Mohon tunggu...
Harfi Admiral
Harfi Admiral Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Sepertinya, menulis sudah menjadi kewajiban

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Denting Jam

9 Mei 2022   12:14 Diperbarui: 9 Mei 2022   12:28 2040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aneh,"gumam Arlan.

"Apa yang aneh?" Rohan menatap Arlan kebingungan.

"Perhatikan, Rohan! Dua minggu yang lalu, hiasan berbentuk kucing hitam muncul dari jam besar itu. Memang tidak lama, tapi hiasan itu membuat perasaan semua warga kota menjadi tidak enak. Entahlah, ini sangat aneh."Arlan menggeleng pelan. Dia memijat keningnya sendiri.

Rohan menghela napasnya pelan. "Kau tengah mencoba untuk mengaitkan sesuatu, bukan?"

Arlan menoleh ke arah Rohan, lantas tersenyum. "Benar sekali, Rohan. Aneh rasanya jika kita tidak mengetahui apa yang terjadi di kota tempat kita tinggal. Keberadaan jam ini saja sudah menimbulkan banyak pertanyaan."

"Apa yang sudah kau ketahui?" tanya Rohan sambil merogoh saku bajunya. Sebungkus rokok dan korek api dikeluarkan.

"Aku tidak begitu yakin. Tapi yang selalu terlintas di kepalaku adalah satu, kematian." Arlan berkata dengan sedikit berbisik.

Rohan tertegun. Api yang sudah menyala dari koreknya dibiarkan bergoyang akibat terdorong angin. Bulu kuduknya sedikit merinding. Kematian bukanlah hal yang bisa dengan mudah dibicarakan.

"Biar aku lanjutkan, Rohan." Arlan menarik napasnya sedikit dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar. "Kota ini, seperti yang kau tahu, sangat bergantung pada jam besar itu. Jam yang harusnya stabil dan konsisten, tetapi malah sering berubah. Denting yang dihasilkan jam ini tidak pernah sama hitungannya. Selalu berbeda. Yang menarik, semua hitungannya selalu ganjil. Aku juga tidak tahu pasti mengapa harus ganjil."

Rohan mendengarkan dengan serius. Rokok yang baru saja dibakarnya kembali saja tidak terhisap akibat rasa ingin tahunya yang tinggi.

Arlan menunjuk jam besar itu. "Lalu, bukan hanya dentingan saja yang menjadi pertanyaan besar, melainkan hiasan yang berada di jam itu. Hiasan-hiasannya selalu tentang kematian. Ingat saat dua minggu lalu hiasan itu berubah menjadi kucing hitam? Kucing hitam dipercaya sebagai binatang yang membawa mala petaka. Kematian. Dan sekarang seperti yang kau lihat sendiri, bunga putih dengan enam kelopaknya. Kau tahu itu apa, Rohan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun