Mohon tunggu...
E.K.S Harini Muntasib
E.K.S Harini Muntasib Mohon Tunggu... Akademisi IPB University

E.K.S Harini Muntasib adalah profesor IPB University dan praktisi ekowisata, ahli pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Lulusan IPB University dan UGM. Dedikasinya kuat untuk konservasi dan wisata berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Bahaya Apa Saja dalam Pendakian Gunung Rinjani?

22 Juli 2025   17:44 Diperbarui: 23 Juli 2025   07:52 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemetaan bahaya fisik di Gunung Rinjani (Foto: DKSHE IPB, 2022)

Ancaman ini tidak hanya mengintai saat berjalan, tetapi juga ketika beristirahat di tenda. Berdasarkan observasi lapangan di jalur pendakian Sembalun-Senaru, terdapat lima potensi bahaya biologi utama yang wajib diwaspadai, yaitu akar pohon, monyet ekor panjang, dahan melintang, jelateng, dan babi hutan.

Pemetaan bahaya biologi di Gunung Rinjani (Foto: DKSHE IPB, 2022)
Pemetaan bahaya biologi di Gunung Rinjani (Foto: DKSHE IPB, 2022)

Akar pohon, dengan skor risiko paling tinggi sebesar 18 (kategori risiko sedang) sering menjadi penyebab kecelakaan, terutama saat pendaki menurun. Kondisi tubuh yang lelah, ditambah kebiasaan berlari saat turun, membuat risiko tersandung akar semakin besar. 

Adapun dahan melintang dan babi hutan masing-masing memiliki nilai risiko 8 (risiko rendah). Ini tetap perlu diwaspadai, terutama saat melewati jalur hutan atau saat beristirahat malam. Selain itu, keberadaan monyet ekor panjang yang sering mendekati tenda dan jelateng (tumbuhan gatal) juga menjadi potensi ancaman lain di jalur ini.

Bahaya dari Faktor Manusia?

Segala bentuk bahaya yang berasal dari diri pendaki, baik karena perilaku atau pengambilan keputusan yang salah sebelum maupun ketika pelaksanaan kegiatan pendakian merupakan bahaya aktivitas manusia (Gitapala 2014). 

Potensi bahaya ini diamati melalui aktivitas para pendaki dan masyarakat sekitar jalur pendakian. Untuk memetakan risiko, jalur pendakian dibagi menjadi 13 segmen, mulai dari pos, tempat istirahat, hingga objek wisata di sekitar jalur. 

Pemetaan potensi bahaya aktivitas manusia di Gunung Rinjani (Foto: DKSHE IPB, 2022)
Pemetaan potensi bahaya aktivitas manusia di Gunung Rinjani (Foto: DKSHE IPB, 2022)

Hasil pengamatan dan wawancara menunjukkan bahwa ada 1 kategori bahaya yang tergolong Critical, 3 bahaya Serious, 1 Moderate, dan 1 Tolerate. Penilaian ini didasarkan pada tingkat keparahan (severity) dan kemungkinan terjadinya (likelihood).

Potensi bahaya aktivitas manusia dengan metode JSA (Foto: DKSHE)
Potensi bahaya aktivitas manusia dengan metode JSA (Foto: DKSHE)

Bagaimana Pengelolaan Bahayanya?

Pendakian Gunung Rinjani menyimpan pesona sekaligus potensi bahaya. Untuk itu, manajemen bahaya di kawasan ini mencakup tindakan preventif dan kuratif. Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) menjalankan pengelolaan melalui regulasi, penyediaan infrastruktur, dan edukasi. 

Balai TNGR juga menjalin kolaborasi strategis dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk pemantauan gunung api, serta Amanah Githa dalam penyediaan asuransi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun