Persoalan muncul, bahwasanya ketika mereka berada di kampus yang mahaluas, mereka butuh pekerjaan. Pekerjaan tertentu dapat mereka ciptakan sendiri dengan pendekatan swakarsa/swakelola. Itu membanggakan pejabat pemerintah di daerah hingga pusat. Bahkan jika perlu upaya itu dijadikan patron ketika berkunjung ke tempat-tempat seperti itu dan berbasa-basi memuji-muji mereka. Mereka berbangga, dan bersemangat.
Bagaimana jika mereka memilih untuk bekerja di luar negeri? Bukankah hal itu baik sekali!? Mereka menjadi penyumbang devisa bagi negara. Bukankah hal itu patut dibanggakan?Â
Mereka yang memilih bekerja di luar negeri, tidak perlulah untuk meragukan nasionalisme mereka. Tengoklah tokoh besar bangsa ini seperti: (alm) B. J. Habibie yang sudah bekerja di Jerman, namun ketika diminta kembali ke Indonesia, ia menerimanya. Atau lihatlah ibu Sri Mulyani yang pernah menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia, namun memilih kembali untuk melaksanakan tugas sebagai Menteri Keuangan. Tentu masih banyak lagi. Lihatlah para olahragawan/wati profesional yang berlaga di liga-liga nasional negara lain. Bukankah itu menunjukkan bahwa mereka sedang bekerja untuk kesejahteraan keluarganya? Lantaran hal itu, apakah kita perlu meragukan nasionalisme mereka?
Tidakkah kita mengetahui bahwa jaminan kesejahteraan hidup baik individu maupun keluarga menjadi landasan prioritas bagi setiap orang yang bekerja dan menghasilkan. Bila sudah nyaman dengan suasana pekerjaan, siapakah yang rela meninggalkan tugas/pekerjaan yang menjamin kesejahteraan keluarganya? Ada saja yang dapat meninggalkan pekerjaan yang sedang digelutinya demi tugas/pekerjaan yang lain dengan jaminan kesejahteraan yang lebih baik. Namun, dalam kerangka nasionalisme, orang dapat saja memilih untuk menerima jaminan kesejahteraan lebih kecil daripada yang diterima sebelumnya.
Tengoklah di dalam negeri, banyak sarjana pendidikan rela menjadi guru honor dengan menerima insentifsecara tidak rutin. Mereka menunggu dengan sabar sambil terus menunaikan tugas di sekolah. Bertahun-tahun mereka ada dalam situasi seperti itu, lantas apakah mereka tidak berjiwa nasionalis?Â
Nasionalisme telah dan akan terus ditunjukkan oleh warga negara yang sungguh-sungguh mencintai negaranya. Nasionalisme tidak harus diragukan hanya karena orang memilih pekerjaan di luar negaranya, sementara orang-orang yang bekerja di dalam negeri kesejahteraannya belum dapat terjamin secara utuh. se
Umi Nii Baki-Koro'oto, 18 Februari 2025
Heronimus Bani ~ Pemulung AksaraÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI