Ditemukan pula tulang-tulang panggul, rahang, gigi, dan beberapa tulang lain. Setelah diteliti, tulang-tulang ini adalah tulang gajah purba yang dinamakan Stegodon trigonochepalus. Ukurannya pun diperkirakan sebesar truk tronton yang tingginya bisa mencapai 4 m dan panjang 12 m. Â Ditemukannya fosil binatang lau dalam jumlah besar menimbulkan dugaan bahwa lembah di pegunungan ini kemungkinan dahulu kala adalah terendan laut. Kemungkinan ada selat yang memisahkan antara Pati Ayam dengan gunung Muria di Kudus. Kami sangat beruntung karena mas-mas yang kami temui mampu memuaskan rasa ingin tahu ketiga putri kami.
Tak hanya itu, meski sempit untuk kategori museum, namun museum purbakala Patiayam memiliki banyak spot untuk berfoto. Sayangnya karena minimnya tempat yang tersedia penjelasan tentang sejarah dari keberadaan museum Patiayam itu sendiri tertutupi oleh model kerangka gajah purba. Situs Patiayam merupakan salah satu situs terlengkap. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya manusia purba (Homo erectus), itulah sebabnya mengapa dipamerkan pula model manusia purba dalam museum Patiayam.
"Tapi Mama lihat sendirikan perhatian pemerintah minus banget untuk arkeologi, "kata si bocah tetap tidak mau kalah. "Nanti deh mama buat tulisan, semoga pemerintah jadi lebih memperhatikan pelestarian benda-benda bersejarah kita dan lebih memperhatikan kesejahteraan arkelog kita jadi kamu dan generasi kamu ga enggan jadi arkeolog lagi," bujuk saya. Begitulah, akhirnya saya memutuskan untuk meluangkan waktu menulis artikel ini melalui Kompasiana. Â Boro-boro membandingkan dengan Museum Paleontologi Royal Tyrell di Kanada atau the National Museum of Scotland di Edinburgh tempat mamoth berada. Semoga pemerintah lebih memperhatikan kesejateraan dan sekaligus mengugah minat para generasi muda untuk bangga akan kekayaan arkeologi Indonesia dan bersemangat untuk ikut melestarikannya.
Setelah puas menelusuri sejarah purbakala Indonesia di Situs Purbakala Patiayam dan sholat di sebuah masjid yang baru dibangun, kami menuntaskan penasaran kami akan rada garang asem Kudus yang terkenal di RM Sari Rasa. Pelayanan yang cepat meski begitu banyak pengunjung dan kenikmatan rasanya membuat kami tidak segan-segan menambah makan. Bahkan ketiga putri kami yang biasa susah makan ikut nambah porsi masing-masing satu porsi. Luar biasa.
Luar biasanya lagi jumlah bilangan rupiah yang harus kami bayarkan jauh lebih rendah dari perkiraan kami. Sungguh-sungguh nikmat. Usai makan kami langsung kembali ke Semarang untuk melanjutkan perjalanan kami pulang ke Jakarta. Oya, karena pergi satu keluarga akhirnya kami memutuskan naik taksi PURI KEN**** yang mengunakan armada Avanza baru dan pengemudiya jujur. Rp.280.000 sampai ke stasiun Tawang. Rasanya cukup berimbang dengan jika naik damri yang belum jelas beli tiketnya dimana dan dijemput dimana perorang Rp.50.000 jika dari Kudus. Jadi jika dikali 5 orang mencapai Rp.250.000,-
Memang masih banyak tempat wisata di sekitaran Kudus yang belum kami jelajahi. Kami pun belum sempat menjelajah daerah Colo maupun ke sejumlah air terjun yang berada di sekitar Kudus. Â Air terjun Rahtawu, monthel, Ternadi, Air terjun Pengantin/kembar dan berbagai tempat wisata lain di sekitar Kudus menjadi catatan penutup perjalanan wisata kami sekeluarga di Kudus. Â Masih begitu banyak PR yang harus dibenahi untuk menjadikan wisata sebagai sumber devisa utama.