Katanya, bisnis bareng keluarga itu berkah.
"Udah saling kenal, udah percaya, jadi lebih aman."
Tapi gak jarang juga saya dengar:
"Akhirnya rugi, terus ribut soal siapa yang salah."
Bisnis rumahan memang punya dua sisi: satu sisi hangat, sisi lain bisa panas kaya wajan.
Jadi, apa bisnis bareng keluarga itu ide cemerlang atau jebakan emosional?
Banyak yang mulai bisnis rumahan karena dorongan keadaan: pandemi, PHK, atau iseng-iseng ingin tambah cuan. Dan keluarga adalah "partner" paling gampang diajak mulai. Gak perlu presentasi PowerPoint, cukup WA grup keluarga.
Tapi justru karena terlalu dekat, kadang batas profesional jadi kabur.
Siapa bagian keuangan?
Siapa yang nentuin harga?
Siapa yang boleh ambil barang tanpa bayar dulu?
Kalau gak disepakati sejak awal, bisa jadi konflik.
Saya pernah lihat: adik jadi admin, kakak jadi "marketing," ibu bagian produksi, dan hasil akhirnya... bubar karena uang hasil jualan gak pernah dihitung jelas.
Bisnis rumahan dengan keluarga bisa sukses---asal ada kejelasan peran, komunikasi rutin, dan aturan yang disepakati. Kalau semua dianggap "keluarga ngerti lah," justru bisa jadi jebakan.