Korea Utara sering dianggap negara tertutup. Ekonominya disebut banyak orang terbelakang.Â
Namun citra itu runtuh di dunia maya. Mereka adalah pemain siber kelas kakap. Aktivitas internet mereka sangatlah mengkhawatirkan. Banyak negara dan perusahaan menjadi cemas. Ini menjadi sumber kekhawatiran global.Â
Mereka bukanlah sekumpulan peretas iseng. Mereka adalah unit siber sangat canggih. Negara mendukung penuh semua unit tersebut. Mereka punya misi yang sangat spesifik. Misinya adalah mencuri uang sebanyak mungkin.
Skala pencurian mereka benar-benar masif. Angkanya ditaksir mencapai miliaran dolar. Uang itu didapat dari operasi canggih.Â
Mereka meretas sistem perbankan internasional. Mereka juga menargetkan bursa mata uang kripto. Banyak lembaga intelijen dunia meyakininya.Â
Dana itu memiliki sebuah tujuan utama. Mereka membiayai program senjata nuklir. Program itu sangat ambisius (IPDefense Forum, 2024).Â
Keyakinan ini memang sangat masuk akal. Korea Utara menghadapi banyak sanksi ekonomi. Mereka sulit mendapat dana segar normal. Dunia maya menjadi solusi paling efektif.
Akan tetapi, tujuannya mungkin tidak sesederhana itu. Dana curian bisa dipakai untuk tujuan lain. Mungkin untuk memperkaya para elite loyal. Juga untuk membeli barang-barang mewah.Â
Barang itu dilarang oleh sanksi internasional. Dana juga bisa membiayai operasi intelijen. Pada dasarnya ini strategi bertahan hidup. Rezim mereka sedang dalam keadaan terkepung. Aktivitas siber menjadi tulang punggung mereka.
Operasi mereka dijalankan dengan struktur rapi. Semuanya direncanakan dengan sangat matang.Â
Prosesnya dimulai dari dalam negeri. Negara aktif mencari bibit-bibit unggul. Mereka merekrut siswa pintar sejak dini. Siswa itu punya bakat matematika komputer. Mereka lalu dimasukkan ke universitas elite.Â