Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Iran-AS: Ketika Insentif Tak Cukup Menembus Dinding Ketidakpercayaan

28 Juni 2025   13:08 Diperbarui: 28 Juni 2025   13:08 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

---

Iran dan Mimpi Nuklir: Ancaman atau Simbol?

Banyak yang melihat program nuklir Iran sebagai ancaman terhadap stabilitas kawasan. Tapi dari sudut pandang dalam negeri Iran, proyek nuklir justru dilihat sebagai simbol kemajuan teknologi, kemandirian, dan kekuatan nasional.

Dengan memiliki program nuklir (meski diklaim untuk tujuan sipil), Iran ingin menyampaikan pesan: "Kami bukan lagi negeri dunia ketiga yang bergantung pada Barat." Maka permintaan agar Iran membatalkan pengayaan uranium---dan hanya diizinkan mengimpor bahan baku seperti model Uni Emirat Arab---bisa dianggap sebagai upaya merendahkan status mereka.

Apalagi jika diiringi tekanan militer. Maka tak heran jika pemerintah Iran---di tengah tekanan dalam negeri dan dominasi kelompok garis keras---memilih untuk menutup pintu negosiasi, setidaknya untuk sekarang.

---

Dimensi Regional: Iran Tak Ingin Diktat Teluk

Paket insentif AS disebut akan didanai oleh negara-negara Teluk yang notabene adalah rival regional Iran---seperti Arab Saudi dan UEA. Ini pun menjadi faktor penting. Iran bisa saja berpikir: "Mengapa kami harus tunduk pada syarat dari negara-negara yang sejak lama ingin mengebiri pengaruh kami di Timur Tengah?"

Dalam kaca mata politik domestik Iran, menerima bantuan dari koalisi negara-negara Teluk akan dipersepsikan sebagai kelemahan. Itu akan menjadi amunisi empuk bagi lawan-lawan politik di dalam negeri, yang selama ini menuding pemerintah terlalu lunak terhadap Barat.

Alih-alih mencairkan situasi, pendekatan ini justru bisa memicu konsolidasi kelompok garis keras di Iran.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun