"Mengapa Friendship Breakup Bisa Lebih Menyakitkan dari pada Putus Cinta"
     Kita sering mendengar betapa sakitnya patah hati setelah putus cinta. Namun, ada satu jenis perpisahan yang rasa sakitnya sering kali terabaikan, bahkan dianggap remeh.Bagi banyak orang, kehilangan sahabat bisa terasa jauh lebih menghancurkan daripada mengakhiri hubungan romantis Persahabatan adalah "Hubungan Tanpa Naskah yang Hubungan romantis memiliki skenario sosial yang jelas Sebaliknya, persahabatan tidak memiliki naskah yang sama. Tidak ada istilah yang diakui untuk "mantan sahabat karib." Ketika persahabatan retak, kita sering bingung bagaimana menjelaskan rasa sakitnya. Masyarakat tidak memiliki ritual kesedihan untuk kehilangan sahabat. Ini membuat perasaan kehilangan menjadi tidak tervalidasi dan terasa lebih sepi.Putus cinta berarti kehilangan pasangan yang mungkin baru mengenal Kehilangan sahabat berarti kehilangan orang yang telah menjadi saksi mata pertumbuhan dan perkembangan diri kita selama bertahun-tahun, bahkan mungkin puluhan tahun. Ketika mereka pergi, seolah-olah sebagian dari ingatan kolektif kita ikut terhapus. Kita tidak hanya kehilangan seseorang, tetapi juga kehilangan versi diri kita yang hanya mereka yang tahu.persahabatan sering dipandang sebagai hubungan sukarela dan tanpa pamrih (berdasarkan pilihan). Kita memilih sahabat karena kesamaan nilai, bukan karena daya tarik fisik atau dorongan biologis semata. Oleh karena itu, kita cenderung menetapkan standar loyalitas dan kepercayaan yang sangat tinggi pada sahabat.Ketika seorang sahabat mengkhianati atau pergi, rasanya seperti melanggar janji tak tertulis yang lebih mendasar dan sakral. Dalam hubungan bisa berakhir.dan Dalam persahabatan, perpisahan sering terasa seperti pengkhianatan terhadap fondasi diri yang kita bangun bersama.Saat putus cinta, sahabatlah yang biasanya datang membawa es krim dan bahu untuk bersandar. Tapi, ketika yang hilang adalah sahabat itu sendiri, kita kehilangan kedua hal sekaligus sumber masalah (perpisahan) dan sekaligus alat untuk mengatasinya (sang sahabat). Ini menciptakan perasaan hampa ganda yang sangat memberatkan.
     Memahami Luka yang Tersembunyi karena itu Mengapa Kehilangan Sahabat Jauh Lebih Menyakitkan daripada Putus Cinta
Kita sering mendengar narasi tentang betapa pedihnya patah hati setelah berakhirnya sebuah hubungan romantis, sebuah rasa sakit yang telah diakui dan dilegitimasi secara luas dalam budaya kita. Namun, ada satu bentuk perpisahan yang kedalamannya sering kali terabaikan, bahkan diremehkan oleh masyarakat.Â
    Ketiadaan Naskah Sosial Rasa Sakit yang      Tidak Tervalidasi
Salah satu alasan mendasari Hubungan romantis data. Tidak ada istilah yang diakui secara universal untuk "mantan sahabat karib" atau upacara perpisahan yang jelas. Ketika sebuah persahabatan retak, seseorang akan kebingungan bagaimana menjelaskan intensitas rasa sakitnya kepada orang lain. Masyarakat juga tidak memiliki ritual kesedihan yang mapan untuk kehilangan sahabat, berbeda dengan kehilangan romantis atau kematian. Kurangnya pengakuan ini menyebabkan perasaan kehilangan menjadi tidak tervalidasi, terasa lebih sepi, dan terisolasi.
    Kehilangan Sejarah Kolektif dan Versi Diri
Putus cinta seringkali berarti kehilangan pasangan yang mungkin baru mengenal kita dalam beberapa bulan atau tahun terakhir. Sementara itu, kehilangan sahabat berarti kehilangan orang yang telah menjadi saksi mata yang paling konsisten terhadap pertumbuhan, evolusi, dan perkembangan diri kita selama bertahun-tahun, bahkan mungkin puluhan tahun. Sahabat adalah penjaga memori kolektif yang tak ternilai. Ketika mereka pergi, rasanya seolah-olah sebagian dari ingatan kolektif kita tentang masa lalu ikut terhapus. Kita tidak hanya kehilangan seseorang dalam kehidupan saat ini, tetapi juga kehilangan versi diri kita yang unik, yang hanya diketahui dan dipahami secara mendalam oleh mereka ini.Â
     Pelanggaran Janji Kesetiaan yang Sakral
Persahabatan sering kali dipandang sebagai hubungan sukarela murni yang didasarkan pada pilihan tulus dan tanpa pamrih. Kita memilih sahabat karena adanya kesamaan nilai, semangat, dan tujuan hidup, bukan sekadar karena daya tarik fisik atau dorongan biologis semata. Oleh karena itu, kita cenderung menetapkan standar loyalitas, kepercayaan, dan integritas emosional yang sangat tinggi pada seorang sahabat, rasanya seperti melanggar janji tak tertulis yang jauh lebih mendasar dan sakral daripada janji dalam romansa
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI