Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Neo dan Neji, Si Duo Remora

30 November 2020   19:44 Diperbarui: 30 November 2020   19:50 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:goodguytaxman.wordpress.com

Siang itu, matahari sedang marah. Dengan terang benderang dia menyinari seluruh semesta, termasuk bumi, planet biru sumber kehidupan. Sorotan cahayanya berhasil mendidihkan permukaan bumi hingga hawa panas bertebaran di mana-mana.

Tanah-tanah mulai retak, rindu datangnya hujan. Sementara, air laut yang luas sekali itu perlahan menguap, membentuk gumpalan awan mengapung di langit. Kendati menguap, laut itu tidak pernah kering.

Sesekali, beberapa penguasa laut, para ikan paus, yang terbilang terbesar dari semua makhluk berinsang penghuninya, muncul ke permukaan laut. Disemprotnya air laut dari lubang kepalanya, hingga tinggi menjulang seperti tongkat. Mereka menampakan diri ke atas udara, dan menjatuhkan berulang kali badan besarnya, sehingga membuat gelombang bergemuruh di permukaan itu.

"Cekrek" Terdengar suara tombol terpencet. Sejumlah orang berdesakan menepi di kapal pesiar, berupaya mengabadikan atraksi mereka di kamera yang tergantung di lehernya. Sekilas kericuhan itu disukai dan menyenangkan, tetapi lain halnya di bawah. Menegangkan.

"Lari..larii...cepat lariiii" Teriak Neo pada Neji, yang tertinggal jauh di belakang. Mereka adalah dua ikan remora yang bersahabat sedari kecil dan menghabiskan waktu remaja dengan berenang-renang mengembara di dasar laut.

"Tunggu aku, Neo"

Neji mempercepat gerakan siripnya. Arus yang semakin kencang di dasar laut, dilawannya sekuat tenaga. Dia belum sarapan pagi itu. Tetapi, masih ada sisa-sisa kekuatan semalam, yang semakin membesar karena ketakutan.

Di belakang Neji, berenang seekor ikan kerapu tua berwarna hitam. Ikan itu beratus kali lipat ukuran dibanding Neo dan Neji. Matanya yang ditutupi tanduk terlihat tajam memandang mereka.

Dalam hitungan detik, Neji hampir mendekati Neo. Sementara kerapu itu terus menyusul dari belakang. Disibakannya sirip besarnya itu. Mulutnya menganga lebar-lebar, seperti kelaparan, hendak memangsa mereka.

"Ayo sembunyi di sini" Neo mengarahkan langkah Neji ke kumpulan terumbu karang. Karena ukuran tubuh mereka kecil, muatlah bersembunyi di lubang-lubang karang berwarna-warni nan cantik itu. Kerapu kehilangan jejak. Mereka selamat.

"Ngapain kalian di sini?" Seekor belut murai tiba-tiba muncul dari sela-sela karang itu. Dia merasa tidur siangnya terganggu atas kehadiran orang asing di rumahnya. Sontak, Neo dan Neji terkejut. Mereka kembali lari terbirit-birit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun