Setiap minggu/bulan, adakan evaluasi.
- Apa yang sudah berhasil?
- Apa tantangan minggu ini?
- Siapa yang butuh bantuan?
Sesi ini membantu semua anggota merasa didengar dan dihargai. Juga jadi sarana menghindari konflik yang menumpuk.
6. Jangan Anti Perubahan
Banyak bisnis keluarga gagal bukan karena kehilangan semangat, tapi karena tidak mau berubah.
- Mau digitalisasi, tapi ditolak karena "dulu nggak gitu"
- Ingin buka cabang, tapi ditahan karena "jangan serakah"
Libatkan generasi muda. Dengarkan ide mereka. Bisnis yang fleksibel lebih mudah bertahan.
Studi Kasus Mini: Kisah Dua Keluarga
Keluarga A: Usaha Bakso Meletus
Mulai dari garasi rumah, keluarga A sukses menjual bakso dengan resep rahasia nenek. Tapi ketika omzet menembus 100 juta per bulan, konflik muncul:
- Si adik minta pembagian hasil lebih besar karena dia yang pegang operasional
- Si ibu tetap ingin semua dikumpulkan dalam 1 rekening keluarga
- Si kakak ingin mendirikan cabang sendiri, dengan brand serupa
Tanpa perjanjian, semuanya saling tuduh. Akhirnya, bisnis pecah dan nama brand jadi rusak.
Keluarga B: Usaha Craft Rumahan
Pasangan muda membuka usaha aksesoris dari rumah. Sang istri bagian produksi, suami bagian promosi online. Sejak awal mereka membuat Google Sheet untuk pencatatan, grup WA hanya untuk bisnis, dan sesi evaluasi tiap Jumat malam.