Sekitar tahun 1912, gerakan kepanduan masuk ke Hindia Belanda (Indonesia). Awalnya diperkenalkan lewat organisasi Belanda: Nederlandse Padvinders Organisatie (NPO).
Namun, segera anak-anak bangsa pun membuat organisasi sendiri:
- JPOÂ (Javaansche Padvinder Organisatie) oleh Mangkunegara VII.
- Hizbul Wathan (kepanduan Muhammadiyah).
- Natipij (Nationale Islamitische Padvinderij) dari Sarekat Islam.
- Pandu Ansor dari Nahdlatul Ulama.
Kepanduan di Indonesia berbeda dengan di Inggris. Selain petualangan, ia menjadi wadah perjuangan nasional. Anak-anak pandu dilatih disiplin, cinta tanah air, dan siap berkorban demi kemerdekaan.
6. Masa Jepang: Ujian Berat
Ketika Jepang menduduki Indonesia (1942--1945), semua organisasi kepanduan dilarang. Jepang hanya memperbolehkan organisasi semi-militer seperti Seinendan dan Keibodan.
Meski begitu, semangat kepanduan tidak padam. Banyak mantan pandu tetap menjaga jiwa disiplin, kepemimpinan, dan nasionalisme mereka. Semangat inilah yang kelak ikut mengobarkan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
7. Dari Pandu Rakyat ke Gerakan Pramuka
Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, kepanduan kembali bangkit. Organisasi Pandu Rakyat Indonesia dibentuk sebagai wadah resmi. Namun, dalam kenyataannya, kepanduan kembali terpecah-pecah. Ada lebih dari 60 organisasi kepanduan dengan latar belakang berbeda.
Situasi ini membuat Presiden Soekarno khawatir. Jika kepanduan terpecah, maka tujuannya sebagai pendidikan karakter bisa hilang. Maka, pada 9 Maret 1961, Soekarno mengumumkan pembentukan organisasi tunggal: Gerakan Pramuka.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya 14 Agustus 1961, Gerakan Pramuka dilantik secara resmi di halaman Istana Negara. Ada pawai besar di Jakarta yang memperlihatkan wajah baru kepanduan Indonesia. Sejak saat itu, tanggal 14 Agustus diperingati sebagai Hari Pramuka.
8. Filosofi Pramuka: Lebih dari Sekadar Kegiatan