Setelah semua aktifitas memilah selesai. Cak Soe memintaku untuk bersih-bersih badan, kalau perlu mandi. Aku menolak untuk mandi, karena badanku tak kuat menahan dinginnya air dari kaki Gunung Arjuno yang bagaikan Es dalam freezer kulkas. Namun, aku hanya cuci kaki dan cuci tangan saja.
Kemudian, aku berduduk santai di lincak bambu, sambil menanti jam pulang kekontrakan. Tiba-tiba Cak Soe memanggilku, untuk masuk kerumahnya. Dia mengatakan, agar aku tak terburu-buru pulang. Tak elok katanya, pulang sebelum perut terisi.Â
Tak lama, sambil berbincang-bincang, ia pun pergi ke dapur mengeluarkan beberapa menu makanan. Seperti: daun singkong rebus, sambal terasi, lalapan pete, kacang panjang, tempe goreng dan ikan asin. Tak lupa "nasi spesial". Â Nasi spesial yang sudah cukup lama aku tak pernah merasakannya. Yaitu Nasi Jagung.
Nasi jagung di hadapanku itu, kata Cak Soe, hasil panen dari yang sebelum kami petik tadi. Mendengar kata-kata itu aku pun hanya mampu tersenyum untuk hidangan sore ini. Semua lauk makanan yang dihidangkan hampir seluruhnya hasil panen.
Tak menunggu waktu lama, kami pun segera menikmati makanan komplit lauk pauk sambil berbincang-bincang. Dan hampir 3 piring kami melahapnya. Hingga tak terasa, senja pun mulai berlalu, menyambut datangnya malam.