Mohon tunggu...
Heronimus Bani
Heronimus Bani Mohon Tunggu... Guru

Menulis seturut kenikmatan rasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengkritisi Bulan Budaya Gereja Masehi Injili di Timor

8 Mei 2025   14:05 Diperbarui: 8 Mei 2025   14:05 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

Satu kiriman pesan beredar luas, tiba di WhatsApp Group IKARASI sebagaimana saya kutipkan kembali di sini

Kepada Bapak, Mama Pendeta tolong berikan pencerahannya..
B U L A N   B U D A Y A
Sudah belasan tahun juga kita bicarakan hal ini. Jika berkenan dibuat seminar hubungan antara budaya daerah dengan teologi.
Apakah budaya daerah memiliki sumbangsih kepada teologi Kekristenan secara Alkitabiah
Ataukah yang dimaksud bulan budaya oleh GMIT itu adalah hanya keseniannya yaitu, tari, musik, dan teater?
Jika hanya itu, maka yang terjadi hanyalah sebuah pertunjukan kesenian dalam bergereja.
Pertanyaan berikutnya di mana kontekstual teologinya secara alkitabiah.
Mohon Bapak ibu pendeta bisa berikan pencerahan kepada kita orang awam demi  menjawabkan pertanyaan dari masyarakat.

Sesungguhnya saya sendiri bukan seorang pendeta. Saya seorang penatua yang mendapat tugas dalam durasi terbatas, tetapi saya terinspirasi untuk memberi jawaban sebisanya. Mengapa? Seringkali pertanyaan seperti ini bila tidak ada yang menghiraukan, akan berdampak pada persekutuan hidup berjemaat. Dapat saja terlihat fisik bersekutu dalam pertemuan-pertemuan ibadah, namun spirit/roh persekutuan itu melayang ke mana-mana oleh karena pertanyaan kritis tidak mendapatkan jawaban, entah itu memuaskan, kurang memuaskan atau bahkan tidak memuaskan.

Dialog Injil dan Budaya

Mari kita mulai dengan bertanya: Mungkinkah Tuhan Allah ada dalam kebudayaan umat manusia? Mari kita sodorkan pertanyaan itu kepada orang-orang yang mengirim pesan sebagaimana kutipan di awal tulisan ini. Bagaimana mereka memberi jawaban?

Tuhan Allah sendiri yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya. Kitab Kejadian 1 mencatat secara jelas, yang dilanjutkan pada Kejadian pasal 2. Mari telusuri bagian demi bagian pasal-pasal awal dari Kitab Kejadian, kita akan menemukan di sana hal yang berhubungan dengan kebudayaan di mana Tuhan Allah:

  • membangun satu taman dengan semua isinya berupa tanaman/pepohonan dengan sungai-sungainya
  • membentuk manusia dari (debu) tanah dan menempatkan manusia itu di dalam taman itu
  • memberi perintah agar manusia menamai segala jenis binatang
  • membangun satu model manusia kedua bukan dari debu tanah
  • berjalan di dalam Taman, berkunjung dan menyapa
  • membuat pakaian/busana agar manusia tidak telanjang

Kita sampai di sini dulu. Tidakkah itu semua sebagai tindakan kebudayaan? Bukankah suatu hasil cipta berawal dari karsa/olah pikir? Maka, pastilah Tuhan Allah menaruh semua bentuk/wujud ciptaan-Nya di dalam alam pikiran-Nya. Dari sana, Ia mewujudkan semua itu baik dengan berkata saja (berfirman) maupun dengan bekerja. 

Bila Tuhan Allah bekerja, kita perlu ingat bahwa Tuhan Allah dapat saja berfirman agar manusia langsung jadi, tetapi Ia justru menggunakan tangan-Nya untuk mewujudkan citra diri-Nya dalam rupa manusia. 

Kita maju lagi. Perhatikan ketika Tuhan Allah membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Dalam perjalanan itu, pada suatu waktu Ia memberi perintah kepada Musa untuk membangun Kemah Suci (Kel.40:1-33). Ukuran, bahan/material, tampilan luar dan interior hingga petugas/orang yang akan bertugas di dalam Kemah Suci diurai secara rinci. Uraian yang rinci itu agar Musa sebagai pemimpin tidak keliru ketika memberi aba-aba persiapan dan pembangunannya hingga tuntas.

Tuhan Allah sendiri yang memberi perintah untuk membangun Kemah Suci. Ia sendiri yang menetapkan adanya awan baik pada siang hari maupun pada malam hari. Awan yang naik memberi tanda untuk keberangkatan dan awan yang tetap tinggal di sana memberi tanda untuk tetap. Awan itu sendiri menunjukkan adanya nyala api pada malam hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun