Misi menerjemahkan Alkitab ke dalam berbagai bahasa pada segala bangsa karena alasan lain seperti ini. Bahasa yang kita miliki dan manfaatkan  bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi di dalamnya sedang mengantarbawakan budaya, pola berpikir masyarakat (mungkin lokal dan nasional), dan pengenalan akan dunia dalam suatu kelompok masyarakat. Alkitab yang diterjemahkan ke dalam bahasa daerah, di sana pesan-pesan, pelajaran implementatif menjadi lebih relevan dan mudah dipahami dalam konteks budaya dan kehidupan sehari-hari mereka. Nuansa nilai dan etik berbahasa serta idiom lokal (ungkapan, peribahasa)  dapat menyampaikan makna yang mungkin tidak dapat disiratkan atau disuratkan dalam terjemahan berbahasa nasional atau internasional.
Faktor lain yang turut memainkan peran penting dalam menerjemahkan Alkitab yaitu, menjaga dan mengembangkan bahasa daerah. Bahasa-bahasa daerah yang dimiliki dan dimanfaatkan oleh masyarakat di berbagai belahan dunia ini perlu dipelihara dan dilestarikan. Dalam hal penerjemahan Alkitab, para penerjemah tidak bekerja sendirian. Mereka melibatkan banyak ahli dalam berbagai displin ilmu. Hal ini berdampak pada:
- riset dan dokumentasi bahasa
- pengembangan sistem tata tulis, tata bahasa, ejaan dan perbendaharaan kata dalam bahasa daerah. Seringkali kata-kata dari satu bahasa daerah tertentu dapat saja memperkaya perbendaharaan bahasa nasional
- pelestarian bahasa daerah, terutama bahasa-bahasa yang hampir punah
- membangun kesadaran bahwa bahasa daerah merupakan harta/kekayaan yang ada pada satu suku pemilik/penggunanya.
Kembali kepada masalah, apakah nanti dengan adanya terjemahan Alkitab dalam berbagai bahasa daerah, lantas isinya tidak dikhotbahkan?
Tidak demikian. Khotbah tetap diperlukan. Itu sudah tugas gereja dalam pengertian institusi dan individu. Gereja sebagai institusi mempersiapkan orang-orang yang akan menjadi Pengkhotbah-pengkhotbah. Mereka akan mengkhotbahkan isi Alkitab dari aspek yang sistematikanya telah dipelajari. Para pengkhotbah tidak serta-merta muncul begitu saja, tetapi mereka digembleng di "dapur" Ilmu Teologi dan Filsafat Kristen. Jadi, khotbah tetap diperlukan dan penting sebagai satu misi menjadikan, yang berikutan dengan membaptis, dan mengajar, sebagaimana Amanat Agung Yesus Kristus.
Gereja sebagai individu yakni tiap orang, dapat saja menjadikan dan mengajar, tetapi tidak membaptis. Setiap orang yang membaca Alkitab, sama dengan memohon agar Tuhan berbicara kepadanya. Orang tersebut dapat saja pergi untuk menjadikan orang lain sebagai pengikut Yesus Kristus, tetapi ia tidak membaptis. Ia dapat mengajar, tetapi tidak dapat melakukan upacara keagamaan pembaptisan.Â
Para penginjil merupakan Pengkhotbah-pengkhotbah yang disiapkan. Mereka berkhotbah sebagai misi untuk menjadikan, membaptis dan mengajar. Sementara itu, bila ada orang dalam kelompok kecil, misalnya Persekutuan Doa, mereka menginjil, membawa kabar baik, kabar sukacita yang berdasarkan Firman Tuhan. Mereka melakukan amanat agung dalam versi menjadikan dan mengajar, tidak dapat membaptis.Â
Di sinilah letak pentingnya isi Alkitab yang walau pun sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa nasional maupun bahasa daerah, tetap perlu dikhotbahkan.
Ingatlah bahwa penerjemahan Alkitab ke dalam berbagai bahasa internasional, nasional, hingga berbagai bahasa daerah merupakan sikap dan tindakan berdasarkan amanat teologis. Amanat menyebarkan/pemberitaan Injil. Bahwasanya kebutuhan untuk memahami isi Firman Tuhan secara lebih lebih mendalam dan personal merupakan sasaran inti dari penerjemahan Alkitab. Sasaran lainnya yakni melestarikan dan mengembangkan bahasa daerah, bahasa ibu, atau bahasa yang paling mudah dimengerti oleh pemilik sekaligus penggunanya. Alkitab sudah seharusnya dapat diakses oleh semua orang tanpa sekat suku bangsa.
Ingatlah pula bahwa proses penerjemahan Alkitab menjadikan para penerjemah menghadapi tantangan linguistik, budaya, dan teologis yang signifikan. Para penerjemah harus bekerja sama dalam tim yang melibatkan berbagai disiplin ilmu yang di dalamnya ada para pakar; di antaranya bahasa/linguistik, teolog, biblika, sosiolog, antropolog, Â dan orang lokal untuk memastikan bahwa terjemahan telah mencapai titik akurasi diksi dan relevansinya sesuai konteks.
Oebesa-So'e, 04 April 2025
Heronimus Bani ~ Pemulung AksaraÂ