Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Bawah Langit Ramadan Musim Semi

28 Maret 2025   20:55 Diperbarui: 28 Maret 2025   20:55 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di bawah langit Ramadan musim semi  | Foto: dok.pribadi  - dibuat oleh Copilot AI—

Rami adalah satu dari sebagian pengungsi yang datang ke Jerman. Dia berasal dari Suriah, tepatnya Damaskus. Kota indah yang terpaksa harus ia  tinggalkan karena hancur lebur akibat perang. Jantung Alma seperti ditusuk-tusuk jarum saat mendengar Rami bercerita. 

"Sekarang kami sekeluarga bisa berkumpul lagi di negeri ini," ujar Rami. Wajahnya tampak tenang, meskipun ada gurat kesedihan yang ia tutupi dengan tawa kecil.

Itulah perjumpaan pertama mereka, lalu hubungan mereka makin dekat. Alma dan Rami tinggal di Tübingen, kota universitas yang terkenal sebagai kota pusat ilmu pengetahuan dan penelitian, khususnya bioteknologi dan nanoteknologi. 

Saat berkenalan, Rami sedang berada di tahun akhir sekolah menengah atas, sementara Alma setahun di bawahnya.

"Aku nggak pernah melihatmu," kata Alma. Perempuan muda ini merasa lucu. Jarak sekolah mereka hanya sekitar 500 meter, tetapi dia belum pernah sekali pun berpapasan dengan Rama di jalan.

Ucapan Alma disambut tawa renyah Rami. "Aku beberapa kali melihatmu di Bahnhof," ujar Rami.

"Echt?" Mata Alma membesar melihat Rami. 

Tawa pemuda itu makin keras. Alma membalas dengan wajah tertekuk.

Dari pertemanan, hubungan mereka berubah menjadi sepasang kekasih. Alma seperti mendapatkan ketenangan dan semangat yang luar biasa saat berada di dekat Rami. Mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama, berjalan-jalan di taman dekat danau di depan area sekolah mereka, atau menikmati makanan ringan sepulang sekolah.

Rami banyak bercerita tentang keindahan Damaskus sebelum porak-poranda diterjang perang. Sesekali Alma diundang Rami ke rumahnya, menikmati makan siang bersama keluarganya. Masakan ibu Rami begitu lezat di lidah perempuan muda ini.

Rami mengenalkan Alma tentang budaya dan kuliner Suriah, juga ungkapan-ungkapan bahasa Arab dan keindahan kaligrafi Islam. Bagi Alma, Rami adalah kekuatan yang membuatnya bangkit kembali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun