Mohon tunggu...
Harry Agus Yasrianto
Harry Agus Yasrianto Mohon Tunggu... Guru - Guru Sosiologi di SMA Negeri 1 Berau

Hobi Membaca, Menulis cerita pendek, Travelling,Fotografi, Musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kuyang

16 September 2022   02:04 Diperbarui: 16 September 2022   02:09 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Masih di bawah kolong rumah,” sahut Harry lantang.

Lelaki bertubuh gempal itu terkejut mendengar percakapan adik iparnya dan Mamak muda. Lamunannya buyar.

“Bunuh dia, Agyas. Istrimu sudah lemas benar,” teriak Mamak muda.

Tersadar akan bahaya, lelaki dekil itu menyodok balok kayu ulin itu ke arah mahluk cantik tanpa tubuh itu. Sekelebat, mahluk berambut panjang itu berhasil melarikan diri. Dia terbang ke atas. Warnanya begitu merah. Seperti nyala api. Melihat itu, Harry yang sedang menyinari kolong rumah seketika berlari ke arah Agyas. Dia coba mengejar. Berusaha menangkap mahluk cantik mengerikan itu, namun sayangnya gagal.

“Kejar. Dia tidak akan jauh terbang. Kakak ke kanan. Aku ke kiri,” atur lelaki bertubuh kecil itu.

Agyas mengangguk. Dia cepat mengikuti kemauan adik iparnya itu. Menurut cerita Mamak muda, mahluk itu akan pergi ke rumahnya sendiri. Amati saja arah mata angin. Mahluk mengerikan itu akan mengikuti arah angin.

“Laya,” teriak lelaki dekil itu.

Mahluk cantik dengan isi perut menjuntai ke bawah itu tidak peduli. Dia terus terbang menuruti arah angin. Adzan isya sudah lama berkumandang. Lelaki dekil itu terus berlari. Mengejar mahluk di atasnya. Otaknya tengah  berfikir keras. Coba mengingat rumah Laya. Sekejap, Agyas berbelok arah. Menuju utara desa. Keringat yang deras mengalir tidak lagi dipedulikannya. Dia terus mengatur nafas. Meski tersengal-sengal, dia coba bertahan. Tiga belokan jalan lagi, dia pasti sampai ke rumah berpagar hitam itu.

“Bisa bertemu Laya ?” tanya Agyas sesampainya di depan pagar rumah mewah.

Seorang remaja tampan tersenyum sambil membukakan pintu pagar. Lelaki dekil itu terkejut. Remaja tampan itu terdiam sesaat. Mereka saling menatap. Sebuah keniscayaan terjadi. Satu kemiripan wajah jelas terlihat di sana.

“Masuklah,” suara lembut wanita cantik berambut panjang mengaburkan pertanyaan keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun