Mohon tunggu...
Heronimus Bani
Heronimus Bani Mohon Tunggu... Guru

Menulis seturut kenikmatan rasa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Proktor di Lereng Nunkolo

9 September 2025   13:24 Diperbarui: 9 September 2025   13:24 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proktor dengan payung di tangan kiri, tangan kanan mengoperasikan laptop dalam rangka ANBK; foto: Leo B/Kec.Nunkolo, Amanatun

Di lereng-lereng Nunkolo, di mana angin berbisik di antara bebatuan, jurang dan pepohonan yang meranggas; ditingkahi gerimis yang mendesis di telinga murid dan guru sekolah dasar, duduklah seorang proktor, bagaia ksatria modern tanpa pedang. Namanya tentu tak akan dikenal dan dikenang, kisahnya tak akan dicatat di buku sejarah. Kerja kerasnya bagai legenda yang pernah dilisankan. Di hadapannya, terbentang layar laptop yang memancarkan cahaya redup, satu-satunya jendela yang menghubungkan dunia digital dengan satu unit sekolah dasar yang terletak di Kawasan Amanatun, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Ini bukan pertarungan fisik, melainkan perang saraf dan emosi melawan ketidakpastian. Jaringan internet di sana bagai musuh yang licik, datang dan pergi sesukanya, membuat setiap detik menjadi berharga. Sementara gerimis turun menyapa, membasahi payung yang menjadi perisainya, sang proktor terus menekan tombol refresh, berpacu dengan waktu. Jari-jemarinya menari di atas keyboard seolah sedang melafalkan mantra kuno, dan matanya tak pernah lepas dari indikator sinyal, menunggu mukjizat datang.

Tugasnya sederhana, namun memiliki bobot yang tak terukur: memastikan token Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) tetap tersedia. Setiap token adalah sebuah kunci, membuka pintu bagi puluhan pasang mata anak-anak yang penuh harap, menanti di dalam kelas. Mereka tidak tahu tentang perjuangan di luar sana, tentang keringat dingin yang mengalir di dahi sang proktor. Yang mereka tahu hanyalah, masa depan mereka bergantung pada keberlangsungan ujian ini.

Di bawah langit yang kelabu, sang proktor menjadi penjaga asa, simbol keteguhan yang melampaui segala keterbatasan. Ia tidak hanya melawan cuaca dan teknologi, tetapi juga menepis keraguan dan keputusasaan. Kisah ini adalah ode untuk para pahlawan tanpa tanda jasa di sudut-sudut negeri, yang berjuang demi memastikan bahwa setiap anak, di mana pun mereka berada, memiliki kesempatan yang sama untuk meraih impiannya.

Heronimus Bani-Pemulung Aksara

Umi Nii Baki-Koro'oto, 09 September 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun