Mungkin sahabat pernah menulis dan membaca puisi saat upacara memakamkan jenazah seorang sahabat?
Cerahnya gaya hidup yang hedonis meredupkan humanisme.
Dalam suasa murung cakrawala bersedih hingga menangis, resahlah insan penghuni mayapada
Bila Anda berjalan mundur, apa rasanya? Bagaimana jika ada yang mundur?
Apa reaksi Anda atas keadilan yang ditunggu-tunggu?
Bukan istilah baru pada kaum pengadil, pelaku penyerta
Anda telah mengetahui tentang vonis mati. bukan?
Koalisi... Koalisi ... Koalisi... hendak berangkat ke kuali pemanas raga hinga mengelupas ari
Gempa menggemalah ratapan, menyisakan isak tangis
Kutuk tak mematikan kutu humanisme dalam ziarah zaman
Anak meringis tunjuk roda gelisah rindu ibunda belum pulang di balik sana yang mengirim rindu pada senja bisu
Mengisi air dalam keranjang pada jam sepuluh pagi, bolehkah keranjang menjadi tempat yang salah
Manakala aku hendak berhitung pada senja manakala aku hendak bertanya pada pemuja
Kini menang dalam kesan kenangan berbunga bahasa ujaran di pentas kemeriahan berseri wajah
Dendang pagi terus berlangsung ditingkahi titik-titik rintik dari kran langit
Anak negeri berpangkat kesahajaan berlarian di punggung pematang sawah menguning padi dan lereng ladang menghijau jagung
Bunga-bunga menekuk diri dalam genggaman kaum berkabung yang berbela rasa, syair penguatan dilantunkan kaum pini sepuh terpercaya,
Komunitas umi berkabung dan berkubang dalam kubangan air mata hingga akhir mengakui kuasa Sang Khalik Ilah