Mohon tunggu...
Den Ciput
Den Ciput Mohon Tunggu... Penulis - I'm a writer...

Just Ordinary man, with the Xtra ordinary reason to life. And i'm noone without God.. http://www.youtube.com/c/ChannelMasCiput

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan di Bulan Desember: Elegi buat Melinda

13 Desember 2021   22:59 Diperbarui: 14 Desember 2021   01:33 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ilustrasi(Sumber: merdeka.com)

Kisah sepasang kekasih, Yos dan Melinda. Dulu mereka selalu bareng, ke kampus, jalan, atau sekedar ngopi di kantin kampus, walau sedang tidak ada kuliah. Kantin adalah tempat kongkow paling memungkinkan, murah, ramah dan meriah, serta bisa ngutang! Jadi pas untuk mahasiswa kere macam Yos.

Melinda? Dia mahasiswi yang nggak kere-kere amat. Setidaknya kiriman bulanannya selalu surplus. Karena nominal yang jauh lebih besar serta pengelolaan keuangan yang tertata rapi.

Beda dengan Yos yang ugal-ugalan tanggal muda, dan mendadak alim tanggal tua. Jago utang, bandit bayar. Menjadi selebritis kantin pas lagi kere, artinya, selalu eksis di kantin pas lagi nggak ada duit. Karena satu factor, bisa ngutang! Tapi mendadak jadi Jin waktu transferan datang. Bisa menghilang dari peredaran. Kalau udah gitu biasanya Melinda yang ketiban sampur, kepotokan, nalangin utang seperti pemerintah nalangin utang BUMN bobrok karena jadi sarang korupsi.

Abis gimana lagi, itulah cinta.

Pahit manis mereka jalani berdua selama empat tahun di kampus biru.

Sampai satu saat, mereka musti berpisah satu sama lain beberapa minggu setelah mereka lulus kuliah. Yos yang waktu itu sudah kerja sebagai penulis di beberapa media online nggak bisa ninggalin Jakarta. Keuangan Yos yang sudah terbilang teratat rapi, udah cukup, karena selain nulis dia juga trading serta punya side job nulis untuk scene beberapa kreator konten membuat Yos lebih betah di Jakarta daripada harus pulang kampung. Walau kerjanya sebenernya bisa dilakukan dimanapun.

Yos sudah betah, nyaman dengan ketidaknyamanan Jakarta. Udah terlanjur in love dengan kota yang pernah di pimpin JP Coen  dan bernama dulunya Batavia ini. Yos sudah kadung akrab kemacetan dan merindukannya tatkala beberapa lama berada diluar Jakarta. Lagian, kalau pun pulang kampung ada beberapa masalah yang dihadapi terkait kondisi sosial masyarakat di kampung halamannya. Masalahnya apalagi kalau bukan terkait pekerjaan Yos yang kelihatannya santai. Ngopa-ngopi, nongkrong, jalan-jalan, tapi duit selalu ada! Bisa jadi para mulut tetangga mewakili Netizen akan kasak kusuk. Bisa jadi klaim pelihara tuyul akan gampang melekat dalam diri Yos dari mulut-mulut orang yang nggak berwawasan.

Masalah kedua adalah, kalau dia pulang kampung bareng Melinda pun, mereka akan tetap di kota yang beda. Mel ke Yogya, Yos ke sebuah kota kecil di Jawa timur.

Jadi dengan berbagai pertimbangan, Yos memilih tetap di Jakarta. Kisah yang mereka jalin empat tahun tetap terjalin meski jarak memisahkan.

" Ah jaman sekarang nggak ada yang jauh, Mel. Toh bisa video call tiap hari, tiap saat, " Begitu kata Yos pas Melinda sedih dengan perpisahan itu.

Mel menatap mata Yos. Yos yang biasa slenge'an nggak serius, kali ini luruh. Matanya terlihat muram. Di peluknya Melinda sekedar meyakinkan bahwa dia akan selalu ada buat Melinda walau ruang dan waktu memisahkan.

" Yogya Cuma beberapa jam saja sayang, don't be afraid.." Yos mengulangi kalimat hiburannya.

" Iya, mas. Mel tahu, tapi Mel belum siap terpisah jarak. Disisi Lain, ayah pengin Mel balik ke Yogya, " Melinda sesenggukan. Yos mengusap air mata yang mengalir bening dari kedua mata Melinda yang indah.

" Gini aja, seminggu sekali mas akan Yogya. Cuma sejam terbang, kan?"

" Iya, kalau terbang emang Cuma sejam. Tapi kalau jalan kaki bisa lama juga, kan?" Mel mencoba ngocol. Mereka tertawa bersama secara berjamaah sekedar mencoba mengusir kegalauan.

Singkat cerita, udah sekian lama mereka LDR, Long distance Relationship, Lungo Dewe Rapopo. Hehehehe.

Awalnya memang berat. Tapi lama kelamaan menjadi terbiasa. Apalagi tiap hari mereka video call. Telpon, atau sekedar kirim pesan teks lewat Whatsapp. Yos pun menepati janji, seminggu sekali datang ke Yogya tiap kahir pekan. Mereka pergi ibadah ke Gereja bareng di minggu pagi, sorenya Yos bertolak ke Jakarta lagi.

Sampai satu saat, beberapa minggu Yos nggak bisa ke Yogya.

" Mas, minggu depan mas pulang? " tanya Melinda satu siang pas mereka video call. Mel bahkan kedatangan Yos ke Yogya sebagai 'pulang'.

" Mas usahakan ya. Moga ada tiket penerbangan. Masih jarang penerbangan, Mel. Kan pandemi belum selesai. "

" Mas kan bisa naik kereta atau bus?" Mel ngeyel.

" O iya, ya. "

" Iya..iya mulu! Nyebelin! " Melinda mulai ngamuk. Yos tahu, kalau nada yang keluar udah tegas, berarti Mel lagi marah, kesal.

Bahkan Mel menutup paksa panggilan video. Yos biasa saja, kayak nggak terjadi apa-apa, ndableg! Tapi bukan Yos nggak ambil tindakan, karena setelahnya Yos langsung cari tiket kereta dengan aplikasi untuk jumat malam. Tiket pun dapat.

AKhir pekan yang sangat indah itu pun tiba. Yos duduk manis di kereta Jurusan Yogya. Entah kenapa, perjalanan ini dirasa indah banget. Sepanjang jalan diguyur hujan. Hujan romantis di bulan Desember. Dan entah kenapa pula, mungkin terbawa suasana, Yos memutar lagu-lagu mellow dari ponsel yang di dengan lewat ear bud. Lagu-lagu lama Michael Learn To Rock. Dulu Yos suka banget sama band asal Denmark ini waktu awal-awal jatuh cinta pada Melinda.

Terutama lagu yang berjudul 25 minutes.

" Moga kisah jelek ini nggak pernah terjadi dalam hidupku, " gumamnya seorang diri. Dan karena dia menggumam beneran, sosok disampingnya sontak menoleh. Yos blingsatan dibuatnya. Duh, malunya....

Yos berusaha melempar senyumnya. Sosok disebelahnya membalas senyumnya.

" Turun mana, sist..? " Yos mencoba mencairkan suasana, menghilangkan gugup.

" Yogya, lempuyangan. "

" Sama dong. "

" Owh."

Hanya itu kata pendek terkahir dari cewek manis di sebelahnya. Abis itu si cewek asyik dengan handphonya lagi. Beberapa kali Yos melirik. Busyett, sebenernya Yos nggak percaya bidadari, tapi melihat sosok disampingnya ini, mendadak dia berfantasi bahwa dia seperjalanan dengan seorang bidadari. Namanya cowok, gitulah. Nggak bisa ngeliat yang bening-bening, walau dalam hatinya merasa memiliki seseorang yang telah sekian lama setia menemaninya.

Buru-buru Yos mengusir pikiran nakal itu. Tapi tetap aja dia pengin menarik perhatian dari si cantik di sebelahnya. Tapi dengan cara apa..

Tetiba petugas restorasi kereta melintas, " Mas..mas! Bisa minta kopi?"

" Maaf mas, kopinya di jual!" Petugas restorasi ngajak becanda.

" Iya, saya minta bawa kemari, lalu saya bayar!"

" O, boleh..boleh. Kopi apa? "

" Kopi hitam. "

" Kopi disini semua hitam, mas."

" Tauuu! Maksudnya kopi doang, tanpa susu atau krim!" Yos pura-pura ngegas.

" Nggak pakai gula juga?"

" Nggak!"

" Nanti pahit lho."

" Biarin, daripada manis, tapi menyakitkan, buat apa?" balasan Yos kali ini benar-benar menarik perhatian, bukan hanya cewek disampingnya, tapi beberapa orang lain digerbong yang mendengar ngakak.

Sedangkan yang disampingnya sampai terpingkal-pingkal.

Pas kopi datang, " Bikinin teh satu, mas"

" Lho, buat siapa?" Pegawai restorasi heran.

" Buat mbak ini," Yos menunjuk sosok disampingnya.

" Eh, kok..? "

" Udahlah, nggak papa. Enak dingin-dingin minum anget, kan?"

" I..iya sih. Btw, makasih ya.."

" O ya, namaku Yosua, " Yos tanpa segan mengulurkan tangan.

" Saya Yohana. Yohana Shinta, " tangan mereka berjabat hangat. Tanpa terasa, ditengah dinginnya Malam mereka terlelap. Larut dalam mimpi masing-masing.

Pagi yang indah di kota Yogya. Matahari bersinar hangat seolah ingin mengusir dingin setelah semalam diguyur hujan. Tak bosan-bosannya matahari menyinari bumi, tiap pagi. Tanpa perlu menjelaskan bahwa dia telah berjasa kepada bumi dan seluruh isinya. Tanpa perlu pengakuan di media sosial tentang apa yang telah dilakukannya terhadap seluruh makhluk Tuhan.

Langkah Yos tegap menyusuri sudut kota Yogya, " Mas, istirahat aja dulu di hotel, nanti sore kita ketemu di gereja, " begitu tulis Melinda yang dikirim melalui pesan teks Whatsapp.

Sosok di sampingnya semalam udah pula lenyap, entah kemana. Yos seperti abai begitu saja. Dia pergi hanya sekedar meninggalkan dua baris kata dalam deretan nama. Yohana, Yohana Shinta. Itu yang diingat Yos. Tak lebih! Karena kini dalam pikirannya hanya ada Melinda dan Melinda.

Seharian Yos tertidur di hotel langganan. Seperti sore-sore sebelumnya ketika dia berkunjung ke Yogya, Yos berdandan rapi. Senyumnya mereka ke tiap orang yang ditemuinya. Terutama ke resepsionis yang udah di kenalnya.

" Sore, Mas Yos. Seger sekali. Mau apel kah? "

" Iya dong, namanya juga anak muda. Eh, kamu malam minggu kok kerja? Jomblo ya..?" ledek Yos kepada Meyta, nama resepsionis itu.

" Ih, jangan ngeledekin jomblo, mas. Nanti ketularan jomblo lho..hihihiihi. " mereka ngakak bareng.

Ah, Yogya! Keramahan kota ini selalu membuat kangen.

Sesampainya di halaman gereja, Yos turun dari taksi online. Ada pemandangan yang tak biasa. Mana pula Melinda. Biasanya dia nunggu di halaman depan, di bangku yang terletak disisi pintu masuk. Mata Yos celingukan. Yos mencoba menghubungi Melinda lewat telepon. Tak diangkat. Duhh...

" Ada resepsi, mas, " tetiba suara petugas keamanan gereja menyeruak. Yos agak kaget.

Yos ragu. Antara masuk gereja atau balik.

Setelah menimbang beberapa saat, Yos memutuskan masuk. Mana tahu dia mengenal si mempelai. Tetiba mata Yos terkesiap! Pandangannnya gelap seketika melihat pemandangan di altar gereja.

Melinda bersanding dengan pria lain.

Yos membalikkan badan, lunglai. Tak disangka akan begini jadinya. Kisah yang sekian lama dirajut harus seperti ini. Selama ini Yos sering mendengar, membaca, atau menulis kisah sedih. Tapi bukan kesedihan yang seperti ini.

Sesedih-sedih cerita yang pernah ditulis Yos, tidak ada jalan cerita seperti ini.

" Ehem.." disela kepedihan, Yos mendengar suara dehem. Yos menoleh.

Yohana?!

Yah, Yohana, cewek yang sebangku dengannya di kereta semalam.

" Kenapa balik? Kamu kenal Melinda?" Yohana menyibak rambutnya. Pipinya yang tadi sedikit tertutup rambut, kini tampak semuanya. Putih bersemu merah. Menambah ayu wajahnya.

Seandainya suasana normal, Yos akan sangat  menikmati pemandangan indah itu. Tapi mana bisa? Ini suasana lagi tidak normal!

Yos lagi kalut.

" Saya sangat mengenal Melinda, " hanya itu yang diucap Yos. Selanjutnya berlalu begitu saja meninggalkan pelataran gereja dengan segala duka dan segurat tanya di benak Yohana.


Epilog

Dalam satu penerbangan ke Bali, Yos secara tak sengaja ketemu Yohana Shinta. Ternyata Yohana seorang Pramugari. Yohana yang kebetulan remain over night atau menginap, membuat janji ketemuan dengan Yos.

Pada pertemuan itu Yohana menjelaskan, bahwa Melinda selama ini mengidap kanker Kandungan stadium empat. Kendati kandungannya sudah diangkat, tapi Kanker terlanjur menalar ke beberapa organ tubuh. Tiga hari setelah wedding itu Melinda menghembuskan nafas terakhirnya. Melinda sengaja melakukan semuanya agar Yos tidak terluka. Kalau pun luka, tapi setidaknya luka karena kebencian akan lebih baik daripada Yos luka karena kematiannya.

Melinda tahu, Yos paling tidak bisa disakiti. Sekali disakiti, dia akan gampang sekali membenci. Nah, dengan begitu Yos tidak terlalu meratapi kepergian Melinda.

" Saya tak pernah bisa membenci Melinda, you know it? " Yos memberi tanggapan terhadap cerita Yohana.

Yohana menggengam jemari Yos untuk sekedari menguatkan. Yos membalas hangat emari lembut itu. Mata mereka berdua berkaca-kaca. Mereka kehilangan orang yang sama. Yohana kehilangan sahabat Yos kehilangan kekasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun