Mohon tunggu...
Hendro Sutono
Hendro Sutono Mohon Tunggu... Pegiat kendaraan listrik, Admin KOSMIK Indonesia.

Penggemar otomotif. Pegiat kendaraan listrik dan admin FB Group KOSMIK Indonesia (komunitas sepeda/motor listrik indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Diskusi Sepeda Motor Listrik: Menjaga Esensi, Meluruskan Arah Perjuangan

19 September 2025   14:02 Diperbarui: 19 September 2025   19:59 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Industri yang Terpecah dan Minim Transparansi

Industri sepeda motor listrik pun belum bersatu. Produsen sibuk membangun ekosistem tertutup masing-masing. Tidak ada interoperabilitas, tidak ada standar bersama. Konsumen dipaksa memilih ekosistem tertutup. Pasar pun terfragmentasi.

Contoh nyata: brand A membangun charging station, tapi hanya bisa digunakan oleh produk brand A. Tidak ada kemauan berbagi infrastruktur. Konsumen bingung, adopsi tersendat.

Kepercayaan publik juga terganjal oleh minimnya transparansi data teknis. Konsumen butuh informasi jelas soal spesifikasi, jarak tempuh riil, durasi charging, harga baterai, dan garansi. Tanpa itu, keputusan pembelian jadi spekulatif. Transparansi bukan hanya soal etika, tapi fondasi kepercayaan.

SDM: Pilar yang Sering Terlupakan

Transisi ke EV juga menuntut kesiapan sumber daya manusia. Lembaga pendidikan dan pelatihan harus mulai menyiapkan teknisi, insinyur, dan tenaga ahli di bidang kendaraan listrik. Tanpa SDM yang mumpuni, industri EV akan sulit bertahan dan berkembang.

Komunitas: Pedang Bermata Dua

Di tengah semua kebingungan ini, saya sempat menyebut komunitas sebagai ruang yang paling jujur. Tapi saya juga harus mengakui: komunitas bisa menjadi pedang bermata dua.

Di satu sisi, komunitas adalah tempat lahirnya semangat. Di sana, orang-orang berbagi pengalaman nyata, saling bantu, saling dorong. Komunitas bisa menjadi katalis perubahan, bahkan lebih cepat dari institusi formal. Tapi di sisi lain, komunitas juga bisa melahirkan bias baru---terutama ketika didominasi oleh anggota yang terlalu "hardcore."

Saya menyaksikan sendiri bagaimana sebagian komunitas EV terjebak dalam glorifikasi teknologi. Ada yang menganggap sepeda motor listrik harus punya torsi tertentu, harus bisa fast charging, harus pakai sistem swap battery, dan sebagainya. Ada pula yang fanatik pada satu merek, menolak interoperabilitas, bahkan menolak diskusi tentang kebutuhan pengguna biasa.

Narasi yang dibangun pun kadang terlalu teknikal, terlalu eksklusif. Seolah-olah hanya mereka yang paham spesifikasi dan algoritma baterai yang layak bicara soal EV. Padahal, transisi ke kendaraan listrik bukan soal membentuk elite baru, melainkan membuka akses seluas-luasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun