Oleh : Hilma Nuraeni
Ia duduk di tepi dunia,
di antara nada limoncello dan desir laut Mediterania
yang tak pernah benar-benar ia tapaki,
Baca juga: Puisi : Tak Ada yang Menoleh Saat Aku Retak
hanya ia kenali lewat lembar karya dan puisi mahal tanpa jiwa.
Orang-orang menyebutnya anggun,
karena ia mahir memintal duka jadi gaun malam
dan meronce rindu dalam rupa perhiasan.
Baca juga: Puisi : Pada Gigil yang Terlupa
Namun tak seorang pun tahu
kemewahan hanyalah perlindungan dari sunyi yang tak ia jemput,
tapi perlahan ia dekap seperti rahim kedua.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!