil mencapai ketuntasan apabila mencapai taraf penguasaan minimal 65% atau dengan nilai 65. Sedangkan siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 65% harus diberi materi pelajaran yang belum dikuasai atau diadakan perbaikan secara perorangan. Sedangkan Ketuntasan klasikal atau suatu kelas dikatakan telah berhasil mencapai ketuntasan belajar jika paling sedikit 85% dari jumlah siswa dalam satu kelas tersebut telah mencapai ketuntasan perorangan. Dengan ketentuan apabila sudah mencapai 85% dari banyaknya siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar.

Tolok ukur hasil evaluasi yang dilakukan guru kepada siswa dianalisa dengan cara menghitung prosentase ketuntasan belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal garis singgung lingkaran setelah melakukan pembelajaran. Demikian juga dilihat dari hasil belajar siswa berupa tes formatif. Peneliti mempunyai pedoman tersendiri tentang KKM ini. Dengan menggunakan pedoman ketuntasan individual seperti yang diuraikan di atas, maka peneliti menggunakan nilai 65 sebagai standar ketuntasan minimal pelajaran matematika pada kelas VIII C MTsN 6 Blitar. Siswa dinyatakan tuntas belajar bila siswa dapat menguasai 65% dari materi yang disampaikan guru atau siswa dapat mencapai standar ketuntasan minimal. Sedangkan indikator kerja yang berkaitan dengan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran, guru berhasil melaksanakan pembelajaran tutor sebaya jika minimal 85% skenario pembelajaran yang dibuat telah dilaksanakan. Bisa dikatakan bahwa secara klasikal telah tuntas belajar, apabila 85% dari seluruh siswa dapat mencapai standar ketuntasan minimal. Bila jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan minimal kurang dari 85% maka secara klasikal pembelajaran dinyatakan belum tuntas.

Hasil Penelitian Siklus I

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 21 Mei 2018. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti (guru praktikan) dan dipantau oleh observer (guru matematika MTsN 6 Blitar). Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan peneliti memberikan motivasi kepada siswa untuk memahami materi yang akan disampaikan.

Sebelum membagi kelompok dan mengatur tempat duduk, peserta didik diberi wawasan secara umum mengenai pembelajaran dengan tutor sebaya, dengan harapan kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan cukup mempunyai gambaran yang jelas. Peneliti membagi kelas ke dalam 8 kelompok dengan tutor masing-masing yang sudah ditetapkan. Yang menjadi tutor adalah siswa yang mendapat nilai matematika tertinggi atau sama dengan delapan. Berdasarkan tes awal maka yang dijadikan sebagai acuan memilih tutor, kurang dari 8 siswa. Peneliti memutuskan memilih tutor berdasarkan nilai tertinggi, bukan 8 atau lebih. Setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa.

Pada pertemuan pertama ini, ada 2 siswa yang tidak hadir dan salah satunya adalah sebagai tutor terpilih. Sebagai penggantinya, peneliti mengambil dari anggota kelompok yang dianggap cukup mempunyai kemampuan.

Setelah peneliti menyebutkan masing-masing anggota kelompok dan menyebar tutor ke setiap kelompok, peserta didik dibantu peneliti mengatur tempat duduk untuk masing-masing kelompok. Dalam pengaturan tempat duduk suasana kelas menjadi gaduh. Setelah peneliti mengulangi membacakan kelompoknya barulah siswa duduk dengan tenang. Kemudian peneliti membagikan LKS 1. Kelompok diharuskan mengisi titik-titik yang kosong untuk melengkapi pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan materi tersebut.

Peneliti menjelaskan terlebih dahulu mengenai sifat-sifat garis singgung lingkaran secara umum. Hal ini bertujuan mengasah kemampuan siswa untuk memunculkan rasa keingintahuan dan sifat kritis yang ada pada diri mereka, sehingga mereka bersedia untuk bertanya kepada tutor tanpa rasa segan. Jika tutor sendiri tidak dapat menyelesaikan permasalahan, maka sebagai fasilitator, peneliti siap membantu mereka.

Pada pertemuan pertama, para tutor sebaya tidak dibimbing dahulu, karena dianggap materi awal ini cukup mudah, sekaligus mengukur kemampuan mereka apakah pantas menjadi tutor atau tidak. Kemudian tutor yang dipilih tersebut memberi penjelasan kepada teman-temannya untuk menyelesaikan LKS 1. Beberapa tutor diantaranya masih sedikit canggung dalam melaksanakan tugasnya, dapat dimaklumi karena hal ini merupakan wahana baru bagi mereka. Namun ada juga beberapa tutor yang dapat melaksanakan perannya dengan cukup baik.Kemudian siswa yang lain mengerjakan latihannya. Selama mengerjakan beberapa anggota masih ada yang kesulitan. Peran tutor sangat penting dalam keadaan seperti ini, mereka juga membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anggota lain dengan cukup sabar.

Diakhir pertemuan dipergunakan peneliti untuk mengevaluasi proses pembelajaran. Para tutor dipanggil ke depan untuk melaporkan hasil pekerjaan tutoringnya kepada peneliti. Setiap tutor melaporkan keadaan kelompok yang ditanganinya, apakah ada permasalahan atau tidak. Berikut hasil laporan masing-masing tutor: 1) Setidaknya 50% anggota kelompok masih mengalami kesulitan untuk mempelajari LKS 1; 2) Beberapa anggota kelompok belum menguasai perhitungan dasar matematika; 3) Beberapa siswa tidak bersedia menanyakan permasalahannya; dan 4) Beberapa siswa kebanyakan mengobrol sendiri. Karena waktu yang tersedia sudah hampir habis, peneliti tidak memberikan soal latihan khusus untuk anggota kelompok. Namun peneliti menghimbau kepada seluruh peserta didik untuk mempelajari materi berikutnya, terutama kepada tutor harus lebih dapat menguasai materi yang akan datang.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jum'at tanggal 25 Mei 2018. Kegiatan pembelajaran pertemuan kedua diawali dengan guru memberikan ulasan materi sebelumnya secara singkat sebatas memperkuat ingatan. Persiapan awal pembelajaran seperti pada pertemuan pertama.

Tidak seperti persiapan pada pertemuan pertama, pada pertemuan kedua ini, persiapan sudah cukup baik. Pengaturan tempat duduk juga tidak membuat suasana kelas seramai pada pertemuan pertama. Ada 2 siswa yang tidak hadir dan keduanya adalah sebagai tutor terpilih. Sebagai pengganti, peneliti memilih anggota dari kelompok yang dianggap cukup memiliki kemampuan.

Peneliti membagikan LKS 2 seperti terlihat pada lampiran 11. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu mengenai garis singgung persekutuan dua lingkaran secara ringkas. Selanjutnya peserta diminta mempelajari sendiri LKS yang sudah dibagikan. Selama anggota kelompok mempelajari LKS dan mencoba untuk mengerjakannya, peneliti memanggil para tutor untuk diberi bimbingan secara intensif. Kemudian para tutor tersebut diberi kesempatan memberikan penjelasan kepada teman-temannya yang belum dapat memahami ataupun menyelesaikan soal pada LKS 2. Perasaan canggung masih cukup terlihat pada diri beberapa tutor pada saat memberi penjelasan kepada teman-temannya. Namun cukup banyak kemajuan yang dapat dilihat pada pertemuan kedua ini. Setiap anggota kelompok sudah tidak segan untuk bertanya kepada tutornya. Bahkan sudah cukup banyak yang bersedia bertanya kepada guru (peneliti) pada saat peneliti membahas LKS 2 di akhir pertemuan. Meskipun begitu, masih ada beberapa siswa yang sulit untuk memahami materi yang sudah dijelaskan. Terutama hal ini sangat terlihat pada saat mereka menghadapi soal yang cukup kompleks pada konsep perhitungan panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran. Mereka menemui kesulitan untuk mengaplikasikan konsep yang ada. Pada akhir pertemuan, peneliti memberitahukan bahwa pertemuan berikutnya akan dilaksanakan evaluasi siklus I.

Setelah selesai dilakukan siklus I, kemudian dilakukan observasi, baik terhadap Peneliti maupun terhadap siswa. Hasil observasi kepada siswa menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 1) Siswa masih asing dengan pembelajaran yang diterapkan mengenai pendekatan tutor sebaya, karena merupakan hal baru bagi mereka; 2) Dalam kerja kelompok terlihat cukup banyak siswa yang ribut dan ada juga yang masih berkeliaran ke kelompok lain; 3) Siswa belum berani mengajukan pertanyaan ataupun mengeluarkan pendapatnya, terutama pada tutor; 4) Masih ada kelompok yang belum dapat menerima tutor yang dipilih oleh guru; 5) Beberapa tutor kurang memiliki kesabaran dalam membimbing dan memotivasi teman-temannya; 6) Tutor kurang memiliki kreativitas untuk memberi bimbingan kepada teman-temannya; dan 7) Beberapa siswa belum menguasai perhitungan dasar matematika.

Sedangkan hasil observasi terhadap peneliti sebagai guru praktikan diantaranya sebagai berikut: 1) Peneliti tidak menyampaikan sub pokok bahasan yang akan bahas; 2) Peneliti tidak menyampaikan indikator pembelajaran; 3) Peneliti belum dapat mengorganisasikan waktu dengan baik; 4) Peneliti tidak menyampaikan tujuan pembelajaran dari apa yang akan dipelajari; dan 5) Kurang mampu mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari.

Pada pertemuan ketiga diadakan evaluasi I. Hasil tes menunjukkan kemampuan siswa terhadap materi siklus I mengalami peningkatan. Pada tes awal hasil observasi, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM adalah berjumlah 10 siswa dengan ketuntasan kelas 23,81%. Sedangkan hasil tes tindakan siklus I menunjukkan bahwa 57.5% atau 23 orang siswa memperoleh nilai di atas KKM. Ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal garis singgung lingkaran meningkat sebesar 32,5% atau sebanyak 13 orang.

Setelah semua tahapan penelitian siklus I dilaksanakan, peneliti melakukan refleksi. Didapatkan bahwa pada siklus I guru masih belum dapat melaksanakan pembelajaran tutor sebaya dengan maksimal. Hal ini terlihat pada hasil observasi terhadap siswa maupun terhadap peneliti dengan taraf keberhasilan yang masih kurang. Peneliti belum mampu melakasanakan skenario pembelajaran dengan baik. Beberapa langkah yang seharusnya dilakukan terlewat untuk dilaksanakan. Diantaranya memberi soal khusus kepada anggota kelompok selain tutor, tujuan pembelajaran tidak disampaikan, kurang dapat memotivasi siswa dalam belajar, kurang dapat mengkondisikan kelas dengan baik, serta pengalokasian waktu yang tidak tepat.

Hasil refleksi terhadap siswa, secara keseluruhan pembelajaran tutor sebaya ini memberikan pengaruh yang positif terhadap minat maupun hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari meningkatnya hasil evaluasi I dari tes awal yang mereka peroleh. Bahkan dari hasil observasi aktivitas siswa, taraf keberhasilan mengalami peningkatan meskipun sedikit.

Dapat dimaklumi bahwa pembelajaran ini adalah hal baru bagi mereka. Banyak kekurangan yang ada pada diri tutor sebaya, diantaranya belum dapat memberi bimbingan dengan baik terhadap teman-temannya. Ada juga tutor yang belum mampu menguasai materi secara keseluruhan. Hal ini akan menjadi catatan untuk melaksanakan tindakan pada siklus berikutnya dengan diadakan perbaikan pada perencanaan.

Hasil Penelitian Siklus II

Bertitik tolak dari hasil observasi dan refleksi pada tindakan siklus I, maka peneliti merencanakan tindakan siklus II. Kelemahan- kelemahan yang ada pada siklus I akan diperbaiki dan dilaksanakan pada siklus II, sehingga diharapkan penerapan pendekatan tutor sebaya dapat lebih baik dari sebelumnya.

Hal-hal yang dianggap perlu diperbaiki dan kemudian dilaksanakan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Selama pembelajaran berlangsung, peneliti diharapkan mampu mengorganisasikan waktu dengan baik; 2) Peneliti harus menyampaikan sub pokok bahasan yang akan dibahas; 3) Peneliti harus menyampaikan indikator pembelajaran; 4) Peneliti harus mampu memberikan motivasi lebih kepada siswa agar siswa lebih berminat untuk belajar; 5) Peneliti harus bisa memberikan gambaran yang lebih jelas kepada siswa tentang tujuan sesungguhnya dari kegiatan belajar berdasarkan pendekatan tutor sebaya; 6) Peneliti harus lebih mengefektifkan pemantauan terhadap siswa dan bimbingan terhadap tutor; dan 7) Tutor harus lebih sabar dalam memberikan bimbingan dan motivasi kepada teman-temannya.

Pada tindakan siklus II, pertemuan pertama diawali dengan penyampaian kepada siswa tentang kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal evaluasi pada siklus I. Kesalahan umum yang mereka lakukan adalah pada penerapan rumus mencari panjang garis singgung dua lingkaran dan aplikasinya. Persiapan awal pembelajaran seperti pada siklus I. Kemudian peneliti menyampaikan sub pokok bahasan yang akan dibahas yaitu tentang panjang sabuk lilitan yang menghubungkan lingkaran. Peneliti menyampaikan indikator pembelajaran dan memotivasi siswa pada awal pembelajaran. Sebagian besar siswa memperhatikan dalam tahapan motivasi. Tampak semua siswa aktif memberikan respon yang diharapkan walaupun ada juga yang tidak memperhatikan, tetapi siswa menunjukkan sikap yang positif.

Peneliti membagikan LKS 3 kepada siswa. Selanjutnya memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti. Ada beberapa siswa yang mengacungkan tangan secara serempak, peneliti mempersilahkan satu persatu mengemukakan masalah yang tengah mereka hadapi. Pada umumnya permasalahan yang mereka hadapi hampir sama. Setelah itu peneliti memberikan penjelasan atas pertanyaaan yang dikemukakan olch siswa.

Selanjutnya peneliti memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk menyelesaikan contoh soal yang ada di LKS. Peneliti memberikan bimbingan kepada tutor, pada saat siswa lain mulai mengerjakan LKS. Kemudian tutor memberikan bimbingan kepada teman temannya yang mengalami kesulitan dengan menggunakan caranya masing-masing. Selain itu tutor memberi penjelasan dengan katakatanya sendiri sehingga teman-temannya lebih mudah menerima penjelasan dari tutor. Tutor juga lebih sabar dalam memberikan bimbingan dan motivasi kepada teman-temannya.

Setelah siswa menyelesaikan soal dengan dibimbing oleh tutor, peneliti memanggil wakil dari masing-masing kelompok untuk mengerjakan soal-soal tersebut secara bergantian di depan kelas. Karena waktu tidak cukup banyak, maka yang mengerjakan ke depan hanya beberapa anak saja. Nampaknya jawaban yang diberikan sudah benar sehingga semua siswa sepakat atas jawaban yang diberikan.

Peneliti menyempurnakan jawaban siswa dan mengajak siswa merangkum materi pelajaran. Sebelum proses pembelajaran diakhiri guru dan siswa mengadakan refleksi pembelajaran dini. Peneliti memanggil tutor untuk menyampaikan kondisi anggota kelompoknya. Dari laporan para tutor, nampak ada kemajuan yang cukup besar. Siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi sudah banyak berkurang. Pada akhir pertemuan tidak lupa peneliti menghimbau kepada seluruh peserta didik untuk mempelajari materi berikutnya.

Pada pertemuan kedua kegiatan pendahuluan dilaksanakan selama 5 menit sesuai skenario. Kegiatan pembelajaran diawali dengan peneliti menyampaikan sub pokok bahasan yang akan dibahas yaitu jari-jari lingkaran dalam segitiga selama 2 menit. Peneliti menyampaikan indikator pembelajaran dan memotivasi siswa. Dari motivasi yang diberikan cukup berhasil karena banyak siswa yang semangat menanti materi yang akan diajarkan. Hampir semua siswa tampak aktif dan tidak memperlihatkan kegiatan yang menyimpang seperti ribut atau pindah-pindah tempat duduk.

Setelah siswa berada dalam kelompoknya masing-masing, sebagaimana pembagian kelompok pada pertemuan pertama, peneliti menyajikan materi mengenai jari-jari lingkaran singgung segitiga selama 10 menit. Kemudian peneliti memberikan contoh soal. Semua siswa memperhatikan dengan serius, keadaan kelas tenang. Peneliti meminta siswa menanyakan hal-hal yang kurang jelas. Beberapa siswa mengangkat tangan mengemukakan masalah yang mereka hadapi dan langsung ditanggapi oleh peneliti.

Kemudian peneliti memberikan soal latihan untuk diselesaikan siswa dengan dibimbing oleh tutor. Selama guru memberikan bimbingan kepada tutor, siswa lain menyelesaikan soal-soal. Kemudian tutor yang dipilih tersebut memberikan penjelasan tentang cara menyelesaikan soal kepada temannya yang belum bisa.

Tutor sudah mulai memberikan bimbingan dengan caranya sendiri sehingga teman-temannya lebih mudah menerima penjelasan dari tutor, mereka juga menjelaskan dengan katakatanya sendiri, dan tutor juga lebih sabar dalam membimbing teman-temannya.

Setelah siswa menyelesaikan soal dengan dibimbing oleh tutor, peneliti memanggil 4 siswa perwakilan kelompok selain tutor untuk mengerjakan soal secara bergantian di depan kelas. Empat orang siswa yang mewakili kelompoknya mengerjakan soal tersebut. Nampaknya semua jawaban yang dikerjakan sudah benar sehingga semua sepakat dengan jawaban yang ada.

Kemudian peneliti bersama siswa menyimpulkan pembahasan sekaligus mengakhiri pembelajaran dengan menyampaikan jadwal evaluasi pada pertemuan berikutnya.

Setelah dilaksanakan siklus II ini, didapatkan hasil observasi terhadap siswa menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 1) Siswa sudah mulai terlihat aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa dengan pendekatan tutor sebaya yang diterapkan; 2) Semua siswa sudah mendengarkan dan memberi perhatian penuh pada materi yang diajarkan oleh peneliti atau tutor; 3) Masih ada beberapa siswa yang belum mampu menjawab pertanyaan yang diberikan; 4) Tutor sudah dapat diterima dengan baik oleh teman-temannya; 5) Tutor sudah memiliki kesabaran yang cukup dalam memberikan bimbingan dan motivasi kepada teman-temannya; dan 6) 75% dari tutor sudah memiliki kreativitas yang cukup dalam memberikan bimbingan kepada teman-temannya.

Sementara itu, hasil observasi terhadap peneliti menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 1) Peneliti telah menyampaikan sub pokok bahasan yang telah dibahas; 2) Peneliti sudah menyampaikan indikator pembelajaran; 3) Peneliti sudah mampu mengorganisasikan waktu dengan baik; 4) Peneliti sudah bisa mengefektifkan pemantauan terhadap siswa; dan 5) Peneliti sudah menyampaikan tujuan pembelajaran dengan cukup jelas.

Setelah rangkaian siklus II dilaksanakan, berikutnya diadakan evaluasi siklus II. Evaluasi siklus II dilaksanakan pada pertemuan VI. Dari hasil tes yang ada, siswa yang memperoleh nilai lebih dari 65 sebanyak 37 orang atau sebesar 86,05% dengan nilai rata-rata 76,63. Ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari hasil evaluasi siklus I ke evaluasi siklus II yaitu sebesar 33,33% atau sebanyak 14 siswa tuntas.

Pada penelitian Siklus II menunjukkan bahwa masih ada yang harus diperbaiki, yaitu guru (peneliti) belum bisa memotivasi siswa untuk menyampaikan pendapat atau menjawab pertanyaan yang diberikan. Selain itu masih ada beberapa siswa yang masih belum mampu menyelesaikan soal sendiri tanpa bantuan tutor sebaya. Namun, secara keseluruhan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan tutor sebaya sudah memberikan hasil yang lebih baik.

Dari hasil evaluasi siklus II terlihat bahwa kemampuan siswa kelas VIII C MTsN 6 Blitar dalam menyelesaikan soal-soal garis singgung lingkaran, baik secara kelompok maupun klasikal, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tindakan siklus I. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal garis singgung lingkaran secara klasikal pada tindakan siklus I sebesar 57,5% sedangkan pada tindakan siklus II mencapai 86,05%. Bertitik tolak dari hasil tersebut, maka penelitian dihentikan sampai pada tindakan siklus II. Indikator keberhasilan penelitian ini sudah tercapai yaitu minimal 85% siswa mencapai nilai 65 atau lebih.

Dengan demikian, hipotesis tindakan telah tercapai yaitu melalui penerapan pembelajaran tutor sebaya pada konsep garis singgung lingkaran di kelas VIII C MTsN 6 Blitar dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa. Penerapan pembelajaran tutor sebaya ini adalah sebagai jawaban untuk memecahkan masalah yang dihadapi sebagian besar siswa MTsN 6 Blitar khusunya kelas VIII C.

Permasalahan yang dialami kelas VIII C adalah fakta bahwa nilai tes terakhir mereka tentang materi garis singgung lingkaran adalah rendah. Ini menimbulkan asumsi dasar pada diri peneliti bahwa faktor penyebab rendahnya hasil belajar adalah kurangnya minat belajar pada diri siswa. Karena menurut Dalyono (2007: 56), "Sebagaimana halnya dengan intelegensi dan bakat, maka minat adalah aspek psikis yang juga besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar."

Data lapangan membuktikan bahwa kelas VIII C adalah kelas besar atau dengan jumlah 43 siswa. Pembelajaran yang diterapakan peneliti dengan tutor sebaya adalah tidak lepas dari alasan bahwa jumlah siswa kelas VIII C terlampau besar. Karena pengajaran tutor sebaya ini dipandang sebagai reaksi terhadap pengajaran klasikal dengan kelas yang terlampau besar dan padat, yang berakibat guru atau tenaga pengajar tidak dapat memberikan bantuan secara individual, bahkan sering tidak mengenal para pelajar seorang demi seorang.

Penerapan pembelajaran tutor sebaya ini dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II dengan masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Evaluasi dilaksanakan pada pertemuan ketiga dari setiap siklus.

Secara teoritis pembelajaran tutor sebaya yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Membagi kelas menjadi 8 kelompok dengan satu tutor pada tiap kelompok; 2) Mengatur tempat duduk yang dilakukan oleh peneliti dibantu siswa; 3) Membagi LKS kepada tiap kelompok; 4) Menjelaskan materi secara ringkas dan umum; 5) Memberi bimbingan intensif kepada tutor tentang materi yang diajarkan; 6) Meminta setiap anggota kelompok mempelajari LKS yang sudah dibagikan dan mencoba untuk mengerjakannya; 7) Memberi kesempatan kepada tutor untuk membimbing teman-temanya dalam kelompok; 8) Peneliti memanggil tutor untuk melaporkan keadaan kelompoknya sebagai evaluasi pekerjaan tutoring; dan 9) Mengevaluasi LKS bersama.

Pada siklus I sesuai hasil observasi terhadap peneliti, 66,67% skenario pembelajaran telah dilaksanakan. Taraf keberhasilan dari pembelajaran tutor sebaya pada siklus I ini dikatakan kurang. Beberapa hal yang ditemukan sebagai penyebab kurang berhasilnya pembelajaran tutor sebaya pada siklus I adalah sebagai berikut: 1) Peneliti tidak menyampaikan sub pokok bahasan yang akan bahas; 2) Peneliti tidak menyampaikan indikator pembelajaran; 3) Peneliti belum dapat mengorganisasikan waktu dengan baik; 4) Peneliti tidak menyampaikan tujuan pembelajaran dari apa yang akan dipelajari; dan 5) Kurang mampu mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Dari hasil observasi terhadap siswa, pembelajaran tutor sebaya yang diterapkan pada siklus I memperlihatkan hasil yang kurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang telah ditemukan di lapangan sebagai berikut: 1) Siswa masih asing dengan pembelajaran yang diterapkan mengenai pendekatan tutor sebaya, karena merupakan hal baru bagi mereka; 2) Dalam kerja kelompok terlihat cukup banyak siswa yang ribut dan ada juga yang masih berkeliaran ke kelompok lain; 3) Siswa belum berani mengajukan pertanyaan ataupun mengeluarkan pendapatnya, terutama pada tutor; 4) Masih ada kelompok yang belum dapat menerima tutor yang dipilih oleh guru. Beberapa tutor kurang memiliki kesabaran dalam membimbing dan memotivasi teman-temannya; 5) Tutor kurang memiliki kreativitas untuk memberi bimbingan kepada teman-temannya; dan 6) Beberapa siswa belum menguasai perhitungan dasar matematika.

Pada siklus II sesuai hasil observasi terhadap peneliti, 83,08% skenario pembelajaran telah dilaksanakan. Taraf keberhasilan dari pembelajaran tutor sebaya pada siklus II dikatakan baik. Meskipun begitu, masih ada hal yang menjadi kendala yang terjadi pada pembelajaran tutor sebaya pada siklus II ini. Diantaranya peneliti masih belum dapat memotivasi siswa untuk menyampaikan pendapat atau menjawab pertanyaan/soal yang diberikan. Selain itu ada juga yang belum dapat menyelesaikan soal latihan sendiri tanpa bantuan tutor. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi siklus II dengan 6 anak yang belum tuntas atau belum mencapai KKM yang ditentukan.

Kesimpulan yang didapat, ternyata minat belajar siswa setelah pembelajaran di kelas diterapkan pembelajaran tutor sebaya dapat dikatakan semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi terhadap siswa dari tiap pertemuan di setiap siklus pembelajaran.

Pada pertemuan pertama, prosentase keberhasilan adalah 61,54% dan meningkat pada pertemuan kedua dengan 67,69%. Namun taraf keberhasilan ini masih dalam kategori kurang. Peningkatan minat terlihat jelas pada siklus II. Pada pertemuan IV prosentase keberhasilan mencapai     76,92%, dan pada pertemuan V meningkat hingga 83,08%. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran tutor sebaya memberikan pengaruh yang cukup positif kepada siswa. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh penerapan pembelajaran yang dirasa baru pada diri peserta didik, sehingga mereka senang untuk mengalaminya. Mereka terlihat antusias dan berminat untuk melaksanakan pembelajaran tutor sebaya pada kesempatan lain.

Berdasarkan hasil evaluasi pada tindakan siklus I dan tindakan siklus II, terlihat adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal garis singgung lingkaran setelah diterapkan pendekatan tutor sebaya. Ini berarti bahwa siswa lebih mudah menerima penjelasan yang diberikan oleh tutor dibandingkan oleh guru. Hal ini terjadi karena hubungan antara tutor dengan siswa adalah hubungan antara kakak adik atau antar kawan, sehingga siswa yang dibimbing tidak merasa malu ataupun segan untuk bertanya atau meminta bantuan kepada tutor. Selain itu tutor memberikan bimbingan dengan menggunakan kata-katanya sendiri sehingga siswa yang dibimbing lebih mudah memahami cara menyelesaikan soal-soal garis singgung lingkaran.

Berdasarkan hal di atas, dapat dikatakan bahwa hipotesis tindakan telah tercapai yaitu dengan penerapan pembelajaran tutor sebaya pada konsep garis singgung lingkaran di kelas VIII C MTsN 6 Blitar dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1) Disarankan untuk membuat inovasi pembelajaran dalam tugasnya sebagai pengajar dengan model pembelajaran seperti tutor sebaya; 2) Disarankan agar dalam memilih tutor, guru tidak hanya memilih siswa yang memiliki kemampuan tinggi dalam menyelesaikan soal-soal garis singgung lingkaran, tetapi tutor yang dipilih juga harus mempunyai kesabaran dan kemampuan memotivasi teman-temannya dalam belajar; 3) Disarankan untuk menyiapkan tutor cadangan sebagai tindakan preventif jika ada tutor yang tidak hadir; 4. Harus dapat mengorganisasikan waktu dengan baik, agar kegiatan pembelajaran berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan; 5) Harus dapat memantau kerja tiap kelompok dengan baik, terutama memantau kerja tutor dari tiap kelompok; 6) Disarankan dapat mensosialisasikan penelitian ini sebagai bahan rujukan inovasi pembelajaran; dan 7) Disarankan kepada penelitian yang akan datang dapat menggunakan hasil penelitian ini dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.

 

DAFTAR PUSTAKA

Dalyono, M, Drs. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas. (2004). Pedoman Pembelajaran Tuntas. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, Syaiful bahri, Drs. dan Zain, Aswan, Drs. (2006). Strategi belajar mengajar. Edisi revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Kasbolah, Kasihani. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Rineka Cipta

N.K, Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta.

Sapa'at, Asep. 2007. Penggunaan Metafora Dalam Pembelajaran Matematika. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah

Simandjuntak, B, Drs, SH. (1986). Didaktik dan Metodik. Bandung: Tarsito

Suherman, Ar, Erman, Drs, M.Pd dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Komtemporer. Universitas Pendidikan Matematika.

Suryabrata, Sumadi, BA, Drs, MA, Ed.S, Ph.D. (2002). Psikologi Pendidikan. Edisi 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Susilo, Joko, M. (2006). Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar. Cetakan 1. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.

Syah, Muhibbin, M.Ed. (2005). Psikologi Belajar. Edisi Revisi, cetakan 4. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun