Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Waspada Perilaku Hustle Culture saat Bekerja

11 Oktober 2021   18:10 Diperbarui: 19 Oktober 2021   13:00 1434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekerja juga butuh keseimbangan (ilustrasi foto: pxabay.com/tumisu)

Istilah "waktu adalah uang" (time is money), bisa benar di tempat kerja. Artinya memanfaatkan waktu yang terbatas sesuai jam kerja, namun hasilnya bisa maksimal.

Namun istilah itu tak berlaku lagi setelah 'keterikatan' itu berakhir. Penting untuk jeda, rehat dari rutinitas pekerjaan. Waktu di luar kerja bisa dipakai untuk "me time" (waktu sendiri). Melakukan aktivitas pribadi untuk hobi, olahraga, membaca buku, nonton film, sekadar bermain games dan sebagainya.

4. Ukuran Kesuksesan

Definisi sukses bagi tiap orang jelas berbeda-beda. Demikian juga lamanya waktu kerja, tak juga menjadi jaminan untuk mencapai kesuksesan. Bukan berarti makin lama kerja, orang makin sukses dalam karirnya.

Sedikit review. Ada film bagus yang judulnya "Click". Inti ceritanya, seorang ayah menemukan "benda ajaib" (jam percepat waktu) yang bisa memajukan waktu sepanjang yang ia mau. Ia punya istri (ibu RT) dan anak yang masih kecil.

Ketika sang ayah ini punya masalah, langsung saja ia memajukan waktunya (percepatan). Jadi, masalah tinggal beres, karena sudah terlewat. Ia hanya mengalami yang "datar dan enak".

Hingga satu ketika ia sadar, anaknya sudah dewasa. Ia juga tambah tua. Semua terjadi karena keayikan bermain dengan "benda ajaib" yang ditemukannya.

Memang, pada akhirnya,kerja kerasnya membuahkan hasil. Namun yang terjadi, kehangatan dalam keluarga sudah tak lagi dirasakannya. Bahkan anaknya mengangap si ayah orang asing, karena jarangnya berkomunikasi secara baik.

Hanya istinya yang kemudian menguatkannya. Namun waktu tak bisa dimundurkan. Seakan memperbaiki keadaan sudah terlambat. Itulah pertemuan mereka yang terakhir dalam perjumpaan.

Pesan moral film ini nampaknya pas juga. Bekerja mati-matian hingga sukses, tapi kebersamaan di dalam keluarga terkalahkan. Prestasi dalam karir yang tidak imbang dengan harmoni rumah tangga.

5. Kerja Cerdas, Hidup Sehat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun