Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menyusuri Jalan Raya Multatuli

12 Januari 2022   01:24 Diperbarui: 12 Januari 2022   01:27 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di jalan menuju alun-alun Rangkasbitung langkahku menghitung seberapa jauh mendung telah berlalu. 

Di sini, angkutan kota berjalan terhuyung menunggu penumpang yang tak kunjung sementara panas matahari menyengat. 

Pohon-pohon rimbun lesu di telan murung.

Aku menjadi asing di kota ini seperti guguran daun yang jatuh di atas trotoar kering.

Di mana Saijah, di mana Adinda?  Mereka ada di perpustakaan ucap seorang lelaki yang aku tanya di tengah perjalanan.

Lelaki itu duduk sendiri di bangku trotoar di sampingnya tergeletak buku Max Havelaar yang telah usang.  Terlupakan, tak lagi terdengar kabar.

Oh tanah Lebak yang beradat masih ingatkah dirimu akan sejarah kelam.

Penderitaan rakyatmu di bawah kekuasaan aparat daerah yang sewenang-wenang.

Padahal tanah dan gunung-gunungmu subur, sawah-sawah terhampar luas membentang.

Namun cakar feodalisme rakus menghisap dan bebas berkeliaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun