Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Bisnis Keluarga Tanpa Baper: Tips Harmonis dan Profesional

15 Juli 2025   07:37 Diperbarui: 15 Juli 2025   07:37 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cinta bisa jadi modal, tapi akuntabilitas adalah pondasinya. Tanpa itu, bisnis keluarga hanya akan jadi drama episode panjang."

Bayangkan pagi dimulai bukan dengan "Laporan, Pak!" dari karyawan, melainkan "Ayah, tadi kelebihan gula ya bikinannya?" dari anak. Atau rapat sore diakhiri bukan dengan notulen, tapi permintaan maaf si adik yang telat setor uang karena habis dipakai jajan cilok. Inilah manis-getirnya bisnis keluarga---perpaduan antara kasih sayang dan kalkulasi, antara mimpi bareng dan potensi baper yang meledak sewaktu-waktu.

Bisnis bareng keluarga memang bisa jadi berkah. Tapi tanpa fondasi yang kuat dan batasan yang sehat, ia juga bisa jadi jebakan perasaan dan konflik tak berkesudahan.

Kenapa Orang Memilih Bisnis Bareng Keluarga?

1. Kepercayaan sudah built-in

Ketika bisnis dimulai dari rumah, biasanya partner pertama yang diandalkan adalah keluarga. Tak perlu wawancara panjang, proses rekrut cepat: "Kakak bisa desain kan?", "Ibu bantu masak ya?"

2. Efisiensi biaya dan waktu

Modal bisa urunan. Tempat usaha kadang cukup di garasi. Tidak ada biaya kantor, gaji awal bisa fleksibel, bahkan kadang... dicicil. 

3. Tujuan jangka panjang yang sama

Seringkali, bisnis keluarga dimulai sebagai warisan nilai. Entah itu ingin keluar dari jerat kemiskinan bersama, atau memperjuangkan visi turun-temurun. "Kalau bukan kita, siapa lagi?"

Namun, ketika masalah muncul, justru karena hubungan terlalu dekatlah, profesionalisme jadi rumit.

Masalah Umum dalam Bisnis Keluarga

1. Batas profesional kabur

"Dia kan adik saya, masa saya marahin?"

"Namanya juga istri, nggak usah pakai nota lah..."

Kalimat-kalimat semacam ini sering jadi bom waktu. Saat bisnis makin besar, kepercayaan buta tanpa sistem hanya akan menghasilkan kekacauan yang sulit dilacak.

2. Konflik peran

Tidak ada pembagian tugas jelas. Semua merasa sudah 'kontribusi', tapi ternyata tidak seimbang. Akibatnya, satu merasa dimanfaatkan, yang lain merasa tidak dihargai.

3. Tidak adanya kontrak atau kesepakatan tertulis

Karena merasa 'keluarga', semua dilakukan atas dasar lisan. Tapi ketika omset naik dan masalah muncul, tidak ada pijakan hukum atau acuan yang bisa dipegang.

4. Drama pribadi terbawa ke meja bisnis

Perselisihan rumah ikut terbawa ke toko. Atau sebaliknya, masalah kas bon si kakak jadi bahan curhatan di ruang makan. Hasilnya? Lingkungan kerja tidak sehat, dan produktivitas terjun bebas.

Tips Bangun Bisnis Bareng Keluarga Tanpa Baper

Berikut strategi agar bisnis keluarga jadi ladang berkah, bukan ladang baper:

1. Tentukan Visi dan Nilai Bersama

Sebelum melangkah, semua anggota tim (alias keluarga) harus sepakat:

  • Mau dibawa ke mana bisnis ini?
  • Nilai apa yang ingin dijaga?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun