Kesedihan yang dialami Alam dari perpisahan kedua orang tuanya lima tahun lalu membuatnya terombang-ambing. Meskipun hubungan kedua orang tuanya tampak baik-baik saja setelah berpisah, tetapi keluarga mereka telah hancur. Alma tinggal dengan papanya, sedangkan adik laki-lakinya Laurin tinggal dengan mamanya di kota lain.
Setengah tahun setelah hubungan mereka, Alma mengatakan niatnya yang telah bulat. Alma ingin memeluk Islam.
"Bist du dir sicher?" Konvertiert ke Islam merupakan jalan panjang dan tidak gampang."Â
Alma mengangguk menjawab Rami. Tekadnya bulat dan tidak main-main. Selama ini Alma telah mencari tahu mengenai Islam. Alma merasa, makin dia mempelajari Islam, makin besar ketertarikan dan ketenangan dalam batin yang dirasakannya.
Mama dan papa Alma sepenuhnya mendukung dan menghormati keputusan Alma untuk memeluk Islam.Â
"Kami ingin kau bahagia, Alma. Apa pun pilihanmu, mama dan papa selalu ada untukmu." Mama Alma mengatakan dengan rasa haru yang tak bisa disembunyikan.
Rami banyak membantu Alma, mengenalkan doa-doa pendek, menjadi mentornya mempelajari Al-Quran. Alma terlihat bahagia. Dia merasakan hidupnya menjadi lebih indah dan berarti. Â
Lalu... Rami pergi.Â
Rami seperti hilang ditelan bumi.Â
Pertemuan mereka terakhir saat Rami berpamitan untuk pergi ke Damaskus. Setelah jatuhnya rezim yang berkuasa di Suriah, Rami bergabung dengan kelompok pemuda Suriah yang kembali ke Damaskus untuk menata kembali negerinya. Rami berpamitan dan tidak akan lama berada di Damaskus, karena dia sedang menjalani masa pendidikan di Stuttgart.Â
Keluarga Rami menyusul sebulan kemudian, setelah mereka menganggap keadaan di kota mereka mulai membaik. Bagi orang tua Rami, Suriah adalah negara tempat mereka kembali. Impian mereka akhirnya terwujud.