Mohon tunggu...
handrini
handrini Mohon Tunggu... Lainnya - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional

world are wide, but there's only small spot to make a mistake, Be wise, get grow, so can mature at the same time. be wise it's not easy eithout make wisely as a habit

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ayo Berwisata ke Kudus!

10 Januari 2017   12:56 Diperbarui: 10 Januari 2017   13:44 1908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menara Kudus, Masjid Al Manar dan Makam Sunan Kudus

Ditemukan pula tulang-tulang panggul, rahang, gigi, dan beberapa tulang lain. Setelah diteliti, tulang-tulang ini adalah tulang gajah purba yang dinamakan Stegodon trigonochepalus. Ukurannya pun diperkirakan sebesar truk tronton yang tingginya bisa mencapai 4 m dan panjang 12 m.  Ditemukannya fosil binatang lau dalam jumlah besar menimbulkan dugaan bahwa lembah di pegunungan ini kemungkinan dahulu kala adalah terendan laut. Kemungkinan ada selat yang memisahkan antara Pati Ayam dengan gunung Muria di Kudus. Kami sangat beruntung karena mas-mas yang kami temui mampu memuaskan rasa ingin tahu ketiga putri kami.

Tak hanya itu, meski sempit untuk kategori museum, namun museum purbakala Patiayam memiliki banyak spot untuk berfoto. Sayangnya karena minimnya tempat yang tersedia penjelasan tentang sejarah dari keberadaan museum Patiayam itu sendiri tertutupi oleh model kerangka gajah purba. Situs Patiayam merupakan salah satu situs terlengkap. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya manusia purba (Homo erectus), itulah sebabnya mengapa dipamerkan pula model manusia purba dalam museum Patiayam.

kerangka tiruan Stegodon trigonochepalus yang menutupi penjelasan tentang sejarah situs Patiayam karena terbatasnya tempat
kerangka tiruan Stegodon trigonochepalus yang menutupi penjelasan tentang sejarah situs Patiayam karena terbatasnya tempat
Sayangnya faktor keamanan bagi fosil-fosil purbakala yang berharga di situs purbakala Patiayam rasanya masih jauh dari memenuhi syarat. Benda bersejarah apalagi dari zaman purbakala sekitar jutaan tahun lampau itu dilindungi oleh negara, karenanya sudah seharusnya pemerintah lebih serius untuk memperhatikan kelestarian mereka dan memperhatikan kesejahteraan bagi petugas pengelolanya. Putri pertama kami yang bercita-cita menjadi arkeolog beruntung mendapatkan kesempatan berfoto di bengkel dan sekaligus mendapat penjelasan langsung dari mas-mas yang cerdas lagi baik hati.
SI Bocah yang bercita-cita menjadi arkeolog beruntung bisa berfoto di bengkel Konservasi Fosil
SI Bocah yang bercita-cita menjadi arkeolog beruntung bisa berfoto di bengkel Konservasi Fosil
Sayangnya, meski beruntung dapat melihat dan mendengar langsung penjelasan tentang bagaimana konservasi fosil dilakukan, karena melihat minimnya fasilitas yang diperoleh arkeolog, putri saya justru ragu-ragu untuk mewujudkan cita-citanya. "Ngeri ma, harus siap-siap prihatin kalau jadi arkeolog, " tuturnya polos. Akhirnya mau tidak mau sebagai seorang ibu saya pun harus memberikan pemahaman, bahwa mewujudkan sebuah cita-cita jangan dilihat dari untung ruginya melainkan dari seberapa kemanfaatan dari cita-cita itu.

"Tapi Mama lihat sendirikan perhatian pemerintah minus banget untuk arkeologi, "kata si bocah tetap tidak mau kalah. "Nanti deh mama buat tulisan, semoga pemerintah jadi lebih memperhatikan pelestarian benda-benda bersejarah kita dan lebih memperhatikan kesejahteraan arkelog kita jadi kamu dan generasi kamu ga enggan jadi arkeolog lagi," bujuk saya. Begitulah, akhirnya saya memutuskan untuk meluangkan waktu menulis artikel ini melalui Kompasiana.  Boro-boro membandingkan dengan Museum Paleontologi Royal Tyrell di Kanada atau the National Museum of Scotland di Edinburgh tempat mamoth berada. Semoga pemerintah lebih memperhatikan kesejateraan dan sekaligus mengugah minat para generasi muda untuk bangga akan kekayaan arkeologi Indonesia dan bersemangat untuk ikut melestarikannya.

Setelah puas menelusuri sejarah purbakala Indonesia di Situs Purbakala Patiayam dan sholat di sebuah masjid yang baru dibangun, kami menuntaskan penasaran kami akan rada garang asem Kudus yang terkenal di RM Sari Rasa. Pelayanan yang cepat meski begitu banyak pengunjung dan kenikmatan rasanya membuat kami tidak segan-segan menambah makan. Bahkan ketiga putri kami yang biasa susah makan ikut nambah porsi masing-masing satu porsi. Luar biasa.

Garang Asem Ayam Kudus jangan dilewatkan
Garang Asem Ayam Kudus jangan dilewatkan
Ada berbagai macam menu yang ditawarkan di RM Sari Rasa ini. Setidaknya ada tiga menu yang kami coba dan ketiganya sangat enak. Opor ayam, soto kudus dan garang asem. Bahkan putri pertama dan putri ketiga kami yang biasa susah makan, justru makan dengan lahap dan nambah lagi. Bahkan, es jeruk dan es teh manisnya pun terasa nikmat.

Luar biasanya lagi jumlah bilangan rupiah yang harus kami bayarkan jauh lebih rendah dari perkiraan kami. Sungguh-sungguh nikmat. Usai makan kami langsung kembali ke Semarang untuk melanjutkan perjalanan kami pulang ke Jakarta. Oya, karena pergi satu keluarga akhirnya kami memutuskan naik taksi PURI KEN**** yang mengunakan armada Avanza baru dan pengemudiya jujur. Rp.280.000 sampai ke stasiun Tawang. Rasanya cukup berimbang dengan jika naik damri yang belum jelas beli tiketnya dimana dan dijemput dimana perorang Rp.50.000 jika dari Kudus. Jadi jika dikali 5 orang mencapai Rp.250.000,-

Memang masih banyak tempat wisata di sekitaran Kudus yang belum kami jelajahi. Kami pun belum sempat menjelajah daerah Colo maupun ke sejumlah air terjun yang berada di sekitar Kudus.  Air terjun Rahtawu, monthel, Ternadi, Air terjun Pengantin/kembar dan berbagai tempat wisata lain di sekitar Kudus menjadi catatan penutup perjalanan wisata kami sekeluarga di Kudus.  Masih begitu banyak PR yang harus dibenahi untuk menjadikan wisata sebagai sumber devisa utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun