Penanganan insiden melibatkan Edelweis Medical Help Center (EMHC), Forum Porter dan Guide, Dinas Pariwisata, BASARNAS, TNI/Polri, dan masyarakat sekitar. Sinergi inilah yang menjaga keselamatan di jalur pendakian Rinjani.
Rekomendasi Manajemen Bahaya
Manajemen bahaya menjadi kunci utama untuk meminimalisasi kecelakaan di kawasan wisata alam. Keselamatan dan keamanan tidak hanya untuk wisatawan, tetapi juga bagi guide dan porter, harus menjadi prioritas agar kegiatan wisata dapat berjalan secara berkelanjutan.
Salah satu langkah konkret adalah penyusunan tata kelola manajemen bahaya yang spesifik dan aplikatif. SOP ini mencakup koordinasi antar-stakeholder, prosedur evakuasi, hingga pemantauan pasca kejadian (Taman Nasional Gunung Rinjani, 2015). Dengan adanya SOP, penanganan bahaya dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
Selain itu, pengelola perlu melakukan pemeliharaan track yang tidak layak, karena infrastruktur yang rusak justru menjadi sumber bahaya baru. Keluhan terkait fasilitas yang kurang terawat kerap disampaikan oleh pendaki dan pelaku wisata.
Upaya pengendalian bahaya juga dapat dilakukan melalui edukasi dan himbauan sebelum dan selama pendakian, baik secara langsung melalui briefing oleh petugas maupun lewat media interpretasi. Kualitas penyampaian informasi menjadi faktor penting dalam membangun kesadaran pendaki terhadap risiko.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI