Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Iran-AS: Ketika Insentif Tak Cukup Menembus Dinding Ketidakpercayaan

28 Juni 2025   13:08 Diperbarui: 28 Juni 2025   13:08 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Tangkapan Layar via Kompas.id

Di tengah ketegangan global yang meningkat, konflik AS--Iran hanyalah satu simpul dari benang kusut yang lebih besar. Tapi simpul ini penting. Jika ditangani dengan salah, bisa membakar kawasan. Jika ditangani dengan bijak, bisa menjadi titik tolak baru menuju tatanan diplomatik yang lebih inklusif.

Kita butuh pendekatan baru: bukan hanya sekadar negosiasi politik, tapi rekonsiliasi psikologis. Dunia tak bisa terus menunggu siapa yang menang duluan. Sebab dalam konflik semacam ini, sering kali yang kalah adalah mereka yang tak pernah duduk di meja perundingan---yakni rakyat sipil, anak-anak, dan masa depan.

---

Penutup: Diplomasi Adalah Seni Mendengarkan

Amerika boleh punya bom, dana, dan diplomasi tingkat tinggi. Tapi tanpa seni mendengarkan, semua itu akan sia-sia. Begitu pula Iran, dengan semangat kedaulatan dan perlawanan yang membara---jika tak membuka ruang untuk kompromi, akan terus menghadapi sanksi, isolasi, dan stagnasi.

Diplomasi sejati dimulai saat dua pihak berhenti bicara hanya untuk didengar, tapi mulai mendengar untuk mengerti.

Dan mungkin, itu yang belum terjadi antara Amerika dan Iran.

Sumber: https://www.kompas.id/artikel/meski-as-tawarkan-banyak-insentif-pintu-negosiasi-iran-masih-tertutup?utm_source=link&utm_medium=shared&utm_campaign=tpd_-_android_traffic

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun