Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Financial

Rumah Subsidi yang Bikin Bingung: Murah Tapi Kok Jauh?

18 Juli 2025   09:32 Diperbarui: 18 Juli 2025   09:32 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mampu beli rumah subsidi, tapi jaraknya bikin mikir dua kali./Ilustrasi Gambar dihasilkan dengan bantuan AI. Jumat, (18/7/2025).

Perlukah Revisi Kebijakan Rumah Subsidi?

Tentu. Beberapa gagasan bisa dipertimbangkan agar program rumah subsidi benar-benar menyasar kebutuhan rakyat:

1. Dekatkan ke Akses Transportasi: Tak harus dekat pusat kota, tapi minimal terhubung ke jaringan commuter line atau terminal besar.

2. Perluas Skema Subsidi Sewa: Tak semua orang harus langsung punya rumah. Subsidi sewa di lokasi strategis bisa jadi solusi sementara yang lebih realistis.

3. Kembangkan Rusun Vertikal di Perkotaan: Dengan memanfaatkan lahan vertikal, pemerintah bisa menghadirkan hunian murah tanpa mengusir warganya keluar kota.

4. Libatkan Pemda secara Aktif: Pemerintah daerah harus jadi motor penyediaan lahan strategis bagi perumahan rakyat, bukan hanya pengawas.

5. Integrasi Infrastruktur Dasar: Pembangunan rumah harus sepaket dengan akses jalan, air bersih, listrik, sekolah, dan layanan kesehatan.

Apa Kata Gen Z dan Milenial?

Bagi generasi yang tumbuh di era digital dan penuh mobilitas, rumah bukan hanya tempat tinggal, tapi juga bagian dari gaya hidup. Rumah subsidi yang jauh dari pusat kegiatan sosial dan ekonomi sering dianggap tidak relevan.

Mereka lebih memilih menyewa apartemen kecil di tengah kota, walau mahal, asalkan dekat kantor dan bisa delivery makanan dalam 15 menit. Jadi ketika tawaran rumah subsidi datang tapi "berasa seperti pindah ke Mars", mereka angkat bahu.

Penutup: Murah Saja Tak Cukup

Rumah subsidi sejatinya adalah program mulia. Tapi kemuliaannya bisa luntur jika tak dibarengi pendekatan yang humanis dan berorientasi pada kenyamanan hidup warga. Murah itu penting, tapi lokasi dan kualitas hidup juga tak kalah penting.

Pemerintah dan pengembang harus sadar: rakyat tak hanya butuh "rumah," tapi juga "kehidupan" di dalamnya. Kalau harga terjangkau tapi letaknya tak masuk akal, rumah bisa jadi beban baru, bukan solusi.

Palembang, 18 Juli 2025

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

- Harmoko - Penulis Penuh Tanya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun