Banyuwangi memiliki sejarah panjang dalam perjuangan melawan penjajah, baik pada era kerajaan maupun masa kolonial Belanda dan Jepang. Berikut beberapa tokoh pejuang yang memimpin rakyat Banyuwangi dalam perlawanan terhadap penjajah:
1. Rempeg Jogopati (1743)
Latar Belakang:
- Rempeg Jogopati adalah seorang pemimpin perang dari Kerajaan Blambangan yang berjuang melawan VOC (Belanda) pada abad ke-18.
- Ia menjadi tokoh utama dalam Perang Puputan Bayu (1771--1772), salah satu pertempuran terbesar melawan Belanda di Jawa Timur.
- Tahun 1743, Belanda mulai menguasai wilayah Blambangan setelah VOC menandatangani perjanjian dengan Mataram.
- Rempeg Jogopati memimpin perlawanan rakyat di Bayu (kini masuk wilayah Banyuwangi), dengan strategi perang gerilya.
- Puncak perjuangan terjadi dalam Puputan Bayu 1771, ketika rakyat Blambangan bertempur habis-habisan melawan pasukan VOC.
- Meskipun akhirnya kalah karena persenjataan yang tidak seimbang, perjuangannya menginspirasi perlawanan di daerah lain.
2. Pangeran Danurejo (Abad ke-18)
Latar Belakang:
- Merupakan bangsawan Blambangan yang menolak dominasi VOC dan Mataram.
Perjuangan:
- Ia menentang rencana VOC untuk menjadikan Blambangan sebagai wilayah kekuasaan mereka.
- Bersekutu dengan para penguasa lokal yang masih setia pada tradisi Hindu-Buddha Blambangan untuk melawan penjajah.
- Ia akhirnya kalah dan Blambangan secara resmi jatuh ke tangan Belanda setelah Perang Puputan Bayu.
3. Sayu Wiwit (1771--1772)
Latar Belakang:
- Salah satu pejuang wanita dari Blambangan yang ikut bertempur dalam Perang Puputan Bayu.
- Dikenal sebagai perempuan pemberani yang menggerakkan perempuan lain untuk ikut serta dalam perang melawan Belanda.
Perjuangan:
- Terlibat dalam perlawanan rakyat Blambangan, khususnya dalam perang gerilya di hutan-hutan sekitar Bayu.
- Sayu Wiwit bersama pasukannya melakukan serangan mendadak terhadap pos-pos penjagaan VOC.
- Namanya melegenda sebagai simbol keberanian perempuan dalam perjuangan melawan penjajah.
4. Kiai Saleh Lateng (1900-an)
Latar Belakang:
- Seorang ulama dan pemimpin pesantren yang turut serta dalam perlawanan melawan Belanda pada masa Perang Kemerdekaan.
- Menggunakan dakwah Islam sebagai alat untuk membangun semangat jihad melawan penjajah.
Perjuangan:
- Menggerakkan santri dan masyarakat Banyuwangi untuk berjihad melawan kolonialisme.
- Berperan dalam penyebaran Islam sekaligus menanamkan semangat anti-kolonial di kalangan rakyat.
- Namanya dikenang dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Banyuwangi.
5. Kiai Muzakky Syah (1940-an)
Latar Belakang:
- Ulama dan pejuang yang terlibat dalam perlawanan terhadap Belanda dan Jepang pada masa Revolusi Kemerdekaan.
Perjuangan:
- Memimpin laskar santri dalam melawan pasukan Belanda pasca-kemerdekaan.
- Berperan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Banyuwangi dari upaya Belanda untuk kembali berkuasa.
6. Kolonel I Gusti Ngurah Rai (1946)
Latar Belakang:
- Meskipun berasal dari Bali, Kolonel I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya pernah bergerak di wilayah Banyuwangi dalam perjuangan melawan Belanda.
- Pemimpin Pasukan Ciung Wanara, yang berperan dalam pertempuran di Bali dan Banyuwangi.
Perjuangan:
- Menggunakan Banyuwangi sebagai basis perlawanan sebelum kembali ke Bali dalam pertempuran Puputan Margarana (1946).
- Bersama pasukannya, melakukan koordinasi dengan pejuang Banyuwangi untuk mempertahankan kemerdekaan.
Banyuwangi memiliki sejarah perjuangan panjang sejak era Kerajaan Blambangan hingga masa Revolusi Kemerdekaan. Para tokoh seperti Rempeg Jogopati, Sayu Wiwit, Kiai Saleh Lateng, dan Kiai Muzakky Syah adalah bukti bahwa rakyat Banyuwangi memiliki semangat juang yang tinggi dalam melawan penjajah. Warisan perjuangan mereka masih dikenang hingga kini, dan beberapa nama mereka diabadikan sebagai nama jalan serta tempat bersejarah di Banyuwangi.
Siapakah Tokoh Sang Agung Wilis, Bagaimana sebenarnya posisinya dalam perjuangan rakyat Banyuwangi melawan penjajah ?
Agung Wilis adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Blambangan (Banyuwangi) yang berperan besar dalam perjuangan melawan VOC (Belanda) pada abad ke-18. Ia dikenal sebagai pemimpin yang gigih mempertahankan wilayah Blambangan dari upaya penjajahan Belanda.
Siapa Agung Wilis?
- Agung Wilis adalah penguasa Blambangan yang dikenal sebagai Raja Blambangan terakhir sebelum jatuh ke tangan VOC.
- Ia memimpin perlawanan terhadap Belanda setelah wilayah Blambangan mulai dikuasai VOC pada pertengahan 1700-an.
- Dalam sejarah Blambangan, ia dianggap sebagai penerus semangat para pemimpin sebelumnya yang menolak tunduk kepada Mataram dan VOC.
Perlawanan Agung Wilis terhadap VOC
Menolak Pengaruh Mataram dan VOC
- Pada awal abad ke-18, Blambangan masih berada dalam pengaruh Mataram. Namun, VOC mulai campur tangan untuk menguasai Blambangan, terutama karena lokasinya yang strategis.
- Agung Wilis menolak bekerja sama dengan Belanda dan berusaha mempertahankan Blambangan sebagai kerajaan merdeka.
Perang Melawan VOC
- Tahun 1767, VOC mulai menyerang Blambangan dengan tujuan menaklukkan wilayah tersebut.
- Agung Wilis mengorganisir rakyatnya untuk melawan, tetapi VOC memiliki pasukan yang lebih kuat dan persenjataan yang lebih modern.
Perang Puputan Bayu (1771--1772)
- Puncak perlawanan terjadi dalam Perang Puputan Bayu, di mana rakyat Blambangan melakukan perang habis-habisan melawan VOC.
- Perang ini berlangsung sengit di daerah Bayu, sebelah barat Banyuwangi saat ini.
- Rakyat Blambangan, yang dipimpin oleh Agung Wilis dan panglima-panglimanya seperti Rempeg Jogopati, bertempur dengan semangat tinggi meskipun akhirnya kalah.
Akhir Perlawanan dan Jatuhnya Blambangan
- Setelah kekalahan dalam Perang Puputan Bayu, Agung Wilis ditangkap oleh VOC dan diasingkan.
- Kekalahan ini menandai berakhirnya kerajaan merdeka Blambangan, yang kemudian sepenuhnya jatuh ke tangan Belanda.
- Banyuwangi kemudian dijadikan daerah administratif di bawah kekuasaan VOC dan mengalami berbagai perubahan sosial serta budaya.
Agung Wilis adalah simbol perlawanan Blambangan terhadap VOC. Bersama para pejuang seperti Rempeg Jogopati, ia mempertahankan tanah Blambangan hingga titik darah penghabisan. Meskipun akhirnya Blambangan jatuh ke tangan Belanda, perjuangannya tetap dikenang sebagai bagian dari sejarah heroik Banyuwangi.
Jika tidak ada perlawanan dari Agung Wilis dan rakyatnya, Blambangan mungkin akan lebih cepat jatuh ke tangan penjajah. Semangat perjuangan ini masih terasa dalam budaya Banyuwangi hingga saat ini, terutama dalam berbagai tradisi yang mencerminkan keberanian dan kemandirian masyarakatnya.
Apakah masih ada lagi tokoh pejuang yang lain dalam memimpin rakyat melawan penjajah ? Ya masih ada...
Selain Agung Wilis, Rempeg Jogopati, Sayu Wiwit, Kiai Saleh Lateng, dan Kiai Muzakky Syah, masih ada beberapa tokoh pejuang lain dari Banyuwangi yang berperan dalam perlawanan melawan penjajah, baik pada era Blambangan, masa kolonial Belanda, maupun dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
1. Mas Rempeg (Kapten Jogopati)
- Latar Belakang:
- Seorang panglima perang dari Blambangan yang berjuang bersama Agung Wilis dalam Perang Puputan Bayu (1771--1772).
- Nama lengkapnya sering disebut sebagai Mas Rempeg Jogopati.
- Perjuangan:
- Memimpin pasukan Blambangan dalam perang habis-habisan melawan VOC di daerah Bayu.
- Menggunakan strategi perang gerilya di hutan-hutan Blambangan.
- Berhasil membuat Belanda mengalami kerugian besar sebelum akhirnya perlawanan berhasil dipadamkan.
- Akhir Perjuangan:
- Gugur dalam pertempuran atau tertangkap Belanda setelah kekalahan Blambangan.
2. Wong Agung Wilis (Tokoh Lain dengan Nama Serupa)
- Latar Belakang:
- Nama "Wong Agung Wilis" juga merujuk pada tokoh lain yang melanjutkan perlawanan setelah Perang Puputan Bayu.
- Perjuangan:
- Masih melanjutkan gerilya di wilayah pedalaman Blambangan setelah kejatuhan Agung Wilis.
- Meskipun akhirnya kalah, perjuangannya mencerminkan semangat perlawanan yang terus berlanjut.
3. Sayu Sarinah
- Latar Belakang:
- Pejuang perempuan Blambangan yang ikut serta dalam perlawanan rakyat Blambangan terhadap VOC.
- Perjuangan:
- Terlibat dalam perang gerilya di pedalaman Banyuwangi, menyerang pos-pos VOC.
- Menginspirasi perempuan lain untuk ikut berjuang dalam perang melawan penjajah.
- Akhir Perjuangan:
- Tidak banyak catatan sejarah rinci tentang nasib akhirnya, tetapi ia dikenang sebagai salah satu pejuang perempuan di Banyuwangi.
4. Kiai Hasan Latif (Masa Revolusi Kemerdekaan, 1945)
- Latar Belakang:
- Ulama sekaligus pemimpin perjuangan rakyat Banyuwangi melawan pasukan Belanda pada masa revolusi kemerdekaan.
- Perjuangan:
- Menggerakkan santri dan masyarakat Banyuwangi untuk melawan Belanda pasca-Proklamasi 1945.
- Berperan dalam mempertahankan wilayah Banyuwangi agar tetap dalam kekuasaan Republik Indonesia.
5. Laskar Rakyat Banyuwangi (Masa Revolusi, 1945--1949)
- Latar Belakang:
- Laskar-laskar perjuangan rakyat yang terbentuk di Banyuwangi setelah kemerdekaan Indonesia.
- Perjuangan:
- Melakukan perlawanan terhadap Belanda yang ingin merebut kembali Indonesia dalam agresi militer Belanda I dan II.
- Beroperasi di hutan-hutan dan daerah pesisir untuk menyerang pasukan Belanda.
- Terlibat dalam perang gerilya bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Kesimpulan
Banyuwangi memiliki banyak tokoh pejuang, baik dari era Kerajaan Blambangan hingga masa kemerdekaan Indonesia. Agung Wilis, Rempeg Jogopati, Sayu Wiwit, Sayu Sarinah, Kiai Saleh Lateng, dan Kiai Hasan Latif adalah sebagian dari mereka yang berjasa dalam mempertahankan kedaulatan wilayah ini dari berbagai penjajah.
Perjuangan rakyat Banyuwangi tidak hanya melawan VOC dan Belanda, tetapi juga melawan Jepang dan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Banyak dari mereka yang namanya tidak tercatat dalam sejarah resmi, tetapi semangat perjuangan mereka tetap hidup dalam ingatan rakyat Banyuwangi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI