Masih ku rasakan denyut nadimu, mengembara ke dalam hatiku.
Rindu yang terjebak masa lalu.
Cinta terjerembab ke dalam kalbu.
Gerimis menjuntai menyisakan kelu.
Di dalam remang-remang lampu kamar ku telanjangi hasratmu.
Ku pilin bibirmu jelita sedang terus kau berusaha bernafas dalam gelisah.
Kau tungku kedinginan yang butuh bara kehangatan.
Dan aku kayu bakar yang lembab butuh pemantik api yang hebat.
Meski kita tak searah namun selalu lahap bercinta di dalam gelap.
Bukankah itu maumu demikian, tak suka terikat lebih senang terbang seperti burung malam.
Dan kebetulan kita bertemu dalam satu tatap tahu sama tahu apa yang bisa di harap.
Demikian diriku adalah lelaki jalang, ludahku penuh kutukan dan mantra binal.
Sekali ku bisikkan rayu dan dadamu mengembang.
Sini sayang mari bersulang untuk malam-malam yang tak pernah gentar bermesraan.
Untuk hari-hari yang kacau dan sibuk memendam kerinduan.
Ku simpan aroma tubuhmu dalam secangkir mendung.
Semoga hujan datang dan membawanya melarung.
Kerling matamu yang rapuh dan jiwa yang tak teguh.
Telah pula kau hanyutkan aku ke dalam hatimu yang bisu.
Keringatmu, keringatku telah kering menjadi bunga-bunga yang layu.
Handy Pranowo
28122021