Rohan menggeleng kencang.
"Bunga lily. Aromanya saja sudah membuat kita teringat akan acara pemakaman." Mata Arlan tajam menatap hiasan bunga lily itu.
"Ini sangat tidak bisa dipercaya, Arlan. Sungguh!" Rohan berkata dengan gemetar. Tangannya terasa dingin. Lututnya juga terasa goyah.
"Memang tidak bisa dipercaya. Aku sendiri pun tidak mempercayai hipotesis yang baru aku sampaikan itu. Namun, ketidakpercayaan bisa menimbulkan kesengsaraan, Rohan."
Rohan tidak menanggapi perkataan Arlan barusan. Keduanya terdiam sambil memikirkan hal-hal yang rasanya bagi mereka berdua tidak perlu untuk diutarakan. Keheningan menyambut mereka berdua. Jam itu kembali berdenting. Denting yang keras dan bergema. Arlan tidak sempat menghitung bunyi denting itu seperti biasanya. Rohan juga tidak mengomentari apapun. Mereka berdua hanya diam.
Masih dengan keheningan, Rohan terjatuh. Seperti tumpukan domino yang disusun lantas dihancurkan, tubuh Rohan kehilangan keseimbangan. Kepalanya menyambut tanah terlebih dahulu. Korek yang masih digenggamnya terlepas dari tangan.Â
Bagaiamana dengan Arlan? Dia juga rubuh. Napasnya tersengal. Matanya terasa pedih dan berair. Dadanya terasa sesak bukan main. Telapak kakinya gatal. Dengan sisa tenaga, Arlan melepas sepatu tua yang tidak pernah disukai Rohan itu, lalu menggaruk telapak kakinya yang sangat gatal. Terus Arlan menggaruk kakinya, suaranya seakan hilang ditelan oleh bunyi denting jam besar. Napas Arlan terputus.
***
Dua orang berbaju hitam berjalan dengan tergesa-gesa. Wajah mereka tertutup oleh topeng berwarna putih seperti susu. Langkah mereka cepat dan pasti. Mereka melihat dua tubuh yang tak bernyawa. Mendekatinya untuk diperiksa.
"Mereka orangnya. Waktu mereka sudah habis." Salah satu orang berbaju hitam berkata sambil mengambil korek api yang tergeletak begitu saja.
Orang berbaju hitam satu lagi hanya mengangguk. Dia memungut sepatu tua yang tergeletak tidak jauh dari letak korek api itu berada. Sepatu tua itu diliatnya dengan sangat teliti. "Lily putih,"gumamnya pelan.
"Ada kucing hitam di korek ini." Orang satu lagi berkata. "Waktu mereka memang sudah habis."