Dengan modus membubuhkan caption minta doa kesembuhan, tanpa izin si pasien atau keluarganya, sang netizen menyebarkan foto & video tersebut di media sosial. Padahal sang pasien yang menjadi objek foto/video belum tentu berkenan fotonya dalam keadaan tidak berdaya seperti itu disebarkan ke orang-orang. Di sini memang sangat diperlukan empati, memposisikan diri di posisi orang lain. Apakah kita sendiri juga berkenan jika foto kita dalam keadaan begitu disebar di media sosial untuk dilihat pihak-pihak yang tidak berkepentingan?
Kecuali sudah mendapat izin dari orang yang menjadi objek foto/video, tentu tidak menjadi masalah. Tetapi sebelum menyebar foto/video seperti itu, apakah kita pernah minta izin?
Beda netizen, beda juga pelanggaran etikanya. Di sebuah media sosial bernama Tiktok, anda bisa menemukan beberapa video pendek yang mendokumentasikan orang-orang yang sedang sakratul maut dengan latar belakang tangisan keluarga yang meraung-raung. Juga beberapa orang yang sedang melayat lalu membagikan foto jenazah.Â
Lupa bahwa konten seperti itu sangat tidak etis, dan tau mau tahu bahwa banyak orang yang merasa tidak nyaman dengan suguhan konten seperti itu. Padahal hanya dengan membagikan informasi dalam bentuk teks atau narasi saja sebenarnya sudah cukup.
Kegilaan untuk selalu terlihat eksis di media sosial sering sekali mengalahkan etika dan sopan santun. Banyak yang lupa ada beberapa konten tertentu yang tidak layak dan tidak etis untuk disebar, kecuali untuk dokumentasi pribadi/keluarga.
Tidak ada undang-undang atau peraturan resmi yang mengatur konten seperti apa yang harus dibagikan di media sosial, hanya perlu pikiran sehat & rasa empati untuk bisa cerdas menggunakan media sosial. Beberapa orang hanya sekedar membagikan konten tanpa mau berpikir dengan pertanyaan dasar: Apakah perlu? Apakah tidak menyinggung? Apakah etis?
Semoga kita adalah bagian dari netizen semakin bijak menggunakan media sosial.