Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kandidat Bukan Cenayang, HRD Tolong Jelaskan Maumu

7 Juli 2025   01:47 Diperbarui: 7 Juli 2025   01:47 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadi HRD Idaman Kandidat Pelamar Kerja/Kompasiana.com

Oleh: Harmoko | Senin, 7 Juli 2025

Ada satu fenomena yang terus berulang di dunia kerja: pelamar merasa ditolak tanpa tahu sebab, sementara HRD merasa kandidat kurang cocok tanpa sempat menjelaskan kenapa. 

Akhirnya, dua-duanya jalan masing-masing, tanpa penutupan yang jelas. Hubungan tanpa status? Bukan. Ini lebih nyesek: hubungan tanpa feedback.

Padahal, kalau boleh jujur, kandidat itu bukan cenayang. Mereka nggak bisa baca pikiran HRD dari tatapan mata atau vibes ruangan wawancara. 

Seringkali yang mereka harapkan sederhana: diberi tahu saja kenapa mereka belum berjodoh dengan posisi itu. Bukan agar bisa membantah, tapi agar bisa belajar.

Lowongan Pekerjaan: Singkat, Padat, Tapi Penuh Misteri

Kita mulai dari awal: pengumuman lowongan kerja. Banyak HRD menuliskan kualifikasi seperti sedang main tebak-tebakan. 

"Berpenampilan menarik", misalnya. Apakah ini berarti harus good looking ala bintang iklan? Atau cukup baju disetrika dan senyum nggak kaku?

Lalu ada syarat "bisa kerja di bawah tekanan". Tekanan seperti apa? Deadline ketat? Target bulanan? Atau tekanan karena kantor dekat rumah mantan? Kandidat nggak tahu. 

Jadilah mereka coba-coba. Melamar sambil berharap cocok. Hasilnya? Sering kali nihil.

HRD yang Sibuk Bukan Alasan untuk Menghilang

Kami paham, HRD itu sibuk. Tapi memberikan feedback itu bukan hanya sopan santun, tapi juga bentuk profesionalisme. 

Tak harus panjang, cukup satu dua kalimat yang jujur dan membangun. 

Misalnya: "Kamu sudah oke, tapi kami butuh yang lebih berpengalaman di bidang X." Sudah cukup untuk jadi bekal perbaikan.

Kandidat tidak butuh validasi. Mereka butuh arah. Dan HRD, sebagai garda terdepan perusahaan, punya tanggung jawab moral untuk memberi itu. 

Anggap saja investasi: membantu orang hari ini bisa jadi membangun reputasi perusahaan besok.

Jodoh Tak Harus Sekantor, Tapi Harus Jelas Alasannya

Tidak semua pelamar akan diterima, itu wajar. Tapi tolong, jangan biarkan prosesnya jadi penuh misteri. Dunia kerja bukan sinetron jam 7 malam yang penuh twist. 

Kandidat yang ditolak dengan baik hari ini bisa jadi rekan kerja besok. Atau bahkan klien penting. Dunia sempit, bro.

***

Kandidat bukan cenayang, dan HRD bukan dewa tak terlihat. 

Komunikasi sederhana bisa menyelamatkan banyak hal: rasa percaya, motivasi, dan kepercayaan terhadap sistem rekrutmen. 

Jadi, yuk saling terbuka. Karena transparansi bukan kelemahan, tapi kekuatan---apalagi di dunia kerja yang kadang terlalu pandai menyembunyikan maunya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun